Oleh ABDUL QADIR DJAELANI
Mantan Anggota Komisi I DPR RI 1999-2004
Pendahuluan
Berdasarkan fakta yang ada, dewasa ini telah bangkit kembali gerakan
Komunisme (Marxisme-Leninisme) di tanah air, semenjak 35 tahun yang lalu
dinyatakan terlarang. Kader-kader muda revolusioner binaan sisa-sisa G30S/PKI
dan kader-kader muda intelektual Katholik-Jesuit, yang tersebar di berbagai
aparat sipil dan militer, ormas dan orpol, berbagai LSM, karena adanya
persamaan ideologi yakni Marxis-Leninisme bekerja sama menyusun kekuatan untuk
melahirkan "revolusi sosial" dalam mewujudkan negara Komunis.
Kaum intelektual muda Muslim dan ulama-ulama Islam dewasa ini, karena
keterbatasan ilmunya tentang Marxisme-Leninisme/Komunsme, banyak yang
tergelincir sehingga menjadi pejuang ajaran Marxisme-Leninisme/Komunisme tanpa
sadar. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang demikian, maka
kami sengaja menyusun tulisan ini secara ilmiah, filosofis, syar'i dan historis
bahwa Komunisme (Marxisme-Leninisme) dalam segala dimensinya bertentangan
dengan Islam dan senantiasa memusuhi umat Islam sepanjang sejarah.
Segala koreksi dan sanggahan terhadap tulisan ini senantiasa kami terima
dengan tangan terbuka. Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi umat Islam, dan menjadi
amal shaleh bagi kami sehingga ganjaran pahala senantiasa kami harapkan dari
sisi Allah SWT.
Latar Belakang Sejarahnya
Berbicara tentang Komunisme tentunya kita akan membicarakan pencetus dan
pendiri dari ideologi tersebut, menurut pandangan umum yang hidup di dunia
sekarang ini, yaitu tidak lain adalah Karl Marx yang dilahirkan pada tanggal 5
Mei 1818 di Trier Jerman dari keluarga Yahudi. Tetapi menurut Freemasonry, organisasi Yahudi di bawah
tanah, pencetusnya tidak lain ialah sekelompok golongan cahaya (Freemasonry), yang telah diputuskan di
dalam Kongres Internasionalnya di Amerika Serikat. Karl Marx, begitu kata Freemasonry, sebenarnya hanya orang
bayaran dari Freemasonry, yang
dimintakan untuk menyusun teori komunis dan atheisme; dengan imbalan semua
biaya penghidupan Karl Marx dijamin sepenuhnya oleh Freemasonry.
Kebenaran pengakuan Freemasonry
ini, akan terlihat dengan jelas nanti dalam kita membahas tentang teori-teori
yang dikemukakan oleh Karl Marx, bahwa ternyata ia memang tidak menguasai
sepenuhnya teori-teori yang ia ambil dari berbagai konsepsi-konsepsi filsafat
yang berasal dari orang-orang non Marxis. Karl Marx hanya menyusun atau lebih
tepatnya menyetel konsepsi-konsepsi filsafat yang dia pungut dari orang-orang
non Marxis dalam suatu teori yang dia namakan "Komunisme".
Menurut beberapa penulis biografi menduga bahwa Karl Marx mengalami suatu
krisis keagamaan ketika ia berusia l6 atau 17 tahun. Sebagai bukti, mereka
menunjukkan sepucuk surat yang ditulis oleh ayah Marx; di dalam surat itu, dia
memberi tahu Marx bahwa agama dapat dianggap sebagai dasar daripada kebaikan
moral dan menyatakan bahwa tidak ada jeleknya untuk percaya kepada Tuhan,
karena juga sangat banyak orang besar yang percaya kepada Tuhan.
Ayah Marx adalah seorang theis, seorang Yahudi yang liberal dan pengagum
filsuf- filsuf "Pencerahan" dari Perancis, tetapi kemudian ia beralih
agama menjadi seorang Kristen Protestan, pengikut Luther. Dia juga menyuruh
isteri dan anak-anaknya dibaptis dalam cara Protestan. Di sini, masalahnya
bukanlah apakah hal tersebut peralihan agama yang sesungguhnya atau bukan.
Dalam kedudukan seperti ayah Marx adalah "tepat dan menguntungkan"
untuk menjadi seorang anggota dari agama negara.
Setelah pembaptisan, kekristenan ayah Marx tidaklah lebih baik dari
Keyahudiannya sebelumnya. Bagi anaknya Marx, yang patuh dan berbakti kepada
ayahnya, jelaslah bahwa oportunisme orang tuanya tersebut tidak menimbulkan
rasa hormat kepada agama Kristen. Tambahan pula, baik di dalam surat-suratnya
yang banyak itu, maupun di dalam buku-bukunya, Karl Marx tidak pernah
menyinggung tentang krisis keagamaan tersebut dan juga tidak pernah menunjukkan
rasa simpati kepada para pemeluk agama.
Para pencetus teori komunisme tentu saja menolak semua agama, karena agama-agama
tersebut menurut keyakinannya semuanya mempunyai tanggung jawab yang sama atas
pengasingan spiritual manusia. Tetapi Marx benar-benar membenci agama Kristen.
Dia, seperti halnya banyak kaum atheis, sama sekali tidak mempunyai keinginan
untuk melihat agama Kristen merupakan perkembangan yang paling pesat dari
kesadaran religius yang secara logis dapat diikuti hanya dengan penolakan
terhadap semua agama.
Akhimya kita akan berkesimpulan bahwa pada diri Marx tertanam kebencian
pribadi terhadap agama Kristen, yang hampir sama dengan yang terdapat pada diri
Freud. Freud sendiri juga seorang Yahudi yang hidup di dalam suatu dunia yang
seolah-oleh dunia Kristen dan di dalam dunia tersebut dia merasa terasing. Baik
Marx maupun Freud menolak agama Kristen atas nama ilmu pengetahuan; tetapi di
dalam penolakan tersebut jelas sekali terdapat unsur emosional.
Bila sosialisme Barat pada abad ke-XIX dari awal mulanya benar-benar
atheis, sebagai tampaknya, karena adanya kenyataan bahwa diantara tokoh-tokoh
utamanya tersebut banyak kaum intelektual Yahudi. Untuk memahami hal ini
tidaklah perlu membayangkan adanya "semacam komplotan orang-orang
Yahudi" yang sengaja dibentuk untuk menentang agama Kristen".1
Di sini kelihatan bahwa Ignace Lepp tidak ingin adanya satu
"image" bahwa "atheisme" lahir, karena dilakukan oleh
orang-orang Yahudi. Tetapi satu fakta yang tak dapat diingkari ternyata gerakan
Yahudi Zionisme dengan Freemasonry-nya
--sebagaimana kita telah ungkapkan di muka-- menyatakan bahwa atheisme memang
sengaja dilahirkan dan dibesarkan oleh gerakan mereka.
Salah satu bukti, dapat dikemukakan kembali surat yang ditulis oleh
Pike, tokoh utama Freemasonry,
tertanggal 10 Agustus 1871, yang antara lain menulis: "Kita akan memberikan kebebasan sebebas-bebasnya gerakan-gerakan
atheisme dan gerakan-gerakan nihilis. Kita akan berusaha menciptakan suatu
tragedi total untuk umat manusia, di mana akan ternyata dengan jelas kekejaman
yang tidak putus-putusnya bagi setiap bangsa, sebagai hasil dari atheisme yang
mutlak".
Selanjutnya Ignace menulis: "Dalam
usaha mereka untuk mencari identitas sosial, kaum intelektual Yahudi tersebut
secara sadar menentang 'pengasingan religius'. Dengan sengaja mereka menentang
agama Kristen yang pemeluk-pemeluknya mengasingkan mereka serta memaksa mereka
merasa seperti orang-orang asing di tanah air mereka sendiri. Rasa sakit hati
memainkan peranan yang penting di dalam hampir semua atheisme orang-orang
Yahudi yang saya ketahui, dan di dalam atheisme Karl Marx peranan rasa sakit
tersebut mungkin benar-benar dominan."
Sebagai seorang keturunan Yahudi dan sebagai seorang yang merasa terhina
oleh peralihan agama yang bersifat oportunistis yang dilakukan ayahnya, Karl
Marx melalui suatu proses yang sangat dikenal di dalam psikologi dewasa ini,
mengidentifikasikan dirinya dengan manusia pada umumnya. Marx melihat bahwa
kemanusiaan juga direndahkan dan diasingkan dari identitasnya yang asli.
Di negara Prusia (Jerman) --yang pemah diagungkan Hegel-- yang disebut
negara Kristen, pengasingan religius dengan sendirinya bagi Marx yang masih
muda tampak sebagai sumber dari segala bentuk pengasingan lainnya. Pada masa
selanjutnya, dia berusaha menggerakkan massa dalam suatu perjuangan yang tujuan
utamanya adalah penghapusan ekonomi kapitalis. Tetapi dari surat-suratnya
tampak dengan jelas bahwa Marx menekankan pada pengasingan ekonomi, karena pada
waktu itu massa masih belum cukup sadar untuk dilibatkan dalam suatu perjuangan
menentang pengasingan yang mendasar, yaitu pengasingan religius.
Sedikit demi sedikit, doktrin filosofis Marx mengenai materialisme
historis mulai muncul. Dia melihat adanya super-struktur ideologis dari
kondisi-kondisi ekonomi tertentu di dalam setiap agama. Oleh karena itu dia
berharap bahwa di dalam penghapusan sistem ekonomi kapitalis, revolusi kaum
proletar akan memberikan pukulan yang mematikan kepada agama Kristen. Karena
rasa bencinya kepada agama, setiap kali terjadi pertentangan antara gerja dan
negara, Marx selalu berpihak kepada negara, walaupun dia sangat merendahkan
Negara Prusia.
Kita sama sekali tidak akan mampu memahami psikologi atheisme modern bila
kita lupa bahwa --menurut mereka-- atheisme modern berasal dari keinginan
manusia yang telah mencapai suatu tingkat kesadaran yang tinggi akan
individualitasnya, untuk mematahkan rantai yang tampaknya membelenggu
kemerdekaan dan kemuliaannya. Di dalam tulisan-tulisannya yang awal, dengan
antusias dan kekaguman, Marx berbicara tentang Prometeus yang meskipun terantai
pada batu karang tetap menghina dewa-dewa. Marx menganggap Prometeus sebagai
lambang manusia yang penuh tanggung-jawab atas penciptaannya dan yang berani
menentang dewa-dewa yang akan merampas tanggung jawab tersebut dari dirinya.
Prometeus berseru: "Aku jauh lebih
senang terikat pada batu karang ini daripada menjadi hamba yang patuh kepada
Zeus sang Bapak"!
Lambat-laun atheisme Marxis secara eksplisit menjadi semakin bersifat
politis dan mengaku bersifat ilmiah. Tetapi melalui penyelidikan yang teliti,
tidaklah sulit untuk melihat bahwa atheisme modern merupakan suatu kelanjutan
dari pemberontakan, seperti yang dilakukan Prometeus, oleh seorang pengikut
Hegel yang masih muda. Hegel, Strauss, Bauer dan terutama Feuerbach, hanyalah
membantu mendorong Marx dan secara rasional membantu merumuskan pemberontakannya
terhadap Tuhan, terutama terhadap Tuhan orang-orang Kristen. Hal ini merupakan
suatu pemberontakan yang akar-akarnya tersembunyi di dalam alam bawah sadar
anak seorang Yahudi Jerman literal yang dalam usahanya yang keliru, untuk
menutupi identitas Yahudinya, telah menjadi seorang Kristen.2
Siapa Prometeus? Dalam mitos Yunani ia adalah salah seorang dewa. Dengan
maksud untuk memberikan jasa kepada manusia, ia mengkhianati dewa lain. Pada
suatu malam selagi semua dewa tertidur; ia mencuri api ketuhanan dan
menyerahkannya kepada manusia. Ketika dewa-dewa lain mengetahui hal ini mereka
mengikatnya dengan rantai. Mereka gelisah karena manusia memiliki api syurgawi,
sebab mereka ingin agar manusia selamanya tetap berada dalam kegelapan dan
kelemahan yang hina, tidak boleh naik sampai kepada kedudukan yang dekat dengan
para malaikat.
Marx yang menganut kepercayaan Prometeus dan idea masyarakat Prometeus
dari sosiologi humanistik, dan dipengaruhi oleh Saint Simon, kemudian juga oleh
Prodhon, dalam hal ini telah mewarisi pandangan religius dari mitos Yunani,
persis seperti yang mereka lakukan. Iamenyamaratakan hubungan antara manusia
dengan Tuhan dalam agama Yunani dengan hubungan yang terdapat dalam agama lain;
tidak menyadari bahwa pandangan agama Timur sama sekali bertentangan dengan
ini. Mereka memimpikan Tuhan yang bersimpati pada manusia. Tidak seperti Tuhan
yang ada dalam agama Yunani, yang memandang manusia sebagai saingan dan
menghadapinya dengan rasa iri dan dengki, yang harus dilayani dengan ketakutan.
Risalah agama Timur berdasar pada kenaikan manusia dari bumi ke syurga; dari
tingkat jasmani dan hewani ke arah sifat malaikat.3
Ketika Marx menyatakan: "Saya
merasa jijik terhadap Tuhan," kita harus memikirkan pilihan susunan
katanya. Dalam prakata untuk suatu risalah filosofis, suatu risalah yang
membicarakan dewa-dewa, pemilihan kata "jijik" adalah sesuatu yang
tidak wajar. Hal ini mengungkapkan emosi bukan suatu hal yang filosofis dan
ilmiah. Seseorang harus menyelidiki akar dari reaksi semacam itu dalam
kehidupan pribadi Marx. Dalam kekecewaan cinta yang disebabkan oleh pendeta-pendeta.
Mari kita perhatikan komentar selanjutnya: "Bukti yang sebenarnya harus mempunyai karakter yang
berlawanan…,karena alam tidak mempunyai tatanan yang benar, maka Tuhan ada…,
karena adanya dunia yang tidak dipahami…, maka Tuhan ada; dengan kata lain
irrasionalitas adalah dasar bagi eksistensi Tuhan." Di dalam ungkapan
ini tampak logika yang membingungkan yang menjadikan pandangan yang awam
sebagai kriteria pemikiran keagamaan. Padahal pendekatan keagamaan awam selalu
mencari Tuhan di luar hukum alam dan rasio dan dalam kejadian-kejadian yang tak
terpahamkan; ia mencari bukti-bukti dalam jalannya peristiwa yang luar biasa,
dan dalam sumber yang tidak ilmiah dan tidak alamiah.
Sebaliknya, kitab-kitab tua, khususnya Al-Qur'an, telah memberikan contoh
rasional tentang tauhid atas dasar alam, kebiasaan, hukum kehidupan yang
konstan dan sifat kehidupan dan peristiwa alam semesta yang teratur dan dapat
dimengerti. Kitab-kitab suci ini menganggap hal-hal tersebut sebagai pengesahan
obyektif terhadap eksistensi Tuhan yang memerintah atas alam.
Kitab suci Al-Qur'an mengecam keras kaum materialis, dengan pertanyaan: "Apakah kamu mengira tatanan dunia
sia-sia?"
Al-Qur'an memberi jawaban: "Tidak
Kami ciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antaranya dengan
sia-sia" (28:27).
Lebih lanjut, Allah tidak menggerakkan peristiwa-peristiwa dunia tanpa
sebab-sebab yang layak. Semuanya bersandar kokoh pada Sunnah Allah (hukum
Allah) di dunia: "Tak akan kamu
dapati perubahan dalam Sunnah Allah" (35:43).
Segala sesuatu dalam alam, manusia dan sejarah mempunyai kwantitas yang
tertentu dan kadar yang pasti. Bukti yang paling penting untuk eksistensi Tuhan
yang terdapat dalam Al-Qur'an, menunjukkan eksistensi tatanan rasional dan
intelegensia dalam alam.
Pada segi ini dapat kita lihat bagaimana Marx, seperti pelajar abad
pertengahan yang tegar atau seorang pemeras politik, mengambil pandangan ajaran
pemikiran lawan yang sangat tidak dikuasainya, paling kasar dan menyimpang
sebagai bulan-butanan untuk diserang dan dihina.
Satu-satunya analisis langsung yang dikeluarkan oleh Marx yang
berhubungan dengan asal agama adalah pernyataannya yang terkenal: "Manusia adalah pencipta agama, bukan
agama pencipta manusia ". Di sinipun ia hanya mengulang pemyataan
Ludwig Feuerbach ( 1804-1872); ia berusaha mendapatkan penghargaan dengan cara
mengganti kata "Tuhan" dengan kata "agama" dan
menjadikannya tak bermakna atau sekurang-kurangnya kabur artinya. (Apa
maksudnya: "Agama bukanlah pencipta manusia?" Pernahkah
seorangmengatakan: "Agama adalah pencipta manusia?")
Kemudian Marx mengatakan: "Agama
memberikan sesuatu bentuk kesadaran diri untuk mereka yang belum mencapai
penguasaan diri, atau mereka yang telah kehilangan dirinya lagi. Meskipun
demikian, agama adalah realisasi suprarasional dari nasib manusia, sebab nasib
manusia tidak mempunyai eksistensi nyata. Konsekwensinya, memerangi agama
berarti memerangi suatu dunia yang di dalamnya adalah esensi spiritual. Musibah
agama mengungkapkan penderitaan sebenarnya, sekaligus memberikan suatu protes
terhadapnya. Agama adalah keluh-kesah dari wujud yang tiada berdaya, hati dari
dunia yang tak berhati, semangat dari makhluq yang tak bersemangat. Ia (agama)
adalah candu bagi masyarakat. Mengecam agama tak lain berarti mengecam lautan
air mata, yang di atasnya agama menjadi lingkaran sinar".
Di manakah, dalam semua ini, pemikiran yang lebih menyerupai ke dalam
filsafat daripada sekadar tehnik kesusasteraan? Apabila perspektif yang pada
dasarnya milik Feuerbach dikesampingkan; apakah yang tinggal dari Marx kecuali
gaya bahasa?
Apabila ia mengambil nada yang serius dan rasional, ia semata-mata
mengulang thema Feuerbach yang memerangi pengaruh pengasingan dari agama dengan
cara yang tak jelas: "Mengecam agama
dapat membebaskan manusia dari kesalahan, sehingga ia dapat berpikir, bertindak
dan menciptakan realitasnya sendiri sebagai seorang melihat melalui
kesalahannya sendiri, menguasai inteleknya sendiri ., sehingga dapat berputar
di sekeliling dirinya, yaitu di sekeliling mataharinya yang sebenamya".
Apakah ini bukan "humanisme atheis" yang itu-itu juga, yaitu
dasar dari pendapat Feuerbach? Agama adalah… suatu wujud suprarasional dari
nasib (takdir) manusia. Aga artinya ini?4
Memang, pengaruh Ludwig Feuerbach adalah merupakan hal yang paling
penting dan menentukan yang dipergunakan oleh Marx dalam mengeritik agama. Kita
yang hidup lebih dari satu abad setelah revolusi para pengikut Hegel mendapati
kepercayaan manusia semacam itu, yang menganggap telah membebaskan manusia dari
"tirani Tuhan", adalah sangat naif. Untuk memahami hal tersebut, kita
harus mencoba untuk merekonstruksi suasana intelektual di Prusia setelah Perang
Napoleon. Kaum intelektual tidak mampu menyokong obskurantisme dari gerakan
kontra revolusi sehingga mereka secara melampaui batas memuja Revolusi Perancis
sebagai suatu hal dan lambang kemerdekaan dan pencerahan. Karena para tiran
mengaku bahwa mereka mempunyai "hak kudus", adalah perlu untuk
memerangi paham tentang kekudusan tersebut agar dapat membebaskan manusia dari
tirani.
Lebih dari para pendahulunya, Feuerbach berusaha merumuskan suatu
filsafat yang benar-benar manusiawi (dalam anggapannya). Menurut Feuerbach,
manusia adalah satu-satunya obyek yang berharga bagi filsafat. Oleh karena itu,
dalam memahami segala sesuatu, termasuk agama, kita harus bertitik tolak pada
manusia. Agama tidak dapat mempunyai realitas di luar kesadaran pribadi
manusia, dan satu-satunya obyek dari agama adalah manusia sendiri.
Feuerbach adalah orang pertama yang berbicara tentang "pengasingan
religius", suatu ungkapan yang telah menjadi sangat terkenal karena
propaganda Marxis. Ia berpendapat bahwa manusia bukanlah semata-mata makhluq
individual, melainkan pada saat yang sama juga makhluq generik. Tegasnya, di
dalam diri seseorang terdapat gambaran dari seluruh umat manusia. Tetapi dalam
hal ini manusia merupakan kemanusiaan hanya secara virtual, karena dia
mengasingkan sebagian besar dari dirinya atas nama suatu Tuhan yang imaginer.
Oleh karena itu agama merupaka keseluruhan hubungan antara manusia dengan
dirinya sendiri, dan dengan keberadaannya yang secara generik adalah terasing.
Sampai saat ini, manusia masih belum berhasil mengumpulkan keseluruhan
hubungan tersebut, tetapi dia mempunyai pengertian tentang semacam
hubungan-hubungan itu yang dia proyeksikan dalam suatu realitas khayali yang
disebut Tuhan. Menurut Feuerbach dan para pengikutnya, tugas filsafat mencakup
pengajaran kepada manusia untuk memperoleh kembali bagian terbesar dari diri
mereka yang telah diasingkan oleh agama. Manusia harus segera menyadari dirinya
sendiri.
Dalam "The Essence of
Christianity", Feuerbach menulis: "Tugas kita adalah untuk
membuktikan bahwa perbedaan antara hal yang manusiawi dan yang kudus adalah
bersifat khayali, bahwa perbedaan tersebut tak lebih hanyalah merupakan
perbedaan antara hakikat kemanusiaan, yakni sifat manusiawi, dan manusia itu
sendiri. Jadi, obyek dan doktrin agama Kristen tak lain dan tak bukan adalah
manusia". Bagi Feuerbach, seperti juga bagi Bauer, Tuhan orang Kristen
mewakili "bentuk yang paling tinggi dari gambaran fantasi yang oleh
manusia dijadikan dengan unsur-unsur keberadaannya sendiri. Tuhan adalah hasil
suatu proses abstraksi panjang, contoh yang paling sempurna dari bermacam-macam
dewa, yang dimiliki oleh berbagai suku bangsa dan peradaban".
Bagi sebagian di antara kita yang tidak lagi berpikir berdasarkan
kategori-kaiegori idealisme Hegel, hal yang paling mengherankan adalah bahwa
manusia dapat percaya dengan sungguh-sungguh bahwa dia diciptakan oleh suatu
Tuhan yang diciptakannya sendiri. Kalau betul teori Feuerbach ini benar, hal
itu pasti telah lama lenyap.
Feuerbach akhirnya menyimpulkan: "Bila
kekudusan alam merupakan dasar dari semua agama; termasuk agama Kristen, maka
kekudusan manusia harus rnerupakan tujuan akhir… Titik tolak yang penting dalam
sejarah ialah bila manusia telah menjadi sadar, bahwa satu-satunya Tuhan bagi
manusia adalah dirinya sendiri: Homo Homini Deus!"
Seperti yang telah kita catat, Karl Marx adalah orang yang sejak awal
mulanya atheis. Dia jauh lebih condong kepada motif-motif psikologis dan
emosional. Tetapi pada zamannya, Marx memerlukan suatu pengesahan yang rasional
terhadap sikap emosionalnya. Dia menemukan pengesahan rasional tersebut pada
anthropolog Ludwig Feuerbach dan menganutnya dengan sepenuh hati.5
Feuerbach dan Marx secara naif mencoba untuk menerangkan dan sekaligus
menghina agama dengan pisau rasio semata. Mereka menduga bahwa untuk memahami
dan mengerti tentang agama adalah sama dengan cara yang dipergunakan urnuk
memahami filsafat atau ilmu pengetahuan. Mereka tidak mengerti bahwa agama
bukanlah masalah partial; agama bukanlah masalah rasio semata; atau masalah
intuisi saja; dan bukan pula masalah hanya aktivitas manusia. Agama adalah satu
manifestasi dari totalitas manusia.
Dalam hubungan ini Iqbal telah memberikan jawaban yang jelas tentang
masalah agama ini; ia menyatakan antara lain: "Akan tetapi menyesuaikan agama dengan akal bukanlah berarti
menerima kelebihan filsafat atas agama. Tidak sak lagi bahwa filsafat memang
mempunyai hak untuk mempersoalkan agama, tetapi apa yang akan dipertimbangkan
nanti adalah sedemikian rupa sifatnya sehingga ia tidak hendak menyerah kepada wewenang
filsafat itu. Sambil duduk mempersoalkan agama; filsafat tidaklah sanggup
menyuguhkan kepada agama suatu tempat yang rendah di antara bahan-bahan
keterangannya."
Agama bukan soal sebagian-sebagian; ia bukanlah akal semata-mata, tidak
pula hanya perasaan saja, ataupun tindakan semata-mata; ia adalah ekspresi dari
seluruh kemanusiaan. Oleh karena itu dalam memberi penilaian kepada agama,
filsafat harus mengakui kedudukan sentral dari agama dan tidaklah ada pilihan
lain selain menerimanya sebagai pusat sesuatu dalam proses sinthese pantulan
pikiran. Pula tidak ada sesuatu alasanpun untuk menyangka bahwa akal dan
intuisi itu pada dasamya adalah berlawanan satu sama lain. Mereka terbit dari
tempat yang sama dan saling isi mengisi. Yang satu berpegang pada kebenaran itu
secara sepotong-sepotong, yang lain memegangnya dalam kebulatan keseluruhannya.
Yang satu menetapkan pandangannya pada sementara dari kebenaran, yang lain
pada aspek keabadian. Yang satu adalah nikmat dinihari dari seluruh kebenaran;
yang lain bermaksud menjaraki keseluruhan dengan perlahan-lahan memerinci dan
menutupi berbagai-bagai dari keseluruhan itu guna peninjauan tersebut.
Kedua-duanya mencari penglihatan-penglihatan dari kebenaran yang itu-itu juga,
yang menampakkan dirinya pada mereka sesuai dengan fungsi mereka dalam
kehidupan. Pada hakekatnya, intuisi itu, sebagaimana kata Bergson secara tepat,
adalah hanya semacam akal yang lebih tinggi saja.6
Pandangan yang naif dan emosional terhadap agama, mengakibatkan kaum
komunis bersikap sangat benci dan garang terhadap agama. Lenin mengangap Marx
terlalu memberi hati kepada agama dengan berbicara bahwa agama merupakan candu
bagi masyarakat. Lenin melihat agama lebih mempunyai sifat seperti vodka yang
buruk. Pada tahun 1905 Lenin rnenulis: "Agama
adalah semacam vodka spiritual yang buruk, yang di dalamnya budak-budak
kapitalisme membenamkan sifat manusia dan rasa sakit hati mereka yang timbul
dari suatu kehidupan yang sangat tidak berharga". Bagi Stalin, yang
pemah menjadi seorang siswa Seminari dari Tiflis, unsur-unsur emosional pribadi
dari agama memainkan peranan yang lebih eksplisit dibanding bagi Lenin.
Meskipun demikian, tak seorang pun dari pemimpin Soviet dapat membayangkan
adanya kemungkinan agama tetap hidup di negara komunis tersebut.7
Sebab sikap bermusuhan terhadap agama sedemikian garangnya, sehingga
sejak tahun 1961, jadi lebih dari 100 tahun setelah kelahiran Marx, teks
program resmi negara Soviet dan Partai Komunis menegaskan: "peperangan tanpa ampun dan terus
menerus melawan kepercayaan agama dengan tujuan membangun komunisme di
tengah-tengah Soviet".8
Selain dari itu, Marx telah menjadikan materialisme sebagai landasan
filsafatnya, terbukti dewasa ini sangat lemah. Karena sebagaimana telah kita
maklumi dalam teori fisika quantum, terbukti yang semula dikira materi berasal
dari "sesuatu yang tidak diketahui" (misteri). Materi dan energi
adalah manifestasi bolak-balik dari sesuatu yang tidak diketahui, demikian
menurut teori quantum. Jadi materi secara hakiki merupakan misteri yang belum
diketahui manusia. Dengan demikian, bagaimana mungkin materi yang masih
rnisteri itu bisa dijadikan landasan filsafat yang benar? Jadi materialisme
sebagai aliran filsafat yang dipergunakan oleh Marx dan kaum komunis merupakan
falsafat ilusi, falsafat khayali, yang secara filosofis tidak bisa dipertanggung
jawabkan.
Selanjutnya, dialektika adalah merupakan methoda yang dipergunakan oleh
Marx di dalam mendekati dan memahami gejala-gejala alam, adalah berasal dari
filsafatHegel (1770-1831). Dialektika mempunyai pengertian bahwa alam semesta
ini bukan tumpukan yang terdiri atas segala sesuatu yang berdiri sendiri-sendin
dan terpisah-pisah, tetapi merupakan satu keseluruhan yang bulat dan
berhubungan satu sama lain; bahwa alam ini bukanlah sesuatu yang diam, tetapi
keadaannya terus bergerak dan berkembang; bahwa dalam proses perkembangan alam
semesta ini terdapat perubahan dari kwantatif ke kwalitaif dan sebaliknya;
bahwa pekembangan ini disebabkan karena adanya pertentangan di dalam benda itu
sendiri (kontradiksi intern). Singkatnya dialektika bercirikan 4 asas yaitu:
gerak, saling berhubungan, perubahan kualitatif ke kuantitatif atau
sebaliknya, dan kontradiksi intem.
Gerak diartikan sebagai perubahan pada umumnya. Gerak (motion) adalah satu tanda daripada
adanya benda. Setiap dari yang terkecil hingga yang terbesar, dari setitik atom
sampai sebuah matahari selalu bergerak, artinya selalu berubah, berkembang dan
lenyap. Kadang-kadang gerak membentuk satu keseimbangan, sehingga menjadi diam
(tidak bergerak). Demikianlah pada hakekatnya diam itu adalah satu macam
gerak.. Gerak adalah absolut, sedangkan diam adalah relatif. Perkembangan ini
berjalan dari yang rendah kepada yang lebih tingi, dari yang sederhana kepada
yang lebih kompleks. Walaupun kadang-kadang seperti kembali ke asal;
perkembangan ini sesungguhnya tidak berjalan dalam satu lingkaran, tetapi
berupa spiral yang terus maju dan menaik keatas.
Perubahan atau pekembangan ini disebabkan karena alam semesta saling
berhubungan satu dengan yang lain. Perubahan dalam satu bagian akan menyebabkan
pula perubahan dalam bagian lainnya; perkembangan dalam satu benda akan
mempengaruhi benda-benda lainnya.
Selain disebabkan adanya hubungari antara satu benda dengan benda
lainnya, perubahan atau perkembangan itu disebabkan karena adanya kontradiksi
intern yang selalu tejadi dalam segala hal. Dalam setiap hal selalu terdapat these dan lawannya yakni anti these. Kontradiksi antara these dan anti these melahirkan synthese.
Synthese ini kemudian menjadi these baru dan anti these baru dan melahirkan synthese
baru pula; dan begitu seterusnya. Dalam setiap hal selalu terdapat "pertentangan antara yang lama dan yang
baru, antara yang mati dan yang lahir, antara yang sedang lenyap dan yang
sedang berkembang".
Perkembangan ini terjadi karena penggantian yang lama oleh yang baru. Tak
ada perkembangan yang timbul dengan sendirinya, kecuali penggantian (negasi)
dari bentuknya yang lama (terdahulu). Inilah yang disebut "hukum negasi
dari negasi" (the law of negatif of
negation).
Perubahan kuantitatif selalu berlangsung secara kontinyu dan secara
berangsur-angsur (evolusi), sedangkan perubahan kualitatif tidak kontinyu,
melainkan merupakan loncatan yang terjadi sewaktu-waktu saja. Titik dimana
terjadi perubahan dari sesuatu kualitas tertentu ke kualitas lainnya disebut
revolusi.9
Marurut Marx, dialektika adalah teori tentang persatuan hal-hal yang
bertentangan (theory of the union
opposite). Pertentangan yang dimaksudkan oleh Marx itu tidak pernah
dijelaskan. Dalam keyakinannya bahwa feodalisme merupakan tesia, kapitalisme
merupakan antitesa, kemudian menjelma menjadi sosialisme sebagai sintesa.
Teorinya tidak didasarkan kepada penyelidikan yang jauh, hanya teori yang
bersifat spekulatif; Marx hanya bersikap abritraire.10
Kemudian historis-materialis yang merupakan dasar pembahasan penghidupan
masyarakat oleh Marx, ternyata berasal dari teori evolusi Darwin. Hal ini
terlihat jelas dari surat yang dikirimkan oleh Marx kepada Engels, setelah ia
mempelajari buku yang ditulis Darwin, yang antara lain berbunyi: "Aku menerima pandangari ini sebagai
dasar biologis untuk filsafat sejarahku".11
Padahal sebagaimana telah kita ketahui, bahwa teori Darwin mempunyai
kelemahan-kelemahan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, sehingga para ahli
evolusi alam berseminar selama empat hari di Chicago Amerika Serikat pada bulan
Oktober 1980; menolak teori evolusi Darwin tersebut. 12
Kemudian ekonomi dijadikan dasar di dalam menganalisa dari kehidupan
masyarakat oleh Marx, khususnya "Teori
hak milik dan teori nilai barang", diambil dari Proudhon dan Ricardo.
Menurut Proudhon (1809-1865) dalam bukunya "Que
'est ceque la Propriete" (Apakah hak milik itu?) pada tahun 1840,
antara lain menulis: "harta yang
tidak wajar yang diperoleh seseorang disebutnya sebagai harta milik/barang
curian". Sedangkan Ricardo ( 1772-1823 ) yang menyatakan antara lain: "Dari manakah datangnya nilai itu?
Nilai semua barang terletak dalam jumlah tenaga yang diperlukan untuk
membuatnya".
Kedua teori ini, kemudian dipergunakan oleh Marx sebagai teori
ekonominya. Marx berkata: "Jika
nilai barang itu terletak dalam tenaga yang dipergunakan untuk membuatnya,
mengapa nilai tersebut tidak semuanya diberikan kepada manusia yang membuatnya,
yakni kaum buruh". Karenanya, menurut Marx, nilai harga yang diambil
oleh para pemilik modal dalam suatu proses produksi, disebut sebagai "harta milik curian", yaitu
mencuri harta milik kaum buruh.
Sebagimana kita ketahui bahwa pada asal mula, para ahli ekonomi memakai
perkataan "real value'' (nilai
yang sesungguhnya) disamping perkataan "harga". Real value adalah nilai yang tidak ada hubungannya dengan harga.
Akan tetapi dewasa ini hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa nilai dan
harga adalah sama.
Menurut ahli-ahli ekonomi, sesuatu barang akan mempunyai nilai (value), jika barang itu memenuhi dua
syarat, pertama, barang itu harus
berfaedah (useful), yakni ada orang yang membutuhkannya. Kedua, barang itu telah memerlukan tenaga untuk membuatnya.
Sebaliknya suatu barang mungkin memerlukan tenaga kerja bertahun-tahun untuk
membuatnya, akan tetapi kalau tak ada orang yang memerlukannya, maka barang
tersebut tak mempunyai harga.
Demikianlah pentingnya hubungan antara faedah dan nilai; namun Marx tidak
memasukkan unsur faedah dalam memberikan definisi mengenai "nilai".
Ia hanya berkata bahwa "nilai adalah
hasil dari tenaga".
Selanjutnya, dalam teori ekonomi, untuk membuat sesuatu barang yang ada
nilainya diperlukan 4 unsur; yaitu: ladang
(bahan mentah), tenaga, modal (kapital)
dan organisasi (management).
Masing-masing dari 4 unsur tersebut mendapat bagian dari hasil ladang
mendapatkan sewa; tenaga mendapatkan upah; modal mendapat keuntungan (interest)
dan managemant, termasuk di dalamnya unsur ketidak-tentuan (resiko) mendapat
laba (profit). Marx menolak pendapat tersebut dan mengatakan bahwa "hanya tenagalah yang berhak kepada
laba".
Menurut Marx, dalam tiap-tiap benda yang dibuat manusia ada suatu hal
yang dinamakan "nilai" dan ada pula yang dinamakan "nilai
kelebihan" (surplus value). Yang
dimaksud nilai adalah nilai jika barang itu ditukar persis sama, tetapi nilai
tersebut tak dapat disamakan dengan "harga". Adapun nilai lebih (surplus value) adalah nilai yang
menetapkan keuntungan pada umumnya.
Apabila kita perhatikan teori ekonomi Marx, khususnya teori tentang
"nilai dan nilai kelebihan", dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sesungguhnya teori Marx tentangnilai dan nilai kelebihan itu bukanlah
teori ekonomi, akan tetapi suatu alat propaganda politik untuk menunjukkan
bahwa kaum kaya itu hidupnya hanya mengeksploitir tenaga kaum miskin;
2. Teori Marx tersebut hanya berdasarkan kepada anggapan bahwa tenaga
manusia adalah satu-satunya sumber dari mana nilai itu muncul. Anggapan semacam
ini adalah salah, sebab Marx hanya memberikan perhatiannya kepada satu faktor
secara berlebihan, padahal masalahnya sangat kompleks, khususnya faktor-faktor
yang menentukan masalah nilai;
3. Yang digambarkan oleh Marx tentang kaum kapitalis dari awal abad XVIII
adalah orang-orang yang mempunyai kapital dan perusahaan sendiri. Akan tetapi
mulai pertengahan abad XVIII tersebut, modal itu tidak dimiliki oleh pengusaha
saja. Modal dikumpulkan dari bermacam-macam golongan diantaranya dari golongan
buruh sendiri, sedangkan management dilakukan oleh orang-orang yang cakap
tetapi mereka itu pada dasamya bekerja sebagai buruh. 13
Dari ungkapan latar belakang sejarah mengenai Komunisme-Atheisme dapat
disimpulkan bahwa Komunisme-Atheisme adalah himpunan dari berbagai
teori/konsepsi filsafat, yaitu:
1. Atheisme dan materialisme milik Feuerbach
2. Dialektika adalah milik Hegel
3. Evolusi Sejarah adalah milik Darwin
4. Teori harta milik adalah milik Proudhon
5. Teori nilai dan nilai lebih adalah milik Ricardo.
Sehubungan dengan ini Raymond Aron menyimpulkan bahwa Marxisme tidak lain
adalah himpunan yang dibuat secara cerdik dari segala sesuatu yang telah
dikatakan oleh non Marxist. 14
Jadi, apabila atheisme dan materialisme (Feuerbach), dialektika (Hegel),
evolusi (Darwin), harta milik (Proudhon), theori nilai (Ricardo), dicopot dari
Komunisme-Atheisme, tidak ada yang tinggal kecuali kerangka-kerangka yang
kosong.
Lalu teori-teori Komunisme-Atheisme tidak ditulis sendirian oleh Marx,
tetapi ditulis bersama-sama dengan Engels; dan buku pertamanya berjudul "Manifesto Komunis" terbit
pada tahtu 1848. Kemudian menyusul buku "Das
Kapital I", yang terbit pada tahun 1867; sedangkan Das Kapital jilid
II dan IIl diterbitkan oteh Engels sesudah Marx meninggal.
Untuk merealisasikan idea-ideanya, Marx telah mendirikan organisasi
Komunis Internasional yang disingkat Intenational I pada tahun 1864 sampai
1876. Tetapi organisasi ini tidak bisa bertahan lama, karena perpecahan
diantara anggota-anggotanya, khususnya antara Marx dengan Mickail Bakunin dari
Rusia. Internasional II didirikan pada tahun 1889. Setelah 6 tahun Marx
meninggal. Internasional II ini didominir oleh tokoh-tokoh komunis Jerman,
seperti Eduard Bernstein yang dianggap sebagai tokoh revisionis. Pola yang akan
ditempuh oleh Internasional II secara evolusioner ternyata ditentang oleh
Lenin; sebab menurut Lenin cara evolusioner adalah menyalahi doktrin komunis,
cara satu-satunya adalah revolusioner, karena hal itu merupakan syarat mutlak
untuk menciptakan masyarakat komunis. Pada Perang Dunia II pertentangan di
dalam Internasional II ini tambah sengit, sehingga Internasional UU lumpuh.
15
Gambaran latar belakang sejarah Komunisme-Atheisme dan memberikan
kenyataan bahwa teori-teori komunisme-atheisme yang disusun oleh Marx dan
Engels, diambil dari bermacam teori orang lain yang sedikit sekali dikuasainya,
sehingga penyusunannya dalam satu kerangka komunisme-atheisme menjadi sangat
absurd. Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan ini, maka kita lebih cenderung
untuk berkesimpulan bahwa komunisme-atheisme bukan lahir karena pemikiran yang
murni dari filsafat Marx dan Engels, tetapi karena ada pesanan dari sekelompok,
orang /organisasi, dan dalam hal ini adalah Freemasonry.
Absurditas dari filsafat komunisme-atheisme, akan kita buktikan dalam
pasal-pasal selanjutnya dari tulisan ini.
Pandangan Hidupnya
Mengenai paham materialisme, Marx berpendapat bahwa alam kebendaan adalah
kenyataan pokok (fundamental-reality); walaupun alam kebendaan itu dapat
dijadikan bahan untuk dipikirkan, namun ini tidak diwujudkan oleh pikiran.
Pendapat Marx ini adalah reaksi terhadap filsafat idealisme yang menyatakan
bahwa apa yang ada itu sesungguhnya ialah pikiran; bahwa alam kebendaan
(materi) adalah ciptaan dari pikiran.
Bagi Marx, perasan (sensation)
yang memberi gambaran tentang alam kebendaan tidak memberi pengetahuan kepada
kita, akan tetapi hanya merupakan pendorong kepada terjadinya pengetahuan yang
sesungguhnya. Marx beranggapan bahwa hakikat itu adalah benda dan bukan
pikiran. Bendalah yang berwujud lebih dahulu, sesudah itu barulah muncul
pikiran.
Dengan demikian bahwa materi (benda) adalah primer, asas, gerak, saling
berhubungan, asasperubahan kuantitatif ke kualitatif dan asas kontradiksi, yang
berlaku juga di dalam masyarakat. Materialisme tidak megakui bahwa manusia
adalah makhluk moral.
Padahal moral yang berintikan nilai-nilai luhur bagi kehidupan manuisa,
yang telah dikenal dan dipergunakan oleh manusia sepanjang sejarah, sejak
kehadirannya di planet bumi ini. Nilai-nilai moral terdiri dari ikatan yang ada
antara manusia dalam setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif
yang lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat
disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang
merasa rela untuk membuktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan
ini. Tambahan pula, ada yang pantas direnungkan, yaitu bahwa di sini tidak ada
masalah pembenaran alamiah, rasional atau ilmiah; begitu pula perasaan ini,
sebagai manifestasi eksistensi yarig paling mulia dari makhluk manusia, dalam
semua agama dan kebudayaan sepanjang sejarah, diakui sebagai sumber terbesar,
Keagungan tertinggi emosi yang paling berharga dan kejadian yang paling ajaib.
Dari mulai orang-orang yang telah mengabaikan, kehidupan materialnya demi
seni, demi kesusasteraan dan ilmu, sampai para syuhada, pencari kebenaran dan
pahlawan besar setiap bangsa; dari seorang yang dalam perkawinan memilih cinta
daripada kehidupan yang layak; sampai kepada seseorang yang demi keyakinan
agama atau kemanusiaan membutakan matanya dari masalah cinta pribadi, atau
bahkan dari dirinya sendiri; mereka semua adalah pencinta nilai manusiawi dalam
kehidupan manusia. Nilai dan manfaat adalah dua istilah yang belawanan, dan
yang menjadikan manusia makhluk immateriat, bebas dari dan juga berada di atas
semua makhluk lain adalah hasil dari pandangan yang tinggi terhadap nilai.
Nilai-nilai tidak mempunyai wujud dalam alam, tidak mempuriyai identitas
eksternal dan material. Oleh karena itu, realisme {materialisme dan
naturalisme) tidak dapat mengakui eksistensi nilai, karena tanpa kemanusiaan
tidak akan ada nilai-nilai. Kita sampai pada kesimpulan yang tidak dapat
dihindarkan, bahwa nilai-nilai berasal dari manusia, dan karenanya juga dari
orde ideal atau subyektif. Karena alasan itu orang-orang materialis pasti
menyangkal nilai-nilai. Tetapi bagaimana mungkin orang dapat menyangkal
manifestasi-eksistensial yang paling luhur dari makhluk manusia ini? Melakukan
hal itu tentu merupakan tugas yang sulit, memalukan dan mematikan. Tetapi ke
mana lagi kaum materialis harus merujuk? Kecuali kalau rnereka terpaksa
mengakui manusia lebih utama dari realitas materi. Pernyataan-pernyataan ini
tentu saja menyangkal materialisme.
Tetapi para filosof materialis yang semata-mata bersandar pada gagasan
filosofis dan ilmiah (?) dari sosiologi, psikologi, anthropologi tidak
ragu-ragu untuk menyangkal eksistensi nilai, melemparkannya sebagai takhayul,
anggapan-anggapan bohong, kebiasaan warisan, atau adat-istiadat sosial akibat
dari bentuk-bentuk material, atau sebagai keadaan emosional yang berasal dari
fisiologi, hewan yang berbicara! Dengan analisis sok ilmiah yang tanpa perasaan
dan tanpa belas kasihan, kaum materialis merusak kesucian esensial, kebajikan
nilai-nilai, dan membedahnya seperti orang yang memotong-motong suatu sistem
yang hidup dan indah, hingga menjadi zat mati dan komponen-komponen material
yang rendah.
Jadi, apabila mereka dihadapkan dengan seseorang yang melupakan dirinya
demi mencari penemuan ilmiah, atau seseorang yang membaktikan dirinya untuk
negara, atau seseorang yang memilih cita-citanya di atas kepentingan pribadi,
atau seseorang yang memberikan nilai yang lebih tinggi pada keindahan dan
kebaikan ketimbang keuntungan dan kesenangan pribadi, maka kaum materialis
menjelaskan perasaannya persis seperti mereka menjelaskan partisipasi dalam
upacara khitanan.
Di sinilah Marxisme --yang menjadikan materialisme sebagai dasar
fitsafatnya-- jatuh pada suatu kedudukan yang sangat lemah bagi sebuah
ideologi. Pertama-tama, Marx bukanlah semata-mata seorang materialis filosofis
yang senang berbicara seperti Sartre: "apapun
yang kamu pilih dari kemerdekaan, kebebasan memilih dan niat baik, semuanya
merupakan suatu nilai dan kebaikan" (walaupun mungkin berupa
pengabdian pada syaitan dan rasa emosional yang rendah). Marx seorang ideologis
sosial yang menjadi pemimpin politik kaum proletar pada zamannya, dan pendiri
partai pada tahap aksi, dan dengan demikian ia hanya penyebar program tertentu.
Berbeda dengan Sartre, Marx berkata: "Kamu
bertanggung jawab atas pilihanmu, dan dalam menghadapi tanggung jawab ini kamu
harus berjuang dan berkorban untuk mewujudkan cita-cita yang istimewa ini.
Yakni, kamu harus mangerahkan semua motif material, kebutuhan ekonomi,
keinginan duniawi, bahkan kehidupanmu demi perjuangan ini".
Ungkapan di atas ini tak sak lagi, bahwa Marx berbicara tentang
serangkaian nilai-nilai yang berlawanan dengan kepentingan diri dan mengatasi
eksistensi material manusia. Jadi apabila ia berbicara mengenai kapitalis dan
psikologis borjuis yang mengukur eksisterisi manusra dengan uang, menycret
manusia ke dalam kebejatan moral dan membangun masyarakat korup, maka ia
mendasarkan pikirannya pada nilai-nilai moral.
Tetapi; apabila ia mempertontonkan kemegahan bangunan pemikirannya dan
membicarakan materialisme dialektis; ia berjuang mati-matian untuk membuktikan
bahwa dirinya setia pada materialisme, dan hanya membenarkan semua yang cocok
dengan argumentasi biologis dan materialis dari pengetahuan alamiah Dan ia mengikuti
kaum materialis lainnya, termasuk kaum realis yang paling tegar dalam
merendahkan nilai kemanusiaan menjadi sesuatu yang tanpa dasar. Dari pikiran
dan pendirian yang labil ini, menunjukkan bahwa Marx adalah tidak konsisten
dengan landasan filsafatnya sendiri.
Marx berulang kali menunjukkan dengan bangga secuil tipuan ilmiah, yang
dilakukannya untuk memelihara kemuliaan manusia, yaitu: "dialektika tidak memandang manusia seperti apa yang dilakukan
oleh bentuk lain naturalisme dan materialisme --yaitu sebagai wujud material
yang tetap, dalam alam yang mekanis-- tetapi menggambarkannya sebagai makhluk
yang sedang berevolusi, bergerak ke muka dengan dialektika historis."
Dengan tipuan ini Marx memindahkan kemanusiaan dari bidang alam ke bidang
sejarah.
Tetapi manusia tidak mendapat kemuliaan dengan pengangkatan ini. Karena
sejarah menurut Marx adalah: "Kelanjutan
dari gerakan alam material". Manusia dalam konteks sejarah akhimya
kembali kepada alam mekanis dari kaum materialis, untuk dipandang sebagai wujud
material. Jadi semua nilai yang Marx berikan kepadanya dalam konteks masyarakat
ditarik kembali. Dengan bantuan materialisme dialektis (mengingatkan kepada
pemyataan Chandel): "Marx si
filosof; menghancurkan semua nilai hakikat manusia di bawah roda-roda tank
materialisme - dialektis". Tetapi Marx, si politikus dan si pemimpin,
dengan pujiannya yang paling bersemangat dan paling bergairah terhadap
nilai-nilai ini menggerakkan rakyat untuk mencapai kekuasaan dan kemenangan.
16
Historical-materialisme artinya materialisme dalam memahami sejarah
bertumpu pada dua pikiran, yaitu, sebab-sebab ekonomi adalah sangat penting
(economic causes are fundamental), dan sebab-sebab tersebut menjalankan
peranannya menurut prinsip-prinsip dialektis. Dalam teori ini Marx menganalisa
masyarakat melalui penafsiran ekonomi tentang sejarah: produk barang-barang dan
jasa-jasa ini adalah dasar (infrastruktur) dari gejala proses dan
lembaga-lembaga sosial. Marx tidak mendakwakan bahwa faktor ekonomis adalah
satu-satunya faktor dalam pembentukan sejarah; tetapi ia berpendapat bahwa
faktor ini adalah yang terpenting, sebagai dasar, sebagai infrastruktur untuk
membangun suprastruktur: kebudayaan, perundang-undangan, pemerintahan,
ideologi politik, sosial, agama, kesusasteraan dan artistik.
Sacara umum, Marx melukiskan hubungan antara kondisi-kondisi material
kehidupan manusia dan idea-idea sebagai berikut: "Bukanlah kesadaran manusia yang menentukan adanya mereka, akan
tetapi sebaliknya, adanya mereka dalam penghidupan sosial-lah yang menentukan
kesadaran mereka".
Dalam satu masyarakat yang berpindah-pindah (nomadis) misalnya, kuda
mungkin dianggap sebagai alat yang utama untuk mendapatkan dan mengumpulkan
harta. Dari sudut pandangan Marx "sendi" dari penghidupan yang nomadis
ini merupakan kunci bagi "supra struktur". Undang-undang,
pemerintahan dan idea-idea yang berpengaruh dalam masyarakat itu. Demikianlah,
menurut Marx, mereka yang terbanyak mempunyai kuda dalam masyarakat nomadis
semacam itu juga akan menjadi pemimpin-pemimpin politik yang membuat dan
menafsirkan undang-undang; mungkin mereka juga akan mendapatkan penghormatan
yang tertingi dan menjadi orang yang paling disegani bagi anggota-anggota suku
yang tidak mempunyai kuda. Dalam lingkungari alam semacam itu buah pikiran,
konsep-konsep sosial dan kultural yang paling berpengaruh akan mencerminkan
kedudukan ekonomi yang berpengaruh dari mereka yang mempunyai kuda banyak.
Juga di lapangan keagamaan pengaruh mereka tidak akan ketinggalan. Tuhan,
misalnya mungkin digambarkan sebagai seorang pengendara kuda yang tegap dan
kuat; dan mengenai keadilan dan kekuasaan, Tuhan akan dibayangkan sebagai
kelanjutan dalam ukuran besar dari keadilan manusia yang ditetapkan oleh
pemilih pemimpin pemilik kuda itu.
Dalam satu masyarakat tani yang telah jadi, pemilik tanah akan menjadi
kunci bagi pembentukan lembaga-lembaga dan konsep-konsep politik, sosial,
hukum dan kebudayaan: Dalam masyarakat semacam itu, kelas yang memiliki tanah
adalah pemerintah yang sebenarnya dari negara dan masyarakat, tak peduli apakah
ada kekuasaan formal yang berlainan tujuan. Demikian pula, kelas pemilik tanah
akan menentukan ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial yang datang dan berlaku.
Akhirnya dalam masyarakat industri modern dari dua abad belakang ini,
pemilikan alat-alat produksi industri merupakan kunci utama. Kaum kapitalis
tidak saja menentukan nasib ekonomi masyarakat, tapi juga menguasainya secara
politis (tidak peduli kenyataan-kenyataan sebaliknya yang formal dan sah), dan
menetapkan ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat itu. Tujuan
terakhir dari undang-undang, pendidikan, pers, dari hasil-hasil karya artistik
dan sastera adalah untuk mempertahankan satu idealogi yang dijiwai oleh kekebalan
dan kebenaran bangunan-bangunan hak milik kapitalis
Teori interpretasi ekonomis terhadap sejarah oleh Marx mempunyai
kekurangan-kekurangan yang sama dengan teori-teori lainnya, yakni dalam bentuk
anggapan seakan-akan telah memberikan "kunci utama" bagi penafsiran
sejarah: satu pemukul-rataan dan pemudahan persoalan yang berlebih-lebihan.
Apabila diperlukan hanya satu faktor (apakah faktor itu berupa pahlawan,
peperangan, agama, suasana, suku bangsa, ekonomi dan lain-lain seterusnya dalam
sejarah ) untuk tugas penerangan dan penggambaran, yang seharusnya lebih tepat
dilakukan beberapa faktor, maka tugasnya akan terlalu berat. Tidak pemah ada
satu faktor yang sendirinya lebih berpengaruh di sepanjang sejarah, dan faktor
manakah yang paling penting dalam suatu keadaan tertentu adalah satu soal yang
harus diselidiki dari pengalaman.
Satu jalinan banyak faktor yang sukar diuraikan, senantiasa terdapat
dari bukanlah satu pekerjaan yang mudah untuk menerangkannya dalam bentuk satu
peristiwa kongkrit atau satu rentetan kejadian. Adalah cukup sukar untuk
menerangkan secara pasti alasan-alasan apakah yang menyebabkan diambilnya
tindakan oleh seseorang, oleh karena tindakan seseorang itu sering saling
bertentangan, suatu hal yang menurut pikiran yang wajar tidak semestinya.
Adalah lebih sukar lagi untuk menyisihkan bagian-bagian yang menentukan dari
suatu tindakan yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh suatu golongan kecil;
dan sesungguhnya adalah tidak mungkin untuk memukul-ratakan saja segala
tindakan kolektif secara besar-besaran dari proses-proses di sepanjang
sejarah.
Untuk memberikan sebuah gambaran yang praktis: Penafsiran Marxis tentang
imperialisme ialah sebab yang utama adalah kepentingan-kepentingan dan
pertentangan-pertentangan ekonomi, dan peperangan dalam zaman kapitalisme adalah
puncak dari pertentangan-pertentangan imperialisme. Tidak disangkal lagi bahwa
imperialisme; kuno maupun modem, telah terwujud dalam sejarah yang
asal-usulnya dapat diteliti; yakni berasal dari faktor-faktor ekonomi; beberapa
contah dari ekspansi imperialisme klasik dari negara-negara kapitalis maju
seperti Belanda, lnggris dan Perancis dalam abad XVIII dan permulaan abad XIX
dapat diselidiki asal-usulnya, yakni terutama kekuatan-kekuatan ekonomi.
Selanjutnya juga mungkin untuk menemukan perang-perang kecil, baik di zaman
dahulu maupun di waktu akhir-akhir ini, yang terutama beralaskan kepentingan-kepentingan
dan persengketaan- persengketaan ekonomi.
Sungguhpun demikian, interpretasi ekonomis tidaklah mengenai inti
persoalan, sepanjang yang berkenaan dengan pertikaian-pertikaian besar dan
menetukan dalam sejarah. Orang-orang Yunani/Romawi yang memerangi Persia hampir
2500 tahun yang lalu berbuat demikian, bukanlah terutama untuk melindungi
modal-modal yang ditanam dan kepentingan-kepentingan perdagangan di Asia Kecil,
akan tetapi oleh karena mereka tahu bahwa kemenangan Persia akan berarti
berakhimya peradaban Yunani/Romawi.
Kemenangan Persia tidak disangkal lagi akan mengakibatkan
kerugian-kerugian di lapangan ekonomi
dan keuangan bagi Yunani, akan tetapi kemungkinan akibatnya yang utama adalah
kehancuran cara hidup Yunani, dengan segala ketekunannya dalam usaha mencari
kebenaran, dan penghargaannya terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena
seluruh bangunan peradaban Barat tidak dapat dibayangkan dengan tidak mengingat
sumber Yunaninya; kemenangan Persia atas Yunani akan berarti
"Asianisasi" Eropa secara spiritual dan intelektual.
Demikian juga untuk mengambil contoh yang paling dekat, inti persoalan
dalam Perang Dunia I dan II bukanlah perlindungan terhadap investasi-investasi
Inggeris di Afrika atau pinjaman Amerika Seerikat pada lnggeris dan Prancis,
akan tetapi soal yang lebih pokok ialah apakah kemerdekaan agama; intelektual,
politik dan rasial, akan hidup terus, ataukah militerisme totaliter akan
menguasai dunia. Sekali lagi, tidak diragukan bahwa kemenangan Jerman dalam
Perang Dunia I dan II akan mengakibatkan kerugian-kerugian yang mendalam di
lapangan ekonomi bagi yang kalah; tetapi akibat ekonomi ini akan kecil artinya
jika dibandingkan dengan akibat-akibat pengembalian cara hidup yang didasarkan
atas penolakan total terhadap tradisi Barat.
Yang luput dari interpretasi Marxis-Komunis dalam menganalisa
pertikaian-pertikaian besar semacam itu adalah, pertama, unsur kekuasaan (yang kadang-kadang lebih banyak menjadi
sebab daripada merupakan akibat dari keuntungan ekonomi); kedua, bentrokan diantara sistem-sistem nilai yang sering lebih
penting bagi manusia daripada kepentingan-kepentingaan ekonomi, tak perduli
apakah nilai-nilai yang bersangkutan semata-mata bersifat politik, agama,
intelektual, atau dalam arti yang lebih luas, pernyataan simbolik dari sesuatu
keseluruhan cara hidup. Sebenarnya dimana pertentangan-pertentangan kepentingan
bersifat ekonomi, kompromi biasanya agak lebih mudah dicapai; akan tetapi,
dimana nilai-nilai yang lebih mendalam dipertaruhkan, seperti kemerdekaan
perseorangan, kemerdekaan beragama, atau kemerdekaan nasional, maka kompromi
akan menjadi lebih sulit. 17
Marxisme-Komunisme menggambarkan sejarah sebagai satu-satunya arus
material-determinatif yang dalam perjalanannya, membangun sesuatu yang disebut
manusia dari elemen material, sesuai dengan hukum proses sejarah yang tak dapat
diubah. Jadi pada akhirnya historisme menurut Marx dan Komunis mengarah kepada
determinisme-materialistis, dimana di dalamnya manusia menjadi elemen yang
pasif.
Dalam konteks ini Marxisme-Komunisme adalah suatu keadaan yang
membingungkan. Marx dalam salah satu fasenya adalah seorang materialis, jadi
menganggap makhluk manusia hanya sebagai suatu elemen dalam batas-batas dunia
material. Dalam fase lain, ia adalah pendukung ekstrim.sosiologisme. Jadi ia
memberikan kebebasan pada masyarakat dalam menghadapi kecenderungan
naturalistik dan humanistik, dan kemudian dengan sewenang-wenang menggolong-golongkan
unsur-unsurnya ke dalam infrastruktur atau suprastruktur - yang pertama
menunjukkan cara produksi material; dan yang kedua menunjukkan kebudayaan,
moral, filsafat, kesusastraan, seni, ideologi dan seterusnya. Dalam hal ini
manusia tak lebih daripada bagian-bagian ini. Ringkasnya, kemanusiaan ternyata
hanya produk dari cara produksi material. Karena Marx merinci cara produksi
sebagai terdiri atas alat-alat produksi, maka akhimya keunggulan manusia dalam
Marxisme-Komunisme berasal dari keunggulan alat-alat. Jadi di sini ia berbicara
mengenai paham peralatan (untensilisme),
humanisme.
Dengan menggabungkan dialektika dengan materialisme, Marx bukan saja
menyembunyikan mahkota kemuliaan manusia, tetapi juga membangun determinisme
materialisme di atas kekuatan determiriisme historis dalam manusia. Hal ini
benar-benar mengakibatkan perbelengguan keinginan manusiawi sebagai sumber
keunggulan manusia di dunia ini, dan akhirnya menceburkan kemanusiaan ke dalam
lubang yang sama dari fatalisme - yang digali oleh pendukung ajaran religius -
takhayul atau filosof filosof dan teolog-teolog yang bekerjasama dengan
kekuasaan politis. 18
Dari uraian singkat di atas, tampak degan jelas bahwa teori Historical-Materialisme tidak ditopang
oleh data dan fakta yang akurat, dan di samping itu adanya kerancuan dalam
jalan pikiran Marx untuk mangambil kesimpulan umum. Historical-Materialisme lebih bersifat dogmatis ketimbang ilmiah.
Selanjutnya, teori dialektika Marx dalam sejarah dirumuskannya sebagai
berikut: feodalisme sebagai tesa; kapitalisme sebagai antitesa, dan komunisme
sebagai sintesa. Teori ini, katanya, akan terus berlaku di setiap permukaan
bumi ini! Tetapi satu fakta yang tidak bisa dibantah bahwa Rusia sebagai satu
bentuk dan contoh negara komunis pertama di dunia, menjelma langsung dari fase
feodalisme menjadi komunisme tanpa melalui fase kapitalisme; dari tesa langsung
kepada sintesa tanpa melalui antitesa. lni adalah bukti bahwa Rusia sebagai
negara yang menerima sepenuhnya doktrin Karl Marx, secara langsung mendustakan
teori Marx mengenai dialektika. 19
Begitu pula negara Cina Komunis dan Vietnam, serta bahkan negara-negara
Eropa Timur yang menjadi negara-negara komunis seperti Hongaria, Polandia,
Cekoslovakia, juga tidak menurut dialektika Marx: feodalisme - kapitalisme -
komunisme, tetapi karena ekspansi militer Rusia.
Dalam Manifesto Komunis, Marx menerangkan apa sebabnya revolusi merupakan
satu-satunya cara bagi perubahan bentuk yang pokok di bidang sosial. Apabila "knowhow" di lapangan
teknologi (tenaga-tenaga produksi infrastruktur) mulai mengatasi lembagalembaga
sosial; hukum dan politik yang ada (hubungan-hubungan produksi/suprastruktur),
para pemilik alat-alat produksi tidak melapangkan jalan secara hormat untuk
membiarkan sejarah mengikuti arah yang mau tidak mau ditempuhnya.
Oleh karena itu ideologi kelas yang berkuasa mencerminkan sistem ekonomi
yang berlaku, para pemilik alat-alat produksi percaya sungguh bahwa sistem yang
berlaku secara ekonomis adalah yang paling efisien, secara sosial yang paling
adil, dan secara filosofis yang paling selaras dengan undang-undang alam dan
dengan kemauan Tuhan yang manapun yang mereka puja.
Marx mengatakan dengan tandas bahwa tuan tanah feodal atau kapitalis
industri perseorangan; menghalangi perubahan sosial karena ketamakan diri
sendiri; perlawanan kelas yang berkuasa terhadap perubahan adalah sedemikian
gigih, sehingga akhirnya membuat revolusi suatu hal yang tidak dapat dielakkan;
tegasnya karena ia menyemaikan nilai-nilainya sendiri dengan nilai-nilai
universal yang berlaku. Oleh karena itu kelas yang berkuasa akan menggerakkan
segala alat suprastruktur: hukum, politik dan ideologi untuk memblokir
pertumbuhan-pertumbuhan kekuatan yang mewakili sistem ekonomi yang potensial,
yang lebih progresif. Disebabkan hal ini, Marx mengatakan di bagian permulaan
Manifesto Komunis bahwa "sejarah
seluruh masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah dari perjuangan
kelas".
Marx tidak berhasil mendapatkan contoh dalam sejarah dimana suatu sistem
sosial dan ekonomi berpengaruh, secara sukarela menyerah kalah terhadap
penggantinya. Berdasarkan anggapan bahwa masa depan itu akan menyerupai masa
silam orang-orang komunis, seperti ditulis oleh Manifesto Komunis, "dengan
terus terang menyatakan bahwa tujuan mereka hanya dapat tercapai dengan
merombak segala kondisi-kondisi sosial yang ada dengan jalan kekerasan".
Ini adalah salah satu dari prinsip-prinsip yang menentukan dari
Marxisme-Leninisme, dan satu prinsip yang paling jelas dan tegas membedakannya
dari demokrasi.
Marx pada satu saat tidak mempunyai pandangan yang konsisten bagaimana
perubahan politik dari kapitalisme ke komunisme akan berlangsung. Sungguhpun
dalam Manifesto Komunis, seperti juga melalui banyak pernyataannya tentang soal
tersebut, ia percaya akan perlunya revolusi, tetapi terkadang ia tidak
konsisten bahkan ragu. Berbicara di tahun 1872 pada suatu rapat umum di
Amsterdam sehabis Kongres Internasional I; Marx mengakui bahwa kelas pekerja
dapat menempuh berbagai jalan dalam mencapai kekuasaan: "Kita tahu bahwa kita harus mempertimbangkan bahwa lembaga-lembaga
adat dan kebiasaan dari berbagai daerah, dan kita tidak menyangkal bahwa ada
negara-negara seperti Amerika, Inggeris dan --andaikata saya mengenal
lembaga-lembaga saudara lebih baik, saya mungkin akan menambahkan negeri
Belanda-- di mana kaum pekerja dapat mencapai tujuan mereka dengan jalan damai.
Akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan semua negara lainnya".
Marx tidak pemah mempelajari secara penuh implikasi pembedaan ini, dan pendapat
yang kuno dari Marxisme-Komunisme adalah tetap bahwa perubahan dasar di bidang
sosial dan ekonomi tidaklah mungkin kecuali dengan peperangan kelas, kekerasan
dan revolusi.
Dalam permulaan tahun 1830 terjadilah dua revolusi besar yang bagi Marx
gagal untuk menilai dengan sewajarnya. Di tahun 1832, dikeluarkan Reform Act di lnggeris, yang berarti
bahwa pemerintahan bangsa tersebut mulai saat itu akan dipegang bersama-sama
oleh kaum aristokrat dan golongari kelas menengah, dengan berat timbangan cara
bertahap bergeser ke arah yang menguntungkari bagi golongan terakhir. Pada
waktu yang hampir bersamaan; revolusi kaum pengikut Jackson di Amerika Serikat
menimbulkan pergeseran secara damai pula dalam kekuasaan kelas; dengan jalan
membawa orang-orang dari daerah luar kota masuk ke dalam gelanggang potitik
Amerika dan dengan berhasil menantang keunggulan tuan-tuan dari Virginia dan
New England yang mempermalukan pemerintah Amerika Serikat sebagai anugerah
Tuhan.
Perubahan-perubahan di Inggeris dan Arnerika Serikat adalah lebih dan
pada hanya merupakan kemenangan-kemenangan politik: mereka adalah permulaan
dari pergeseran yang tetap dalam pembagian kekuatan posisi dan ekonomi pada
kedua bangsa tersebut; semacam perubahan yang ada dalam benak pikiran Marx.
Ketika revolusi menyapu bersih seluruh Eropa di tahun 1848, Inggeris tidak
terkena, karena tujuan revolusi tahun 1884 --yang memenangkan bagi golongan
kelas menengah bagian yang wajar di bidang kekuasaan sosial dan politik-- telah
dicapai secara damai oleh golongan kelas menengah di Inggeris di tahun 1832.
Andaikata Marx mengakui secara wajar pentingnya faktor politik, andaikata
ia dapat menangkap sepenuhnya kepentingan peranan Reform Act di Inggeris dan revolusi damai Jackson di Amerika Serikat;
ia akan menginsafi bahwa sosialisme di negara-negara yang mempunyai
tradisi-tradisi yang demokratis, yang cukup kuat menampung
perubahan-perubahan sosial dan ekonomis yang berakibat jauh, dengan tidak
usah menempuh jalan perang saudara. Akan tetapi pengakuan terhadap
faktor-faktor kultural dan politik dalam memperseimbangkan perubahan sosial
yang sesungguhnya akan berarti melepaskan pusat tempat berpijak Marx: bahwa
sejarah adalah sejarah peperangan kelas, dan bahwa kelas-kelas yang berkuasa
selalu mempertahankan kedudukan mereka sampai detik yang penghabisan, yang
pahit sekalipun.
Apabila kadang-kadang Marx mengakui bahwa di negara-negara seperti
Inggeris, Amerika Serikat dan negeri Belanda, revolusi kekerasan tidak akan
diperlukan untuk merubah kapitalisme menjadi masyarakat proletar yang tidak
berkelas (komunis), teranglah bahwa persamaan yang ada pada ketiga negara
tersebut adalah dalam demokrasi politik, yang didukung oleh adat kebiasaan dan
lembaga-lembaga yang demokratis dalam segala macam hubungan manusia, baik yang
bersifat politik atau tidak.
Apakah lingkungan pengecualian oleh Marx harus diperluas atau tidak,
dengan demikian akan bergantung pada soal apakah demokrasi telah tersebar di
seluruh dunia sejak meninggalnya Marx. Biar bagaimanapun, konsesi yang diberikan
oleh Marx bahwa sejumlah kecil negara-negara yang politis maju, mungkin
revolusi tidak diperlukan, selain merupakan sakit kepala bagi orang orang
komunis. Lenin memperbincangkan soal ini dalam tulisannya "State and Revolution" (1918); risalah politiknya paling
terkenal dan berpengaruh, sambil mendakwakan bahwa menjelang tahun 1917 "pengecualian yang diberikan oleh Marx
tidak berlaku lagi" karena Inggeris dan Amerika Serikat telah
mengembangkan lembaga-lembaga yang birokratis, yang di bawahnya takluk segala
sesuatu dan menginjak-injak segala-galanya di bawah "telapak kaki".
Di antara tahun 1872 dan 1917, baik lnggeris maupun Amerika Serikat
memperluas hak pilih dan bergerak secara teratur ke arah lebih banyak perubahan
politik dan sosial. Hanya setahun meninggalnya Marx, seorang pemimpin liberalis
lnggeris, Sir William Harcoutt, menerangkan dalam tahun 1884: "Kita semua sekarang adalah kaum
sosialis"; yang menunjukkan diterimanya perubahan pokok di lapangan
sosial dan ekonomi oleh semua partai.
Oleh karena catatan sejarah yang sebenamya dari tahun 1872 -1917
kelihatannya bertentangan dengan "dogma" Lenin, maka dianggap perlu
untuk menulis kembali sejarah dengan tidak mengakui sama sekali bahwa Inggeris
dan Amerika Serikat telah bergerak ke arah demokrasi politik dan sosial yang
lebih luas sejak tahun 1872, Lenin bersikap keras dan menuduh bahwa kedua
negara tersebut telah besifat lebih menindas, otoriter dan plutokratis.
Terhadap keterangan William Harcoutt, "kita
semua sekarang adalah kaum sosialis", Lenin memberi jawaban: "kamu semua adalah budak-budak Wall
Street yang haus darah dan militeristis".20
Sikap kaum komunis yang bersikeras mempertahankan revolusi sebagai
satu-satunya jalan untuk mengadakan perubahan pokok di bidang sosial melanggar
doktrin Marxis dalam satu hal pokok yang lain. Menurut Marx, keadaan dari
kehidupan manusia menentukan kesadarannya, oleh karenanya perubahan sosial
bukanlah merupakan hasil dari kemauan dan pilihan bebas manusia semata-mata.
Di mana keadaan masyarakat mengizinkan adanya peralihan secara damai dan
hak milik perseorangan; jadi pemilikan umum atas alat-alat produksi; penggunaan
kekerasan dan subversi, menurut pengertian Marx bisa ditolerir, dogma kaum
komunis mengenai kesadaran, hanya dalam masyarakat dimana keadaan penghidupan
sosial dan politik telah menciptakan kesangsian yang umum terhadap kemungkinan
perubahan secara damai; ia tidak cocok bagi bangsa-bangsa yang kesadaran
demokrasinya bukanlah merupakan hasil dari undang-undang dasar di atas kertas,
tetapi tumbuh dari keadaan kehidupan mereka sendiri; sikap ini berarti menerima
pandangan Marx yang pragmatis dan oportunistis. Kaum komunis yang bersikeras
mengenai revolusi dan kediktatoran universal sebagai satu-satunya jalan untuk mengadakan
perubahan; mereka pada hakekatnya memproklamasikan doktrin yang bukan Marxis
lagi, yakni bahwa tidak peduli bagaimana keadaan historis, kultural, sosial,
ekonomi dan politik, kesadaran yang merata --kredo kaum komunis-- dapat
dipaksakan di mana saja, hanya dengan kekerasan. 21
Biasanya, teori yang betul menjadi petunjuk bagi politik yang efektip,
dan teori yang salah dapat hukuman kegagalan dalam praktek. Dan bukti-bukti
dari teori komunis yang salah ini akan kita tampilkan lebih lanjut.
Uraian di atas memperluas wawasan kita bahwa doktrin Marxisme-Komunisme,
yang paling sering didengung-dengungkan sebagai hebat dan ilmiah, ternyata
setelah dianalisa dan disesuaikan dengan data dan fakta ilmiah, ternyata sangat
rapuh dan labil, bahkan lebih bersifat dogmatis dibanding dengan
doktrin-doktrin agama manapun di dunia ini. Demikian dogmatisnya sehingga
segala data dan fakta serta koreksi ilmiah yang dapat menggugurkan doktrin
Marxisme-komunisme, dianggap oleh mereka sebagai kaum reaksioner dan kepala
batu.
Selanjutnya, kita akan membuktikan pula adanya kontradiksi-kontradiksi
dalam Marxisme-Komunisme, yang sekaligus paling menonjol dan paling mencolok,
tetapi paling sedikit diperhatikan orang, yaitu suatu kontradiksi yang
merupakan faktor utama penyebab kegagalan dalam mewujudkan cita-cita yang
dinyatakan sendiri. Pendek kata, Marxisme tampil sebagai lawan utama Marxisme
sendiri.
Menurut Ali Syari'ati, banyak kaum intelektual yang dipaksa menyadari
kontradiksi ini; tanpa sepenuhnya berusaha mengatasi atau bahkan mengakuinya,
telah menjelaskan kontradiksi ini dengan argumentasi yang paling rapuh. Mereka
telah mengemukakan perbedaan esensial antara Marxisme sebagai suatu ajaran
dengan regim Marxis yang ada, dan menganggap regim Marxis telah menyimpang dari
prinsip-prinsip Marxisme (sehingga regim-regim tersebut belum mencapai tujuan
semula Marxisme seperti yang diimpikan oleh pendirinya). Lalu kaum intelektual
ini berusaha mengatasi kontradiksi ini dalam pikiran mereka dengan saling
lempar tuduhan dan kutukan seperti: "revisionisme"; "kultus
individu"; "nasionalisme"; "embourgeisment";
"kolaborasi"; "Titoisme"; "Stalinisme";
"Maoisme", dan sebagainya.
Sebenamya kontradiksi tersebut terletak pada sumber ideologiriya sendiri.
Suatu kontradiksi antara tujuan dan cara, kontradiksi antara manusia dalam
filsafat Marxis dan manusia dalam masyarakat Marxis.
Apabila Marx berbicara mengenai manusia dan khususnya, apabila ia
berbicara secara mendalam dan penuh gairah mengenai kekejian kapitalisme,
kebudayaan borjuis dan organisasi sosialnya, industri Barat serta rnengenai
pemborosan potensi manusia dalam sistem tersebut, ia memperdengarkan nada yang
begitu mistis sehingga seseorang akan menganggapnya pengkhayal, filosof
Platonis, moralis atau bahkan seorang pendeta. Dalam mengutuk sistem kapitalis
yang berdasarkan kekayaan pribadi, upah pekerja, nilai uang, prinsip persaingan
dan seterusnya, Marx sebagian besar bersandar pada konsepsi bahwa realitas
manusia sebagai esensi mulia yang telah dinodai dan disempitkan oleh sistem
ini, dan nilai rendah telah menggantikan nilai-nilai kemanusiaan.
Bahkan selagi Marx membicarakan materialismenya sendiri dalam hubungannya
dengan manusia, nada yang ia pakai mengingatkan kita pada kaum moralis. Ketika
ia ingin menunjukkan alasan-alasan mengapa materialisme menjadi dasar
komunisme, ia mengenakan pada materialisme dengan sifat-sifat yang merupakan
bidang agama atau paling tidak filsafat moral. Ia memberikan warna idealistis
pada sosiologi Marxis: "Tidak
diperlukan pandangan mendalam untuk memahami bahwa materialisme --karena
pandangannya mengenai kebaikan bawaan, kesamaan intelegensia diantara semua
orang, kapasitas mulia untuk mengalami, mengenal dan mempelajari kesamaan hak
rakyat atas kesenangan dan sebagainya-- pasti berkaitan dengan komunisme dan
sosialisme".
Tatkala dalam membela manusia dan memuji rakyat jelata; ia menyerang
Kristen, ia memperdengarkan nada seorang Kristen dan menggunakan ucapan-ucapan
yang lazim dipakai dalam karya-karya tentang moralitas religius atau idealisme
moralis: "Prinsip sosial kristen
mengajarkan ketidak-hormatan, kekejian, kehinaan, watak budak; rendah diri;
pendeknya semua sifat yang rendah. Kaum proletar menolak untuk menerima
pemerosotan martabat ini. Mereka memerlukan lebih banyak keberanian, harga
diri, kebanggaan dan gairah untuk kemerdekaan daripada untuk mendapatkan
roti". Marx-kah yang berbicara tentang rakyat jelata ini, atau Jean
Jacques Rousseau, atau mungkin Ernest Renan atau John Stuart Mil1?
Tatkala ia berbicara mengenai keterasingan manusia dari dirinya, Marx
adalah seorang humanis-spiritual yang memuji esensi manusia yang sejati,
independent dan suci sebagai sumber asli sifat-sifat luhur serta tabiat
transendental dan bebas, yang lebih mulia dari segala makhluk; "Semakin banyak bekerja membaktikan
dirinya pada pekerjaannya, dan semakin kuat dunia asing yang diciptakannya,
maka semakin miskinlah diri-individunya, dunia-bathiniahnya. Hal ini juga
berlaku bagi agama: semakin dalam manusia menyerahkan dirinya kepada Tuhan, semakin
kurang ia menjadi milik dirinya". Di sini kita lihat dengan jelas
bahwa ketika mernbicarakan manusia, Marx mengaku suatu dunia bathiniah dan
suatu dunia lahiriah, suatu diri dan suatu lingkungan. Menarik sekali bahwa ia
mengakui adanya hubungan kebalikan di antara keduanya. Jelas terasa bahwa ia di
sini membela humanisme "Independent" atau dengan ucapannya sendiri "tabiat manusia yang mampu hidup
sendiri" di hadapan Tuhan, masyarakat dan alam. Ketika Marx menyerang
agama, ia mengangkat spiritual manusia lebih tinggi lagi, seakan-akan makhluk
suci, si pencipta dirinya sendiri; sedangkan Tuhan, yang berarti manifestasi
dari semua nilai moral suci dan absolut, adalah pantulan esensi manusia yang
suci dan transendental.
Dalam semua karya yang ditulisnya bersama Engels, ia mengulas manusia
sebagai realitas yang penuh dengan "sifat-sifat kebaikan" dan
"nilai abadi yang mulia". Manusia bebas berpikir, mampu memilih suatu
"sebab independent" yang lebih unggul atas penyebab material dalam
alam, sejarah dan masyarakat. Manusia terbedakan oleh harga diri, keberanian,
kreativitas, kecintaan pada sesama, kesiagaan untuk mengorbankan diri demi
kepercayaannya dan rasa tanggung jawab terhadap sesamanya. Akhimya, ia juga
pencipta nasib dan alam instrinkisinya sendiri, dan bahkan "rasul"
dan juru selamat bagi bangsanya.
Inilah Marx, si filosof yang berbicara tentang manusia; Marx yang telah
membangun humanismenya dari anasir yang berasal, langsung atau tak langsung,
dari agama, aliran mistik, filsafat moral dan khususnya dari humanisme abad
XVII seta sosialisme moral Jerman awal abad XIX. Karena itulah maka Andre
Piettre, di antara sekian banyak orang, dengan segala kesungguhannya telah
berbicara mengenai manusia "mistik atau spiritual" dalam humanisme
Marx. Tidaklah berlebih-lebihan kalau orang secara blak-blakan menganggap si
manusia Marx ini memuji dewa yang mengembara di bumi dengan kedua kakinya.
Meskipun demikian, segera setelah Marx "si filosof' menjadi bungkam,
maka Marx "si sosiolog" merusak semua yang telah ia capai. Ia
menyentakkan makhluk manusia yang sedang duduk di atas tahta ketuhanan ini dan
membantingkannya ke tanah. Pencipta yang kuasa ini, yang telah menciptakan
Tuhan, sejarah dan bahkan dirinya sendiri, serta telah mengubah alam agar
sesuai dengan kesadaran diri dan keinginan menguasainya, ternyata tiba-tiba
telah diciptakan oleh peralatan ekonominya sendiri. Peralatan itu sendiri
adalah produk yang tak dapat dielakkan dari hukum materialisme dialektika.
Alat-alat tersebut adalah dua hal: barang dan manusia.
Dengan cekatan Marx "si sosiolog" mengubah tabiat "manusia
menjadi Tuhannya Marx" si filosof, menjadi barang. Ia membicarakan
kepribadian manusia dengan nada yang membuat marah atau setidak-tidaknya
membikin takut alter-egonya sendiri: "Bagi manusia ia sosialis; kecuali
bentuk manusia alamiah, semua hal dalam sejarah kemanusiaan adalah produk
kerja". Engels datam eseinya "Peranan kerja dalam Manusia Kera",
menyambung: "Kaum ekonomis mengganggap kerja sebagai asal-mula semua kekayaan.
Tetapi kerja bermakna lebih jauh dari itu. Kerja adalah syarat esensial bagi
semua pandangan, kerja telah menciptakan manusia itu sendiri .......,
sebenarnya, kerja yang telah mengubah kera menjadi manusia ..... Alat yang
digunakan manusia untuk bekerja menentukan cara kerja yang merupakan
infrastrukur. Sistem sosial, hak milik, sistem legal, pemerintahan; agama,
filsafat, kesusasteraan, seni, nilai-nilai moral; ideologi dan kebudayaan
mengambil bentuk sesuai dengan sifat infrastruktur ini, bentuk yang terjadi
selalu cocok dengan infrastruktur tersebut atau malah menjadi produknya".
Yang paling penting dan paling menakutkan, Marxisme Sosiologis
mengemukakan konsep kapitalisme: eksploitasi, sengketa kelas serta hak milik
pribadi sosial dalam satu sikap pokok yang berbeda dan bertolak belakang dengan
Marxisme filosofis. Dalam sosiologi Marxis dan filsafat sejarahnya, kita
melihat digalinya kuburan menakutkan oleh sosiolog dan ekonom Marx untuk
"manusia-tuhan" yang diciptakan oleh filosof anthropolog Marx.
Sekarang dapat kita pahami lebih baik ucapan Edouard Berth, seorang Marxis
terkenal, bahwa secara esensial Marxisme adalah filsafat kaum produsen.
Dengan logika yang menganalisa sejarah, masyarakat, kehidupan,
kebudayaan, pemikiran dan cita-cita kemanusiaan seperti ini, maka apakah makna
ucapan orang komunis bahwa tatanan kapitalis menimbulkan kerusakan moral dan
nilai-nilai, perusakan humanisme dan esensi manusia? Karena selama Marx, dalam
analisis-analisisnya mengenai masyarakait sejarah, berusaha sekuat tenaga untuk
menjaga agar sosiologinya tetap setia pada pandangan ilmiah yang gersang dan
kesepakatan kaku dari "realitas yang ada", sehingga ucapan-ucapannya
menjadi tak berisi ketika ia berbicara mengenai kebenaran, nilai, penindasan
dan keadilan, kebasan atau perbudakan selama masa bekerja dengan tangan dan
pertanian?
Dengan dasar pandangan ini, kita bukan saja harus menyebut semua sosiolog
selama sebelum Marx sebagai kaum utopis, tetapi juga bahwa semua orang yang
telah berjuang demi keadilan, kebebasan, juru selamat dan pemimpin, massa yang
berjuang melawan perbudakan, feodalisme, eksploitasi, sistem-sistem kekayaan
pribadi dan bahkan menentang agama-agama, kebudayaan-kebudayaan dan
kebiasaan-kebiasaan yang penuh takhayul dan mandeg --pada hakekatnya berjuang dalam
kesia-siaan. Disebabkan tidak menyadari karakter yang menentukan dari cara
produksi pada masanya, mereka menjadi pemimpin dan pengkhayal. Andaikata mereka
benar-benar memahami filsafat sejarah materialistis dan sosialisme-ilmiah,
tentu mereka akan menerima konteks sosial dan warna hukum pada masa mereka,
juga hak milik pribadi dan gaya hubungan interpersonalnya, bagaimanapun tidak
manusiawinya. Mereka akan menunggu dengan sabar munculnya "almasih yang
dijanjikan, sang mesin yang akan mengolektifkan kerja"! Lalu melalui
mukjizat dialektika, manusia akan hidup di sana sebagai dewa yang telah
terpuasi? Bagaimana Marx akan mengobati moral yang telah dirusak oleh tatanan
borjuis? 22
Jadi kontradiksi-kontradiksi yang kita jumpai di dalam doktrin-doktrin
Marxisme-Komunisme adalah fakta-fakta tambahan bahwa logika Marx memang rancu
dan secara ilmiah sulit untuk bisa dipertanggung-jawabkan. Kerancuan berpikir
ini sangat mungkin timbul pada diri Marx, apabila kita melihat latar belakang
sejarah lahimya Marxisme-komunisme. Teori-teori Feuerbach, Hegel, Darwin,
Proudhon dan Ricardo, dia ambil seenaknya dan mencocokkannya dengan kerangka
yang ia telah siapkan, di mana ia soolah-olah adalah manusia yang lengkap dan
serba tahu. Padahal Marx tidak melakukan peninjuan yang seksama dan penelitian
yang mendalam tentang kelemahan teori-teori tersebut dan
kontradiksi-kontradiksi yang terdapat di dalamnya. Akibatnya dari teori yang
beraneka ragam itu dan yang mempunyai kelemahan-kelemahan, yang kemudian ia
susun dalam suatu kerangka sekadar jadi, tidak menjelma menjadi suatu kebulatan
yang utuh, tidak menjadi satu sistem yang bulat, tetapi berderai, berdiri
sendiri-sendiri yang saling berlawanan dan bertentangan.
Oleh karena itu kebesaran Marx dalam menyusun teori-teorinya bukan dalam
satu kebulatan yang utuh sebagai suatu sistem, tetapi justru dalam
kontradiksi-kontradiksi dan kerancuan berpikir; dan inilah bukti bahwa
Marxisme-Komunisme lebih bersifat dogmatis ketimbang ilmiah.
Selanjutnya, karena kepicikan-kepicikan ilmu dan kekerdilan berpikir di
kalangan umat Islam, ada yang mengira bahwa Islam --di luar penentangannya pada
Marxisme dalam masalah ketuhanan-- memiliki banyak persamaan dalam
pendekatannya terhadap manusia dan masalah sosial. Kemiripan-kemiripan ini telah
banyak dibicarakan oleh orang-orang seperti Michae Alqaf; Omar Uzgham, Bashir
Muhammad; Bashir Ali dan di Barat oleh Maxime Robinson. Dan sangatlah menarik
bahwa pada kutub yang berlawanan; politisi kolonial tertentu --termasuk
beberapa orang yang memimpin pembantaian di negara-negara muslim jajahan di
Afrika, seperti Jenderal Salam dan Jenderal Charbonneau di Aljazair-- telah
melontarkan tuduhan yang sama.terhadap Islam!
Pertama, kita mungkin mendapatkan unsur-urisur yang sama
dalam dua ajaran pemikiran yang bertentangan manapun: antara fasisme Jerman
dengan Zionisme Yahudi; antara humanisme materialis dengan kapitalisme.
Kedua, kemiripan cita-cita biasanya dikacaukan dengan
kemiripan ideologi. Ideologi yang bertentangan boleh jadi mempunyai cita-cita
yang sama. Peradaban, kemajuan ilmiah, kemakmuran material adalah cita-cita
kolonialis, yaitu mereka percaya bahwa dengan dijajahnya oleh masyarakat maju,
maka masyarakat yang terbelakang akan bisa mendapat dan mencapai peradaban,
kemajuan ilmiah dan teknologi serta kesejahteraan material. Jadi tujuan yang
sama mungkin didapatkan dalam dua ideologi yang bertentangan secara diametral,
yaitu kolonialisrrie dan gerakan-gerakan kemerdekaan.
Cita-cita manusia melampaui ideologi, juga batas-tatanan dan periode
sejarah. Cita-cita manusia timbul dari sesuatu yang khas manusia; cita-cita ini
memberituk nilai moral abadi dalam diri manusia. Bebas dari tekanan, tumbuh ke
arah kesempumaan, keadilan, kebenaran, kesadaran diri manusia, keutamaan
masyarakat di atas individu; ukuran yang sama bagi nilai dan prestasi,
perbudakan, kebodohan dan kelemahan; kesempatan yang sah untuk hidup dan
berkembang; penghapusan konflik golongan (kelas), pengasingan ras, persaudaraan
atau lain-lain bentuk pengasingan kolektif, ketidak-adilan sosial, ekonomi dan
moral, semua nilai ini adalah cita-cita yang sepanjang sejarah kehidupan
sosial manusia menjadi slogan bangsa yang bebas dan cinta damai.
Orang mungkin menyatakan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan dasar
humanisme yang sebenamya dan asli dalam arti yang seluas-luasnya. Dari sinilah
setanjutnya timbul perbedaan-perbedaan dalam berbagai macam sistem pemikiran,
masing-masing menghasilkan ajaran yang berlainan ketika menafsirkan cita-cita
itu, dan lebih khusus lagi dalam cara mencapainya: agama, dengan menghubungkan
manusia dengan asal dunia; filsafat, dengan menyingkapkan hukum aturan hidup
yang dapat dipahami; liberalisme borjuis Barat, dengan kebebasan individu dan
usaha-usaha persaingan dalam bidang produksi material yang membawa kepada
pencapaian kekuasaan dan kemajuan pengembangan ilmu; Marxisme, dengan cara hak
milik dan kekuasaan negara menuju ke tujuan yang sama; sufisme, dengan kembali
kepada diri sendiri demi pertumbuhan jiwa, kecukupan diri secara intelektual
dan kebebasan jiwa dari ikatan hawa nafsu; sebaliknya materialisme, dengan
menyesuaikan diri pada sifat alam dan seterusnya.
Kita sekarang harus bertanya, methoda dan sistem apakah yang ditawarkan
oleh Islam, Kristen, Hindu, idealisme Hegel, dialektika Marxis dan lain-lain
untuk mencapai cita-cita manusia yang abadi?
Bila pertanyaan telah diajukan, maka kita harus menjawab dengan jujur,
bahwa sebaliknya dari kepercayaan yang dianut oleh orang-orang yang
mencari-cari kesamaan/kemiripan "sikap dalam lslam dan humanisme
Marxis", kedua ideologi yang sama menyeluruh ini adalah "sama sekali
bertentangan". Bahkan kita harus berusaha menunjukkan adanya pertentangan
ini dengan merujuk kepada hal-hal yang dianggap sama, yang oleh orang dinilai
mirip; disebabkan kenyataan bahwa satu-satunya hal yang dapat dibandingkan
hanyalah bahwa kedua ideologi ini adalah lengkap.
Ideologi-ideologi lain sebagian besar bersifat parsial, didasarkan pada
satu bidang kegiatan manusia. Misalnya, bidangnya materialisme dan naturalisme
adalah filsafat; sedangkan bidang politik, ekonomi, moral, soiologi,
anthropologi dan penulisan sejarah; para pengikutnya diberi kebebasan mereka
boleh masuk ke dalam golongan kiri atau ke dalam golongan kanan; mereka boleh
menganggap sejarah sebagai bersifat methodis dan ilmiah atau tidak methodis dan
tidak ilmiah. Mereka boleh menganggap manusia suatu makhluk yang memiliki
watak bawaan tertentu, atau sebagai sesuatu yang dihasilkan dari dan dibentuk
oleh alam, kebudayaan atau alat-alat produksi. Hal yang sama berlaku bagi
eksistensialisme, sampai pada tingkat bahwa seseorang eksistensialis bisa saja
menjadi seorang yang beriman atau seorang atheis, sosialis atau kapitalis.
Nasionalisme bersandar pada gerakan kemerdekaan politis dan integritas
kebudayaan bangsa yang bersangkutan. Seorang nasionalis mungkin saja mengakui
idealisme atau materialisme, fasisme atau cita-cita demokrasi, ketaqwaan atau
atheisme. Hal ini juga berlaku untuk agama, karena agama yang didasarkan pada
hubungan manusia dengan yang ghaib atau yang suci. Hukum dan peraturan agama
(selain Islam) bersumber dari hasrat untuk menata hubungan ini, atau dari nilai
moral dan pendidikan yang memelihara hidup dan sifat khusus agama tersebut
bagi penganutnya.
Tetapi Islam dan Marxisme-Komunisme adalah dua ideologi yang mencakup
setiap dimensi kehidupan dan pemikiran manusia. Dengan kata lain keduanya
mempunyai kosmologi khusus, bentuk organisasi sosial khusus, filsafat sejarah
dan harapan masa depan khusus serta cara untuk menyebarkan pandangan tersebut
dengan khusus pula. Keduanya berkepentingan dengan kehidupan pribadi dan sosial
manusia di bumi ini. Tetapi dalam semua bidang tadi, dua ideologi tersebut
secara diametris bertentangan.
Islam dan Marxisme-Komunisme sama sekali bertentangan dalam ontologi dan
kosmologi. Ringkasnya, Marxisme berdasarkan pada materialisme dan mendapatkan
sosiologi, anthropologi, etika dan filsafat kehidupannya dari materi. Alam
Marxis, misalnya, yakin alam materialis, sebagaimana dikatakan Marx, adalah
"dunia yang tidak berperasaan dan tak berjiwa", dimana manusia tak
punya tujuan "nyata". Sebaliknya kosmologi Islam bersandar pada
kepercayaan pada yang tak terlihat (yang ghaib), didefinisikan sebagai
aktualitas yang tak diketahui; yang ada di luar gejala material dan natural
yang tak dapat ditangkap oleh indera dan tak dapat di cerap secara intelektual,
ilmiah dan empiris; dan merupakan tatanan hakikat yang lebih tinggi dan titik
pusat dari semua gerak, hukum dan gejala dunia ini.
Al-Qur·an, pada awal surat Al-Baqarah menyatakan bahwa percaya pada yang
ghaib adalah prasyarat petunjuk dan sumber ketaqwaan: "Alif lam mim. Ini
adalah kitab yang tak ada keraguan di dalamnya, tuntunan bagi yang taqwa, yang
percaya kepada yang ghaib; yang mendirikan shalat dan membelanjakan apa yang
telah Kami berikan kepada mereka" (Q.S. 2 : I-2). Yang ghaib ini sebenamya
Zat Yang Mutlak dan Iradah eksistensi. Berbeda dengan idealisme, yang
menganggap gejala dunia material timbul dari idea dan berbeda dengan
materialisme yang membayangkan bahwa idea muncul dari dunia material; Islam
menganggap materi dan idea membagi manifestasi (ayat) yang berasal dari Zat
Mutlak yang ghaib, dengan dernikian menyangkal materialisme dan idealisme
sekaligus. Islam juga mengakui eksistensi dunia alamiah yang terpisah dari
idea, dan juga tetap berpendapat bahwa manusia adalah makhluk tempat idea itu
hidup, mempunyai kebebasan dan kemuliaan yang berhubungan dengan alam material,
masyarakat dan produksi.
Marx berusaha meniru Feuerbach dan kaum neo-humanis lainnya, untuk
membebaskan manusia dari kehidupan sebagai wujud ekonomis dan keterasingan
intelektual dan politis manusia dari dirinya; mencoba mengembalikan keutuhannya
dengan membuang spesialisasi yang membagi-baginya. Ia berharap, seperti yang
dikatakannya, untuk mengembalikan manusia pada nilai-nilai kemanusiannya,
kekuatan bawaan dan penguasaan diri; dan mendorong manusia untuk mencapai kesadaran
diri serta membebaskannya dari semua tekanan. Karena kegagalannya untuk
memahami faktor selain dari materi dan karena konllik yang tak disadari dan
tidak dirasakannya, Marx akhirnya menenggelamkan manusia yang ia muliakan
dalam ideologinya ke dalam lubang materi yang tak berperasaan, dan dalam
analisis akhir menggolongkannya diantara benda-benda alamiah.
Kenyataannya, Marx mengalami kontradiksi yang sama seperti yang dialami
oleh semua pemikir materials, yang berusaha untuk membangkitkan dan membela
humanisme. Karena tetap bependapat bahwa hanya satu eksistensi, yakni materi
sebagai humanis sia-sia ia berjuang untuk menerima yang kedua, yakni manusia.
Oleh sebab itu dari suatu sudut pandangan tertentu, apabila mereka berbicara
mengenai kesatuan dalam hubungannya dengan wujud dan kemudian mengajukan
konsep humanisme, mereka berhadapan dengan dualisme --karena orang tidak
mungkin melakukan keduanya-- yaitu mengakui rnaterialisme dan dengan melepaskan
manusia dari benda-benda material, kemudian mengakui keutamaan dan kebebasan
darinya.
Demikian juga kaum idealis yang percaya pada humanisme, juga terlibat
dalam kesulitan-kesulitan. Mereka yang menolak dunia eksternal dan menghapuskan
validitasnya sebagaimana yang dapat dicerap, dengan memberi keutamaan pada idea
(dengan suatu kecerdasan kemanusiaan), tentu memperkokoh humanisme atau
keutamaan manusia. Namun dengan menyangkal aktualitas dunia material dan
menolak ilmu (jembatan antara idea dan yang aktual), mereka melemparkan manusia
sebagai makhluk utama demi suatu jiwa yang dikeluarkan dari dunia melankolis
mutlak tanpa kriteria untuk membedakan antara yang benar dan yang salah,
pengetahuan dan kebodohan, yang baik dan yang buruk, dan yang nyata dan yang
bayangan. Seperti kaum Sophis pada zaman Yunani, mereka akhirnya jatuh dalam
pangkuan egosentrisme. Bukankan humanisme tak lebih daripada egosentrisme?
Jadi kita tahu bahwa ternyata manusia menjelma menjadi idealistis, yakni
sebentuk jin. Tetapi Islam tidak hanya menyelesaikan pertentangan alam, manusia
dan Tuhan melalui prinsip tauhid; melainkan juga menyatakan kebenaran bahwa
subyektivitas manusia dan alam material adalah tanda-tanda atau manifestasi
yang berbeda dari hakikat Tunggal Yang Maha Tinggi mengatasi pertentangan
antara idea dan materi, dan pertentangan antara manusia dan alam. Bahkan ketika
melihat realitas manusia dan aktualitas material sebagai dua prinsip yang
berbeda, Islam membangun suatu ikatan fundamental, suatu hubungan eksistensial
diantara keduanya, seraya menganggap dari sumber yang sama.
Pandangan tentang pengaruh "mengasingkan dari agama", yang
dipinjam Marx dari Feuerbach, bukan hanya tak dapat diterapkan dalam Islam,
tetapi sebaliknya --keterasingan manusia dari dirinya di hadapan Tuhan-- juga
diganti dengan "kesadaran manusia tentang dirinya dalam hubungannya dengan
dirinya". Untuk memperlihatkan hal itu, marilah kita kembali pada pemikiran
Feuerbach dan kemudian Marx (agar nantinya kesimpulan mereka akan mudah
disangkal). Tuhan adalah ciptaan manusia. Tuhan adalah manifestasi sifat
manusia; manusia telah memproyeksikan nilai-nilai kekuatan esensial dirinya ke
langit dan berusaha memujanya dalam bentuk zat transendental yang disebut
Tuhan.
Jika kita terima pendapat ini, maka kita telah menyangkal konsepsi
keterasingan manusia dari dirinya, karena dalam hal ini "Tuhan"
menjadi searti dengan "manusia". Theolatry ternyata menjadi
Antropolatry; dan keterasingan manusia dari dirinya melalui Tuhan, diubah
menjadi keterasingan dari dirinya melalui manusia.
Dalam pada itu, bukanlah kesadaran manusia terhadap dirinya dalam
hubungan dengan dirinya, atau kesadaran diri manusia adalah cara lain untuk mengatakan
"humanisme?" Jika begitu, theolatry akan mencirikan suatu agama yang
di dalamnya manusia, dalam dunia material yang terus-menerus mengancam dengan
materialisme, degradasi ke tingkat hewan dan kekeliruan kekeliruan moral, akan
menjadi penyembah yang taat pada nilai-nilai suci transendentalnya! Kita lihat
bahwa dalam serangan Marx yang gencar terhadap agama, logikanya
menjungkirbalikkan kesimpulannya sendiri!
Menyimpulkan bahwa theolatry dalam bentuk sadamya yang telah berkembang
tidak menghilangkan keutamaan manusia dan tidak pula menimbulkan keterasingan
manusia dari dirinya, melainkan pada kenyataannya malah memberi keutamaan pada
manusia dan kesucian pada nilai kemanusiaan serta mengungkapkan humanisme yang
tinggi, yang bermakna dan bernilai; berarti mencapai suatu kesimpulan yang
benar-benar dengan lslam.
Berbeda dengan pandangan kaum Katholik dan kaum Sufi yang menyatakan
adanya pertentangan antara Tuhan dan manusia (misalnya yang membuat manusia
"sirna/fana di hadapan keabadian (baqa), dan menggambarkannya terlempar
dari takdir Tuhan"), maka dalam Islam, dengan prinsip pendelegasiannya
(misalnya anggapan bahwa manusia memiliki kebebasan, kemampuan bertindak dan
nasib); manusia bebas dari determinasi material dan jabariah. Kita mengetahui
keinginan bebas yang menjadikan-nya kuasa memilih ini membuat manusia menjadi
"khalifah Tuhan" di bumi. Bila manusia sudah mencapai tingkat seperti
ini di bumi (walaupun kaum materialis berusaha mendewa-dewakan manusia
sebagaimana anggapan Marx, namun pandangan dunia kaum materialis masih saja
terlalu sempit dan kecil untuk membayangkan konsep seperti ini), Tuhan menyuruh
semua malaikat sujud di hadapannya dan membuat semua kekuatan alam tunduk
padanya.
Kita tahu bahwa manusia dalam pandangan dunia Islam adalah suatu iradat
(kehendak) yang memerintah dalam hubungannya dengan alam. Dalam hubungan dengan
Tuhan, sebagai hamba yang berperan sebagai khalifah. Kita lihat betapa asingnya
apa yang disebut oleh Marx sebagai musibah agama dalam konsep yang terdapat dalam
kandungan ayat Al-Qur'an.
Faktor terpenting yang mendorong Marx untuk berkata "saya jijik
kepada Tuhan" adalah pada prinsip ibadat dan ketaatan yang terdapat dalam
hubungan antara Tuhan dengan manusia. Tapi berbeda dari Marx yang menyimpulkan
prinsip ini dari bentuknya yang rusak dan rendahan --yang lazim bagi orang yang
terbelakang dan yang percaya takhayul serta melihatnya di dalam suatu bentuk
kesengsaraan, kemalangan dan keterasingan manusia dari dirinya-- Islam, dalam
firman Tuhan, mengartikan ibadat sebagai suatu faktor untuk menumbuhkan dan
menyempurnakan sifat Tuhan dalam diri manusia.
Kita tahu bahwa dalam filsafat Islam; hubungan antara manusia dengan
Tuhan bersifat timbal-balik. Pengetahuan mengenai diri dan pengetahuan mengenai
Tuhan menjadi searti; atau, kemungkinan lainnya adalah pengetahuan mengenai
diri berfungsi sebagai pendahuluan bagi pengetahuan mengenai Tuhan. Kita kutip
di sini ucapan mendalam dari seorang
"Bayazid Besta": "Bertahun-tahun
aku mencari Tuhan dan menemukan diriku; sekarang aku mencari diriku; kutemukan
Tuhan".
Amat bertentangan dengan pendapat Feuerbach dan Marx, menurut Islam
bukannya manusia yang telah membuat Tuhan, meletakan nilai-nilainya sendiri di
dalam-Nya dan sekarang menyernbahnya; melainkan Tuhanlah yang telah membuat
manusia; dan meletakkan nilai-nilai-Nya di dalam manusia dan kemudian
memujinya.
Dapat dimengerti bahwa kita tidak lagi berbicara tentang pertentangan
antara agama dengan materialisme atau antara Islam dengan materialisme
dialektika, melainkan masalah manusia. Setiap ideologi, baik agama atau anti
agama, selalu berkisar di seputar manusia; dan memang di sinilah Marxisme amat
berbeda dengan Islam. Perbedaan yang makin besar ini merupakan akibat alamiah
dari dua pandangan dunia yang bertentangan, yang melahirkan kedua golongan ini,
dan yang mendasari keseluruhan sikap mereka dalam menafsirkan semua gejala.
Dengan titik tolak inilah Islam dan Marxisme terbukti tak dapat rukun
berdampingan dalam semua bidang: politik, ekonomi, etika dan sosial. Islam
menafsirkan dan menilai manusia dengan dasar tauhid, sedangkan Marxisme menilai
manusia dan menafsirkannya dengan dasar "taulid" (produksi). 23
Islam di pihak lain, sembari mempertahankan bahwa sifat-sifat ketuhanan
dalam manusia (sebagai lawan prinsip Iblis) berasal dari suatu yang lebih
unggul daripada sifat-sifat material --materi, infrastruktur, produksi
masyarakat dan seterusnya-- sanggup berbicara tentang nilai-nilai moral yang
utama dan tetap, tentang sifat asal (fithrah) yang baik dan suci serta tentang
sifat progressif dan kreatif umat manusia.
Marx dan orang-orang komunis berkata bahwa kebaikan adalah pembawaan
manusia; tetapi terlebih dahulu harus dijawab pertanyaan: apakah yang disebut
kebaikan dalam kosmos materialistik itu? Dan setelah itu, dalam arus deras yang
padanya semua dapat diubah, berbicara mengenai situasi yang tak berubah adalah
betul-betul anti dialektika.
Dari semua ideologi tadi hanya Marxisme sajalah yang telah membangun
ideologi lengkap yang beraneka segi; dan Islam sebagai suatu agama dan ummah
(bangsa), bertentangan dengan Marxisme dalam setiap dimensi. Marxisme, diantara
semua ideologi baru, bersifat unik, karena Marxisme-komunisme berjuang untuk
mendasari setiap aspek kehidupan manusia --material, dan spiritual; filosofis
dan praktis, individual dan sosial-- dengan pandangan dunia materialistiknya
yang khas. Karena alasan itu, sistem tersebut --kalau hendak dikatakan sistem--
menimpakan malapetaka materialisme pada setiap dimensi kehidupan manusia.
Di antara semua agama historis, hanya Islam yang mempunyai keluasan
seperti ini. Islam tidak membatasi diri pada perintah-perintah mengenai
hubungan antara manusia dengan Tuhan, atau penyucian jiwa (ruh) --seperti yang
dilakukan Kristen dan Budha-- Islam menampilkan diri sebagai ajaran yang
meliputi berbagai aspek kehidupan kemanusiaan, sejak pandangan filosofis sampai
pada kehidupan sehari-hari individu. Jadi, kedua ajaran ini berdiri di depan
manusia dan mengundang mereka untuk memilih salah satu diantara dasar intelektual
dan pandangan yang bertentangan.
Keduanya, Marxisme dan Islam, masing-masing mempunyai sistem yang
menyeluruh dan yang tak bisa dipecah-pecah. Pertama, semua anasir dan
dimensinya berhadapan di sepanjang garis dunianya yang tersendiri; saling
bertentangan secara diametris. Menambah suatu unsur atau dimensi pada salah
satu dari keduanya, atau menyingkirkannya, hanya akan mengakibatkan keruntuhan
struktur keseluruhan. Kedua, suatu ideologi adalah suatu keseluruhan yang
saling berhadapan; mempunyai jiwa esensi yang tunggal, dan sesuatu raison de'etre yang unik. Usaha untuk
memisahkan ke dalam anasir penyusunannya akan berakibat seperti membunuhnya
dan kemudian membelah mayatnya.
Inilah sebabnya mengapa kedua ideologi ini (marxisme-kornunisme dan
Islam); sebagai dua sistem, bertentangan dalam segala hal. Dan ini pula
sebabnya; seperti yang disimpulkan oleh Henry Martinet, "Marxisme;
walaupun berada dalam kondisi ekonomi dan politis yang menguntungkan di
berbagai waktu dalam masa seratus tahun terakhir ini, tidak berhasil sedikit
pun dalam masyarakat Islam (berlawanan dengan Timur Jauh dan Amerika Latin).
Orang harus mencari penyebabnya melulu dalam Islam". Mengapa? Sebab, tidak
seperti Kristen dan Budha, Islam menolak Marxisme tidak hanya dalam dimensi filosofisnya
saja, melainkan dalam setiap dimensi dan aspek, karena Islam mempunyai
pandangan tersendiri dalam aspek-aspek tersebut.
Karena Marxisme-Komunisme didirikan atas dasar Materialisme dan
menganggap asal esensial manusia adalah debu, maka humanismenya berakhir dalam
penyesatan manusia sampai kepada status obyek.
Karena Islam mendasari humanisme Ketuhanannya dengan tauhid maka pada
tingkat ilmiah, Islam melukiskan manusia sebagai tanah (debu), sedangkan pada
tingkat analistis eksistensial, Islam menaikannya dari debu ke arah Tuhan.
Karena Marxisme menganggap nilai-nilai kemanusiaan sebagai gejala relatif
yang berhubungan dengan suprastruktur masyarakat, berdasarkan cara produksi,
maka Marxisme menyebabkan nilai-nilai itu jatuh sampai tingkat kegunaan
material.
Karena Islam memperhitungkan nilai-nilai pancaran sifat-sifat Ketuhanan
dalam lingkungan kemanusiaan, walaupun menganggap ekonomi adalah masalah utama,
sanggup melapisinya dengan sistem nilai ini dan membedakan prinsip dari
cita-cita. Sebab Islam menangkap manusia memancarkan kenyataan eksistensial
dari debu/Tuhan; Islam memperhitungkan dualisme keuntungan dari nilai (ekonomi
dan moral) dalam kehidupan kemanusiaan tanpa harus menolak yang satu dari yang
lain, sebagaimana dilakukan oleh agama-agama mistik dan Marxisme.
Marxisme ketika hendak menolak agama; menyebutkan Tuhan sebagai bagian
luar dari manifestasi esensi kemanusiaan, seraya menempatkan manusia pada
kedudukan Tuhan dalam alam. Tetapi ketika Marxisme berniat mempertontonkan
materialisme historis, ia membuat manusia ini (si pencipta Tuhan), menjadi
produk dari peralatan produksi.
Islam menempatkan manusia dalam dunia tauhid, yang padanya Tuhan, manusia
dan alam memperlihatkan keharmonisan yang bermakna dan bertujuan. Ia memperkenalkan
Adam sebagai esensi pokok species manusia, sebagai debu yang ke dalamnya Tuhan
meniupkan roh ciptaan-Nya, sebagai penengah antara jiwa dan materi. Lebih
lanjut lslam menempatkan amanat ketuhanan semata-mata dalam tangannya; dengan
ini Islam memperkenalkan suatu dasar di luar materi bagi prinsip tanggung jawab
kemanusiaan.
Pertentangan dalam hal cara Marxisme-Komunisme dengan IsIam dalam
menghadapi kemanusiaan dapat diikhtisarkan dalam contoh-contoh sebagai
berikut:
1. Karena didirikan atas dasar pandangan dunia yang sepenuhnya
materialistik, maka Marxisme tidak mampu mengangkat esensi, sifat atau keadaan
manusia keluar dari batas sempit materialistis; ia menggolongkan manusia
bersama semua makhluk lainnya dalam batas-batas suatu alam tak sadar dan tanpa
tujuan.
Sedangkan Islam, dengan berpegang pada pandangan tauhid, sanggup
membenarkan manusia yang memiliki sifat-sifat Ketuhanan, memberinya sifat-sifat
transendental, memperluas jalan hidupnya sampai batas-batas yang palingjauh;
dan dengan begitu meletakkan manusia dalam suatu alam yang hidup dan bermakna,
yang dimensinya jauh meluas keluar, bahkan lebih dari yang dapat dilukiskan
oleh science.
2. Dengan hanya menerima konsepsi materi ilmu alam klasik, melalui
analisis materialistiknya, Marxisme dipaksa untuk menarik kembali semua yang ia
telah katakan mengenai keagungan esensial dan keutamaan manusia. Jadi makhluk
yang diimpikan oleh Marx si filosof dan si humanis (pencipta Tuhan) tiba-tiba
merosot menjadi seperangkat barang dagangan, suatu produk dari peralatan yang
digunakan dalam kerajinan, pertanian dan industri.
Sedangkan Islam, dalam menjelaskan dunia materi dan sifat primodial
manusia sebagai dua tanda dari satu wujud agung dan kesadaran mutlak (Tuhan),
sanggup sekaligus menerima eksistensi timbal-balik manusia atau lingkungan dan
lingkungan atas manusia, dan juga --dalam hal manusia bertindak sebagai sebab
dalam rantai kausalitas (sebab-akibat)-- untuk menegakkan status manusia tanpa
mengacu pada determinasi alami dan sosial. Islam menjaga manusia agar tidak
terpeleset ke dalam lubang fanatisme kaum materialistis, historis atau
sosiologis, supaya keutamaan manusia tidak berubah menjadi keutamaan materi
atau peralatan.
3. Dengan tetap setia pada realisme, Marxisme tidak mau berbicara mengenai
nilai-nilai atau untuk membuat penilaian atas dasar nilainilai. Sedangkan
Islam, yang menegakkan suatu kepercayaan pada sumber absolut nilai-nilai di
luar alam empiris, dapat secara logis membenarkan nilai-nilai itu.
4. Karena menganggap manusia sebagai produk lingkungan sosialnya, yang
pada gilirannya adalah keseluruhan dari struktur dan keadaan yang terus
berubah, Marxisme tidak mampu mendasari dirinya dengan suatu prinsip konstan
seperti esensi kemanusiaan atau realistis kemanusiaan. Karena telah menolak
keduanya --Tuhan dan sifat primordial manusia-- maka Marxisme melepaskan dasar
otentik nilai-nilai kemanusiaan yang membangun bangunan moral. Karenanya,
seperti yang dikatakan Lenin: "semua
pembicaraan mengeinai prinsip moral adalah kebohongan".
Sebagaimana Islam memelihara eksistensi .prinsip konstan dalam alam, yang
di atas itu science didasarkan, Islam
menyatakan bahwa prinsip konstan terhadap sifat primodial manusia dan membentuk
dasar-dasar moral. Menurut Islam, nilai-nilai kemanusiaan sama otentiknya dan
dapat dibuktikan sebagaimana hukum alam. Kebalikan dari Marxisme, yang mencoba
untuk menyamakan nilai-nilai tersebut dengan kebiasaan sosial dan mengubur
nilai-nilai tersebut pada kedalaman materialisme ekonomis dan sosial; Islam
sepenuhnya ingin membebaskan nilai-nilai dari kondisi yang dapat diubah tapi
bersifat paksaan dari desakan kehidupan material dengan mengakarkan nilai-nilai
itu dalam sifat primodial manusia dan mempertunjukkan bahwa nilai-nilai itu
adalah pancaran dari Yang Mutlak, yang bersinar di atas hati nurani manusia.
5.Dengan menggabungkan dialektika pada materialisme agar bisa menjelaskan
perubahan historis dan sosial, maka Marxisme pun sampai pada determinisme
materialistik, yang padanya manusia mengorbankan keutamaannya dan menjadi
barang mainan proses kontradiksi buta ini. Oleh karenanya, Marxisme menolak
apapun yang telah dinyatakan dalam humanismenya dan sepenuhnya melucuti semua
kemerdekaan dan tanggung jawab dari kemanusiaan. Sedangkan Islam, karena
melihat elemen kontradiksi ini dalam diri manusia, tidak menolak kemerdekaan
(memilih) atau konsekwensinya (tanggung jawab), tapi menganggapnya lahir dari
kontradiksi ini. lslam mendefinisikan manusia sebagai makhluk dalam
kontradiksi, mempunyai dua esensi tanah dan roh; dan sebagai kemauan yang boleh
memilih salah satunya.
Tanggung jawab kemanusiaannya mendesaknya untuk menyediakan sebagian
(dari yang bersifat) duniawi untuk berbakti kepada Tuhan, dengan
pertumbuhannya, dan dengan begitu mencapai kejernihan eksistensial dan
kemurnian jiwa. Dari ikhtiar tersebut di atas dapat disimpulkan secara umum,
sebagaimana dirumuskan oleh Iqbal, pemikir Islam kontemporer, yang berucap: "Islam dan komunisme, keduanya
berbicara me«genai manusia dan mengundang manusia kepada dirinya; tetapi komunisme
telah bersusah payah untuk menyeret manusia dari Tuhan kepada debu, sedangkan
Islam, kebalikannya, berjuang untuk mengangkatnya dari debu kepada Tuhan".
Kita melihat dengan jelas bahwa Islam dan Marxisme-Komunisme bergerak pada arah
yang berlawanan di jalan humanisme, dengan akibat bahwa salah satu dapat
dibenarkan hanya dengan menolak yang lain. 24
Untuk memperknat kesimpulan kita di atas, tentang perbedaan dan
pertentangan antara Marxisme-Komunisme dengan Islam, alangkah baiknya kita salinkan
sebagian dari hasil musyawarah/muktamar Alim Ulama seluruh Indonesia; yang
diselenggarakan pada tanggal 8-11 September 1957 di Palembang, Sumatera
Selatan, Indonesia, yang dihadiri oleh 325 orang Ulama. Keputusan tersebut
antara lain berbunyi:
Terhadap ajaran Komunis:
- Ideologi atau ajaran Komunis
dalam lapangan filsafat berisi atheisme, dan anti agama;
- ldeologi atau ajarah Komunis
dalam lapangan sosial menganjurkan pertentangan kelas dan perjuangan kelas;
- Ideologi atau ajaran komunis
dalam lapangan ekonomi adalah menghilangkan hak perseorangan;
Ideologi atau ajaran demikian itu
bukan saja berlawanan dengan ajaran Islam pada khususnya dan agama-agama lain
pada umumnya, akan tetapi merupakan tantangan dan serangan terhadap hidup keagamaan
pada umumnya.
Memutuskan:
- Ideologi atau ajaran komunis
adalah kufur hukumnya dan haram bagi umat Islam menganutnya;
- Bagi orang Islam yang menganut
ideologi atau ajaran komunis dengan keyakinan dan kesadaran, maka kafirlah ia
dan tidak sah menikah dan menikahkan orang Islam, tidak pusaka mempusakai dan
haram jenazahnya diselenggarakan setara Islam;
- Bagi orang Islam yang memasuki
organisasi atau partai yang berideologi komunis seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), Pemuda
Rakyat (PR), dan lain-lainnya, maka sesatlah ia, dan wajib bagi umat Islam
menyeru mereka agar meninggalkan partai dan organisasi tersebut;
- Haram hukumnya bagi umat Islam
untuk mengangkat atau memilih Kepala Negara atau Pemerintah yang beridiologi
komunis;
- Memperingatkan kepada Pemerintah
Republik Indonesia agar bersikap waspada terhadap gerakan komunis dan atheisme
di lndonesia;
- Mendesak kepada Pemerintah
Republik lndonesia (Soekarno) untuk mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa
PKI dan mantel organisasinya sebagai partai dan organisasi terlarang di
indonesia. 25
Keputusan syar'i para ulama lndonesia ini, menunjukkan betapa besar
bahaya yang akan ditimpakan oleh Marxisme dan Komunisme dalam mengancam
eksistensi Islam dan kaum muslimin. Kewaspadaan para Alim-ulama Indonesia ini
membuktikan kecerdasan intelektual dan mengerti segala strategi dan taktik kaum
Marxis-komunis, karena terbukti pada tahun 1965, delapan tahun sesudah
peringatan para Alim-ulama kepada Pemerintah RI tidak digubris, kaum komunis
melakukan coup de'tat yang menewaskan
enam orang Jenderal Angkatan Bersenjata RI dan pembunuhan ratusan ribu rakyat
Indonesia, yang diiringi oleh kehancuran ekonomi dan moral secara total.
Dalam hubungan bahaya yang akan ditimbulkan oleh Marxisme dan Komunisme
atheis terhadap kaum muslimin, Iqbal telah berpesan dalam syaimya, yang
berjudul "Apakah seharusnya
Dikerjakan oleh Bangsa-bangsa Timur", antara lain berbunyi: "Tetapi hendaklah anda jauhi peradaban
atheisme yang selalu dalam pertarungan dengan
pembela-pembela kebenaran. Penyebar
firnah itu akan tetap menyebarkan racun dan mengembalikan Lata dan 'Uzza ke
tanah suci, hingga hati jadi buta disebabkan pengaruh pesonanya, sedang jiwa
akan merana kehausan melihat fatamorgananya. Ia akan mematikan bisikan hati,
bahkan akan mencabut hati itu sendiri dari dalam dada, tak ubahnya ia bagai
pencuri yang telah terlatih, hingga berani merampok secara terang-terangan di
waktu siang bolong, dan akan meninggalkan manusia tiada berjiwa tanpa
harga." 26
Jadi, apabila kita perhatikan dengan seksama tentang dasar keyakinan dan
pandangan hidup Marxisme-Komunisme, maka penamaan "sosialisme
ilmiah" atau "komunisme ilmiah" yang sering dipopulerkan di
dalam banyak literatur dan media massa, ternyata hanya tipuan yang memalukan
dan pembodohan umat manusia. Bukti-bukti tentang kenaifan dan kerancuan
berpikir serta kontradiksi-kontradiksi yang kita ungkapkan di muka lebih dari
cukup untuk berkesimpulan demikian.
Demikian pula, apabila para intelektual muslim masih ada saja yang
berpendapat adanya kemiripan antara Marxisme-Komunisme dengan Islam, pada
dasarnya mereka itu telah termasuk golongan "yang
mata-hatinya, pendengaran dan penglihatannya telah tertutup oleh cahaya
kebenaran Ilahi". Apalagi jika mereka masih mau menerima pandangan
Marxisme-Komunisme, padahal bukti-bukti telah kita ajukan baik secara agamis,
filosofis maupun ilmiah, maka mau tidak mau kita akan menempatkan mereka sama
dan segolongan dengan kaum Marxis-Komunis yang atheis.
Menempatkan orang-orang yang menganut ideologi Marxis-Komunis --walaupun
mereka masih menyatakan muslim-- pada posisi musuh-musuh Islam, adalah
merupakan keharusan; karena hal itu bertitik tolak pada ajaran Islam dan
ditopang oleh data dan fakta filosofis dan ilmiah sepanjang sejarah yang telah
dilalui oleh ideologi tersebut.
Pada pasal selanjutnya, kita akan mengungkapkan data dan fakta sejarah
tentang sikap dan tindakan golongan Marxis-Komunis terhadap Islam dan kaum
muslimin di berbagai tempat di muka bumi ini, sejak revolusi komunis meletus di
Rusia pada tahun 1917. Data dan fakta historis hanya sekadar menopang bukti
kebenaran tentang ideologi Marxis-Komunis adalah senantiasa bermusuhan dan
bertentangan diametral yang tak bisa didamaikan dengan Islam, di sepanjang
sejarah dan di semua permukaan planet bumi ini.
Karenanya, kaum muslimin yang benar-benar masih mau membuka mata-hatinya,
kita harapkan agar segera menyadari tentang bahaya dan ancaman yang ditimbulkan
oleh Marxisme-Komunisme.
Sikapnya Terhadap Islam dan Kaum
Muslimin
Diantara pengikut-pengikut Marx di Rusia, Lenin (1870-1924) adalah
teorikus yang terkemuka di samping juga politikus yang efektif, praktis dan
tangkas. Sumbangan Lenin terhadap teori komunisme, barangkali satu-satunya
sumbangan yang paling berharga yang diberikannya, terdapat di dalam
selebarannya yang berjudul "What Is
To Be Done?" (1902). Sebagaimana Hitler melahirkan secara
terang-terangan kepada dunia segala rencananya dalam "Mein Kampf", dan baru dipercaya ketika sudah terlambat,
Lenin telah mengeluarkan dalam tulisannya suatu rencana yang seksama tentang
tujuan-tujuan komunis serta strategi dan taktik untuk mencapainya. Sedianya
banyak kesusahan dan kesedihan dapat dielakkan bagi dunia andaikata buah
pikiran pokok Lenin lebihluas diketahui dan ditanggapi dengan seksama.
Satu sumbangan Lenin yang terpenting terhadap teori Marxisme-Komunisme
adalah konsepsinya mengenai "kaum revolusioner yang profesional".
Marx, yang sedikit banyaknya dipengaruhi oleh rasa hormat abad ke-XIX terhadap
kesanggupan manusia untuk berpikir buat dirinya sendiri; berpendapat bahwa
kelas pekerja akan memperkembangkan kesadaran kelasnya secara spontan, dalam
perjuangan sehari-hari untuk kehidupan ekonomi mereka; dan bahwa pimpinan
mereka untuk sebagian besar akan berasal dari lingkungan mereka sendiri. Lenin
kurang mempercayai akan kemampuan seseorang, walau orang itu termasuk kelas
pilihan, yakni proletaris. Kegiatan komunis, demikian pendapat Lenin, harus
dilakukan dengan dua cara:
Pertama; kaum pekerja harus membentuk
organisasi-organisasi buruh dengan tujuan-tujuan ekonomi sebagai pokok, yang
bekerja secara terbuka, sah dan sedapat mungkin secara umum.
Kedua, berdampingan dengan organisasi-organisasi
semacam itu, haruslah ada kumpulan-kumpulan kecil "kaum revolusioner
profesional", yang diatur menurut organisasi tentara dan polisi, yang
paling terpilih dan seluruhnya dirahasiakan.
Lenin tidak ambil pusing apakah kaum revolusioner profesional ini berasal
dari golongan proletar atau tidak, selama ia melakukan pekerjaannya dengan
baik. Organisasi-orgarusasi kaum revolusioner profesional harus terpusat
betul, demikian Lenin selanjutnya, dan harus senantiasa membimbing dan mengarahkan
dan mengawasi gabungan-gabungan ekonomi yang umum, yang dipimpin oleh kaum
komunis, serikat-serikat buruh, koperasi-koperasi dan lain-lain sebagainya.
Lenin terutama mengajarkan agar kaum revolusioner profesional melakukan
infiltrasi, merembes dan membentuk sel-sel dalam semua badan-badan sosial,
politik, pendidikan dan ekonomi masyarakat, baik badan-badan tersebut berupa
sekolahsekolah, gereja-gereja, serikat-serikat buruh, maupun partai politik.
Terutama sekali; Lenin menganjurkan agar kaum revolusioner profesional merembes
ke dalam angkatan perang, polisi dan pemerintahan.
Lenin juga dengan jelas sekali menerangkan bahwa kaum komunis hendaknya
melakukan kegiatan di bawah tanah, sekalipun di tempat di mana partai-partai
komunis yang sah diperbolehkan. Kesempatan-kesempatan yang sah harus digunakan
sepenuhnya, demikian Lenin; ia secara khusus menganjurkan kepada aktivis komunis
untuk bekerja melalui organisasi-organisasi front, senantiasa mengubah nama dan
petugas-petugas organisasi, tetapi selalu mengingat tujuan akhir: merebut
kekuasaan secara revolusioner.
Terutama, inti dari golongan revolusioner profesional yang dirahasiakan
harus bertanggung jawab dalam memilih dan melatih para calon mata-mata, tukang
sabot, dan agen-agen untuk kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan
tugas dinas rahasia (intelijen), di luar dan di dalam negeri. Ketika nama
Gerhart Eisler disebut buat pertama kalinya di Amerika Serikat dalam tahun
1947, namanya yang sebenamya tidak diketahui; tidak saja oleh umum, tapi juga
oleh kaum komunis.
Sungguhpun demikian Eisler adalah pemimpin rahasia kaum komunis Amerika
selama bertahun-tahun dan ia bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan partai
yang sah dan yang tidak sah. Pemimpin resmi dari partai tersebut Willian Z.
Foster, hanya merupakan simbol yang mempunyai tugas utama mengalihkan perhatian
umum dan pemerintah dari pimpinan yang sebenarnya dan kegiatan-kegiatannya.
Ketika sebuah komplotan mata-mata terbongkar di Kanada pada tahun 1945, dapat
diketahui bahwa sejumlah komplotan rahasia mata-mata komunis, masing-masingnya
bergerak terlepas dari yang lain, beroperasi di Kanada, di bawah pimpinan kaum
revolusioner profesional, yang kebanyakan hanya sedikit hubungannya dengan
kegiatan-kegiatannya dengan partai komunis yang resmi dan sah.
Dari kesaksian yang diberikan oleh bekas-bekas agen komunis teranglah
bahwa satu dari hal yang pertama-tama harus dilakukan oleh seseorang calon yang
hendak memasuki lingkungan dalam pimpinan komunis yang resmi dan
golongan-golongan front, berhenti membaca surat kabar partai, dan menempuh
hidup sebagai seorang borjuis tulen dan terhormat. Ada jembatan penghubung
antara partai-partai komunis yang sah dan lingkungan dalam, yaitu mata-mata
dan agen-agen dari kaum revolusioner profesional, oleh karena kadang-kadang
agen-agen itu dipilih dari lingkungan partai; akan tetapi yang paling
dikehendaki ialah bahwa kedua organisasi itu harus tetap terpisah. Oleh sebab
itu apa yang kelihatan sebagai pernimpin umum dari partai-partai komunis adalah
hanya front bagi tuan~tuan besar seperti Eisler; orang-orang yang tidak dikenal
oleh umum dan kebanyakan malahan juga tidak dikenal oleh pemimpin-pemimpin
komunis yang kelihatan, dan yang memberikan laporan langsung ke Moskow.27
Teori Lenin ini sepenuhnya pernah dipraktekkan secara jelas oleh Partai
Komunis Indonesia (PKl) semenjak mereka bangkit kernbali tahun 1950. Kegiatan
kaum revolusioner profesional yang melakukan infiltrasi ke semua aparat sipil
dan militer berhasil secara merata dan baru terbongkar pada coup de'tat kaum komunis (Gerakan
30 September PKI) pada akhir September 1965 yang gagal. Dari data yang
terungkap, semua Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, baik Angkatan Darat,
Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian telah kemasukan kader-kader
komunis. Dan di kalangan sipil, Partai Nasional Indonesia (PNI), yang merupakan
partai terbesar di Indonesia, dewan pimpinannya telah dikuasai oleh
kader-kader komunis; bahkan Sekretaris Jenderal PNI, Surachman, turut memimpin
pemberontakan PKI di Blitar Selatan, Jawa Timur.
Apabila kita pelajari organisasi rahasia (revolusioner professional) yang ditulis oleh Lenin dalam bukunya
ini, dan kita hubungkan dengan organisasi rahasia Yahudi Freemasonry seperti yang telah kita kemukakan pada pasal-pasal di
muka, maka pola kerjanya adalah sama. Karenanya kita tambah yakin bahwa
komunisme secara ideologis dan teoritis mempunyai kaitan yang erat sekali
dengan gerakan Yahudi Zionisme internasional.
Selanjutnya, pelarangan terhadap partai komunis bukanlah jaminan atau
merupakan jawaban bagi persoalan bagaimana menghadapi komunis; karena inti yang
sebenamya dari pimpinan dan kegiatan komunis selalu bergerak di bawah tanah,
biarpun undang-undang mengizinkan partai-partai komunis di atas permukaan. Dan
karena sedikit banyaknya selalu ada hubungan diantara partai yang sah dengan lingkaran-dalam
dari kaum revolusioner professional, dari sudut kontra spionase partai yang
bekerja secara sah adalah satu model, biar kecil sekalipun.
Selain dari tulisan "What Is
To Be Done?" sebagaimana diuraikan di atas, Lenin pada tahun 1904
menulis satu tulisan yang berjudul "Satu
Langkah Maju; Dua Langkah Mundur"; dalam tulisan ini Lenin untuk
pertama kali dalam sejarah Marxisme-Komunisme mengolah ajaran tentang partai
sebagai organisasi pimpinan daripada proletariat, sebagai senjata terpenting
daripada kaum proletar, tanpa itu kemenangan tidak akan tercapai. Di dalam buku
ini Lenin memaparkan dasar-dasar organisasi partai komunis.
Dalam tahun 1905, Lenin menulis lagi satu buku yang berjudul "Dua Taktik Sosial- Demokrasi Dalam
Revolusi Demokratis", di mana Lenin memaparkan garis baru dalam
masalah hubungan antara revolusi borjuis demokrasi dan revolusi sosialis;
menguraikan teori baru tentang kekuasaan dan kekuatan di sekitar proletariat,
tentang mengakhiri revolusi borjuis untuk perpindahan langsung ke revolusi
sosialis. Buku ini memperkaya teori-teori tentang revolusi bagi Marxisme dan
meletakkan dasar-dasar untuk taktik-taktik revolusioner daripada Partai
Bolsyewik Rusia.
Pada tahun 1916, Lenin menulis tentang "Imperialisme Tingkat Tertinggi Kapitalisme"; di sini
Lenin membuat satu analisa Marxis bahwa imperialisme adalah tingkat terakhir
daripada kapitalisme yang menuju kehancuran dan sedang sekarat; bahwa
imperialisme adalah tahap terakhir menjelang revolusi sosialis. Dalam bukunya
ini, ia mengemukakan teorinya tentang kemungkinan kemenangan sosialisme di
satu negara secara sendirian. 1ni berarti menentang teori komunis sebelumnya
yang mengatakan bahwa sosialisme hanya bisa menang apabila ada revolusi
serentak di semua negeri.
Dalam tahun 1917, Lenin menulis lagi mengenai "Thesis April"; di mana ia menetapkan bagi Partai
Bolsyewik suatu rencana perjuangan yang berhasil untuk perpindahan dari
revolusi borjuis --demokratis ke revolusi-- sosialis. Dengan rencana ini Partai
Bolsyewik berhasil menggulingkan "diktator" Tsar pada bulan Oktober
1917.
Pada tahun 1917 itu pula Lenin menulis tentang "Negara dan Revolusi", di mana ia membentangkan tentang
borjuis dari pada pandangan kaum oportunis dan anarkis mengenai soal negara dan
revolusi. Lenin menghidupkan dan mengembangkan lebih lanjut teori Marxis
tentang negara, tentang revolusi proletar dan tentang diktator proletar,
tentang sosialisme dan komunisme.
Dalam tahun 1918, Lenin menulis lagi mengenai "Tugas-rugas Segera dari Pemerintah Sovyet", di dalam tulisan
ini ia mengolah masalah-masalah pokok daripada pembangunan sosialis,
perhitungan dan kontrol dalam ekonomi nasional, hubungan-hubungan produksi
sosialis baru, peningkatan kerja, perkembangan kompetisi sosialis, konsolidasi
dan perkembangan kekuasaan proletar, persekutuan kaum buruh dan kaum tani, dan
perkembangan demokrasi proletar.
Dalam tahun 1920 Lenin menulis tentang "Komunisme Saya Kiri Suatu Penyakit Kanak-kanak". Di
dalam tulisan ini ia membentangkan peranan internasional daripada revolusi Komunis
Rusia, tentang sentralisasi yang kuat dan tentang disiplin yang sangat keras
sebagai salah satu syarat pokok untuk memenangkan komunisme atas borjuisme,
tentang pentingnya belajar dari pengalaman revolusioner borjuis kecil. 28
Sejak meninggalnya Lenin pada tahun 1924, tidak ada tambahan baru atau
perubahan terhadap dasar berpikir Marxis-Leninis. Stalin, yang memerintah Rusia
dari tahun 1924 hingga meninggalnya tahun I953, adalah lebih kuat dalam soal
pemerintahan praktis dan kesanggupan mengorganisir daripada dalam membuat
teori-teori. Kebanyakan dari tulisannya, Stalin tidak lain hanya merupakan
ulangan dari keterangan-keterangan Marx dan Lenin, yang disesuaikan dengan
kebutuhan sewaktu-waktu pemerintahan diktatornya. Inti kesimpulan Stalin mengenai
strategi komunis jangka panjang; yang juga diikuti oleh orang-orang yang
menggantikannya sekarang ini, terdapat di dalam konsep mengenai "Empat Ketegangan Pokok" yang
terdapat di dunia dewasa ini, yaitu:
- Ketegangan diantara kaum kapitalis dan kaum proletar di mana-mana;
- Ketegangan diantara negara-negara imperialis dan daerah-daerah jajahan,
- Ketegangan diantara negara-negara imperialis yang saling bersaing;
- Ketegangan diantara negara-negara komunis dan negara-negara kapitalis.
Konsep tentang empat ketegangan pokok ini, yang sama sekali bukanlah
sekedar merupakan latihan dalam penggolongan arti menurut bahasa, sebab pada
hakikatnya mengandung suatu rencana yang jelas bagi strategi dan taktik
komunis. Sesungguhnya tidaklah mungkin untuk membuka surat kabar komunis dengan
tidak membaca di dalamnya beberapa bukti tentang pemakaian konsep-konsep ini
oleh kaum komunis untuk soal-soal politik. 29
Selain dari itu untuk menghadapi masalah agama; kaum komunis telah
membuat satu rencana jangka panjang untuk menghabiskan keyakinan agama bagi
warganegara di tiap-tiap negara komunis. Sovyet Rusia, sebagai negara raksasa
komunis di dunia, telah menetapkan rencana penghancuran agama di dalam
undang-undangnya. Walau di dalam Undang-Undang Dasar Sovyet Rusia pasal 124
dinyatakan antara lain: "Menjaga
kemerdekaan beragama bagi semua warganegara"; tetapi di dalam
undang-undang hukum pidananya, pasal 122, yang diterbitkan pada tahun 1938
disebutkan sebagai berikut: "…memberikan
pelajaran agama di sekolah negeri atau sekolah swasta atau badan-badan
pendidikan yang menyerupainya, maka orang-orang yang melakukannya dihukum
dengan penjara selama-lamanya setahun dengan kerja paksa".30
Khusus mengenai Islam, rencana penghancurannya dapat kita lihat dalam Encyclopedia Sovyet Rusia "Bolshaya Sovjet kaya Encyclopedia",
antara lain menulis:
* Agama Islam, sebagaimana agama-agama lainnya, selalu memainkan peranan
yang reaksioner, yang dilakukan oleh kelas-kelas pemeras, sebagai satu senjata
untuk menindas secara rohani kaum-kaum yang membanting-tulang dan dilakukan
oleh penjajah asing untuk memperbudak bangsa-bangsa Timur.
* Suatu krisis ekonomi dan sosial sedang tumbuh di kalangan suku-suku
bangsa yang akibatnya ialah perkembangan agama Istam, yang menyebarkan
ketidak-adilan sosial dan ekonomi dan sistem pemerasan yang sedang ditegakkan.
* Peninggalan yang besar dari Islam yang mula-mula ialah Al-Qur'an, yang
tercantum di dalamnya dasar-dasar dari dogma, kebudayaan dan undang-undang
Islam. Dalam mana Allah (Tuhan orang Islam) meramalkan akan datangnya hari
kiamat yang cepat, hukuman yang mengerikan dan mengancam orang-orang munafiq
yang tidak mengakuinya sebagai Raja Yang Maha Kuasa dengan siksaan-siksaan
neraka.
* Al-Qur'an yang dengan teguh dan tetap mempertahankan perbudakan
(menganggap bahwa perbudakan diciptakan oleh Allah) pemerasan, kemiskinan dan
ketidak-samaan orang-orang dalam masyarakat, menjadi sanggahan yang terbaik
dari pemalsu-pemalsu semacam itu.
* Pengikut-pengikut Muhammad mengakui Mekah sebagai kota yang suci dan
Ka'bah sebagai satu-satunya tempat suci, yang ditentukan sebagai tempat untuk
menunaikan Haji dan bahkan mereka tetap memelihara penyembahan berhala,
penyembahan batu hitam yang tertetak di Ka'bah.
* F. Engels: "Islam satu agama yang disesuaikan dengan bangsa-bangsa
Timur, terutama dengan bangsa Arab, yakni pada satu pihak dengan
penduduk-penduduk kota yang berdagang dan berhubungan, dan pihak lainnya dengan
suku-suku bangsa Baduwi yang hidup mengembara.
* Al-Qur'an melukiskan manusia itu sebagai hamba Allah tanpa kemauan,
yang wajib tawakal dan sabar serta menyerahkan diri kepada Allah, Rasul-Nya dan
kepada manusia yang memegang kekuasaan:
* Untuk memperlengkap Al-Qur'an itu, timbullah cerita-cerita orang Islam
ialah Sunnah yang terdiri dari banyak hadits-hadits yaitu cerita-cerita yang
berisi tindakan-tindakan dan putusan yang katanya dibuat oleh Muhammad.
* Juga syari'at-syari'at yang sangat teliti mengatur semua segi dari
kehidupan seorang muslim, telah dikembangkan atas dasar Al-Qur'an dan Sunnah.
* Di USSR, sebagai akibat dari kemenangan Sosialisme dan hapusnya
golongan-golongan yang memeras, akar-akar sosial Islam, sebagaimana akar semua
agama dibinasakan. Di USSR, Islam hidup hanya sebagai sisa-sisa dari
bentuk-bentuk dari masyarakat pemeras".31
Dalam pemilihan umum di Rusia yang diselenggarakan pada musim rontok
tahun 1917, kaum Bolsyewik (komunis) memperoleh suara kurang-lebih seperempat
dari seluruh jumlah suara. Sungguh pun jumlah ini bukan tidak berarti; tetapi
kaum Bolsyewik, disebabkan kefanatikannya dan keaktifannya yang luar biasa,
tidak mau menerima
kenyataan bahwa dalam suatu pemilihan umum yang bebas mereka tidak dapat
mengharapkan akan menang. Oleh karena itu, dalam bulan Nopember 1917, kaum
Bolsyewik merebut posisi-posisi kunci di dalam kekuasaan di Moskow, dan dari
sana revolusi dijalankan ke seluruh Rusia. Perlawanan terhadap revolusi komunis
itu timbul dengan serta-merta di berbagai bagian negeri tersebut, dalam bentuk
perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1921.
Kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh Perang Dunia I, diiringi oleh
kehancuran yang dilakukan oleh Perang Saudara, menyebabkan perubahan sosial
tidak bisa dilaksanakan. Lenin cukup realistis untuk melihat bahwa rakyat Rusia
benar-benar akan mati kelaparan, apabila prinsip-prinsip komunis dipaksakan
pada waktu itu. Sebagai akibatnya, ia meresmikan sebuah Politik Ekonomi Baru
dalam tahun 1921 yang membolehkan hak milik perseorangari secara terbatas.
Tujuan politik ekonomi ini yang terutama adalah mempertahankan dan menaikan
tingkat produksi pertanian, bengkel-bengkel dan pabrik-pabrik dengan jalan
mempertahankan faktor-faktor pendorong kapitalis yang lama berupa efisiensi dan
keuntungan.
Pelaksanaan Politik Ekonomi Baru selama kurang lebih tujuh tahun memberikan
kesempatan bernafsu kepada Rusia, memungkinkan pemimpin-pemimpin komunis yang
berkuasa menyusun kekuatan secara efektif dan memberikan kepada rakyat Rusia
bayangan palsu sementara bahwa komunisme lebih keras gonggongannya daripada
gigitannya. Akan tetapi, dalam tahun 1928 Stalin memutuskan bahwa waktunya
telah sampai untuk mempraktekkan prinsip-prinsip komunis, dan ia menarik
kembali kelonggaran-kelonggaran oleh Lenin.
Rencana Lima Tahun Pertama, yang dimulai dalam tahun 1928, terutama
bertujuan terlaksananya industrialisasi di Rusia secara cepat, dan kedua
menjadikan pertanian satu usaha kolektif. Dalam tahun 1917, awal Revolusi
komunis Rusia; banyak kaum tani yang bersimpati dengan Bolsyewik, bukan karena
teori atau ideologinya, akan tetapi karena kaum Bosyewik berjanji untuk
memberikan kepada mereka tanah yang mereka dan nenek-moyang mereka kerjakan dan
inginkan selama berabad-abad.
Banyak hal yang menyebabkan Stalin memaksakan kolektifikasi atas kaum
tani. Pertama, penguasa-penguasa
komunis merasa bahwa pertanian akan bertambah dengan jalan mekanisasi, dan
bahwa mekanisasi akan dapat lebih mudah dijalankan dengan usaha-usaha pertanian
kolektif dan besar-besaran daripada dengan usaha-usaha pertanian kecil yang
dimiliki perorangan.
Kedua, pemilihan dan pelaksanaan usaha pertanian
secara perseorangan berarti peningkatan pokok terhadap prinsip-prinsip utama
komunisme, yakni semua alat-alat produksi harus dipindahkan menjadi kepunyaan
umum. Kolektifikasi akan menyesuaikan pertanian dengan industri, yang dari
semula berkembang atas dasar pemilikan dan penyelenggaraan oleh negara.
Ketiga, para penguasa komunis menganggap pemilikan
perseorangan atas usaha pertanian, jika diteruskan sebagai suatu rencana
langsung, politis dan psikologis, bagi politik totaliter dari pusat. Petani
bebas harus dirubah menjadi proletar pertanian terikat, si petani harus bekerja
dengan orang-orang lain, berbicara dengan orang-orang, makan bersama dengan
orang-orang lain; sehingga dengan demikian ia dapat lebih mudah diawasi dan
diatur.
Sebab lain yang mendorong kolektifikasi ialah perlunya tenaga buruh untuk
industri-industri yang baru berkembang di kota-kota; buruh yang diperlukan
hanya akan dapat diperoleh dengan jalan mekanisasi di bidang pertanian yang
dapat menghemat tenaga kerja manusia. Akhirnya, kolektifikasi mempunyai tujuan
militer penting: apabila terjadi peperangan, pertanian-pertanian kolektif harus
menjadi inti bagi perlawanan yang teratur di belakang garis-garis pertempuran.
Dalam Perang Dunia II; harapan-harapan militer ini untuk sebagian besar
terkabul: orang-orang Jerman tidak pernah berhasil sepenuhnya menindas
kegiatan-kegiatan gerilya Rusia di belakang garis pertempuran. 32
Pelaksanaan Kolektifikasi pertanian menimbulkan perlawanan dari kaum tani;
para pembangkang ini dimasukkan ke dalam kamp-kamp kerja paksa. Menurut para
ahli saperti Dallin dan Nicolousky, menaksir bahwa orang-orang yang dimasukkan
kamp-kamp kerja paksa di Rusia, sekitar delapan juta sampai dua belas juta
orang. Seorang
anggota dari Pusat Penyelidikan Rusia dari Harvard University mengemukakan berdasarkan statistik-statistik
Rusia, diperkirakan bahwa orang-orang yang dimasukkan kamp-kamp kerja-paksa
tidak kurang dari sepuluh juta orang.
Dari sernua bukti-bukti yang dapat dipergunakan sebagai indikasi, maka
jumlah orang-orang yang dimasukkan kamp-kamp kerja paksa antara sepuluh juta
sampai lima belas juta orang. Para penguasa Rusia menyatakan bahwa para
kerja-paksa hanyalah orang-orang yang melaksanakan kejahatan. Mereka membantah
angka-angka yang dikemukakan oleh negera-negara Barat, tanpa memberikan angka-angka
resmi dari pemerintah Rusia sendiri. Apabila para pelaku kejahatan itu saja
yang dimasukkan kamp-kamp kerja-paksa, maka menurut catatan tidak akan lebih
dari 184.000 orang, jadi tidak akan mencapai lima belas juta orang.
Perangkap-perangkap kamp-kamp kerja-paksa tersebar di seluruh Rusia. Peta
yang disiapkan oleh Komite Syarikat Pekerja Merdeka dari American Federation of Labor menunjukkan bahwa lebih dari 170 buah
kamp-kamp yang diketahui. Kamp-kamp kerja-paksa ini berdekatan dan saling
berhubungan dengan proyek-proyek pembangunan yang terkenal, yang memerlukan
jumlah kaum pekerja secara besarbesaran. Dengan menggunakan tenaga-tenaga
kerja-paksa, maka proyek-proyek industri dan pembangunan dipacu dengan
kapasitas yang tinggi, walau harus mengorbankan manusia. Bencana dan malapetaka
mengakibatkan berjuta-juta pekerja-paksa meninggal dunia. Saksi-saksi mata
yang.terdiri para pekerja-paksa yang masih sempat selamat dari bahaya maut,
menulis sendiri pengalaman-pengalaman mereka. 33
Bentuk-bentuk perlawanan kaum tani terhadap kolektifikasi, yaitu
menyembelih sebanyak mungkin ternak peliharaan, sehingga pada akhir
kolektifikasi jumlah ternak menjadi sangat berkurang. Jika jumlah penduduk
bertambah 150 juta menjadi 200 juta diantara tahun 1928-1953, maka jumlah
ternak sapi berkurang dari 33,2 juta ekor
dalam 1928 menjadi 24,3 juta ekor pada tahun 1953; dan jumlah ternak
peliharaan pada waktu itu menurun secara menyolok dari 66,8 juta ekor menjadi
56,6 juta ekor.
Tambahan pula, harga-harga yang rendah yang dipaksakan oleh pemerintah
atas hasil-hasil pertanian mendorong banyak kaum tani untuk menanam gandum
sedikit mungkin dalam tahun-tahun pertama kolektifikasi, akibatnya kelaparan di
mana-mana di Rusia, terutama di Ukraina, dimana perlawanan kaum tani diperkuat
dengan unsur nasionalisme.
Setelah Perarig Dunia II, regim Komunis Rusia, ingin maju selangkah lagi
dengan menggabungkan pertanian-pertanian kolektif, sehingga dengan demikian
terbentuklah kota-kota pertanian. Akan tetapi kaum tani kembali mengadakan
perlawanan, dan kali ini mereka lebih berhasil dari, tahun-tahun 1929-1933;
walaupun beribu-ribu pertanian kolektif berhasil dilebur menjadi
gabungan-gabungan kolektif yang sangat besar, rencana tersebut secara
keseluruhan dilepaskan.
Setelah Stalin meninggal pada tahun I953, pemimpin-pemimpin Rusia, mulai
dari Kruschov ke bawah, mengakui di depan umum bahwa politik agraris komunis
Rusia telah gagal, dan bahwa pertanian Rusia tidak sanggup memberi makan dengan
cukup penduduknya.
Secara psikologis petani Rusia tidak berubah menjadi proletar, seperti
yang direncanakan oleh penguasa-penguasa komunis Rusia. Pada tahun-tahun
sehabis Perang Dunia II, beribu-ribu kaum tani Rusia dikirim ke Jerman dari
daerah-daerah pendudukan Jerman sebagai tenaga buruh paksa untuk usaha-usaha
perang Nazi, tetap tinggal di Jerman dan di negara-negara Eropa lainnya, dan
menolak untuk kembali pulang setelah mereka melihat penghidupan di negeri-negeri
Barat. 34
Perubahan ekonomi di Rusia telah gagal dalam menyelesaikan persoalan
keadilan sosial, padahal perubahan itu mula-mula diadakan seakan-akan untuk
maksud tersebut. Selama limabelas tahun pertama berdirinya regim komunis Rusia
telah mengadakan perubahan untuk mengurangi perbedaan hingga tingkat yang
sedang, akan tetapi dari
pertengahan tahun 1930 hingga selanjutnya, dengan dimulainya "zaman
baru" berupa penyingkiran-penyingkiran dari sisa-sisa penguasa sebelumnya,
dengan politik komunisme yang baru, upah lebih didasarkan atas hasil pekerjaan
daripada atas ukuran pembayaran sejam yang ditetapkan sebagai standard suatu
politik upah yang telah ditentang oleh serikat-serikat buruh di negara-negara
bebas selama dua generasi, sebagai suatu regim pengisap yang keluar batas
kemanusiaan.
Seruan kapitalis yang telah ditinggalkan zaman yaitu agar produksi yang
lebih tinggi diimbangi dengan penghasilan-penghasilan yang lebih tinggi, tetap
dipakai oleh regim komunis dengan memberi cap "perlombaan sosial",
dan kaum pekerja digerakkan terus untuk mencapai produk yang maksimal dengan
semboyan "politik Stakhanovisme", yaitu mengambil nama seorang
pekerja tambang batu-bara yang bernama Stakhanov. Sementara perhatian penguasa
komunis pada mulanya ditujukan kepada soal-soal distribusi, politik ekonomi
Rusia dalam praktek memusatkan perhatian pada produksi. Dorongan penghasilan
yang lebih tinggi dan bukan pelayanan terhadap masyarakat, telah menjadi daya
tarik yang utama dari politik sosial dan ekonomi Rusia, dan falsafah mengenai
persamaan ditertawakan dan dianggap sebagai "warisan borjuis kecil".
Menurut propaganda resmi Rusia, persoalan kelas-kelas sosial telah
diselesaikan dalam masyarakat Rusia, sebab dari sudut pandangan Marxis, tidak
mungkin ada kelas kecuali atas dasar hak-milik perseorangan atas alat-alat
produksi.
Teori dan propaganda komunis yang demikian ternyata salah dan fakta-fakta
yang terungkap di Rusia menjadi bukti. Di Rusia paling kurang ada 4 kelas yang
berbeda, yaitu:
1. Dalam golongan pertama yang berjumlah beberapa
ratus ribu keluarga, atau kira-kira sejuta orang; terdiri atas:
a. pegawai-pegawai pemerintah tertinggi,
b. pemimpin-pemimpin partai,
c. opsir-opsir militer,
d. pemimpin-pemimpin industri,
e. ahli-ahli ilmu pengetahuan,
f. kaum artis dan pengarang;
2. Golongan kedua terdiri dari:
a. Pegawai-pegawai sipil dan militer tingkat
menengah,
b. Pemimpin-pemimpin pertanian kolektif
c. Beberapa golongan pekerja dan tehnisi yang cakap
di lapangan industri.
Golongan ini merupakan kelas-kelas dan berjumlah
kurang lebih dua sampai tiga juta keluarga;
3. Golongan ketiga terdiri dari sebagian terbesar
penduduk, massa kaum pekerja dan petani, yang berjumlah lebih dari 40 juta
keluarga;
4. Golongan keempat meliputi kaum pekerja-paksa yang
berjumlah jutaan orang.
Yang istimewa dari susunan lapisan kehidupan sosial di negara komunis
ialah kesenjangan penghasilan diantara berbagai kelas senantiasa bertambah
jauh, sementara hal ini senantiasa bertambah sempit di negara-negara bebas.
Tabel di bawah ini menunjukkan tentang perbandingan skala gaji tentara Rusia
dan Amerika Serikat.
Perbandingan skala gaji dalam Angkatan Darat Rusia dan Amerika Serikat.
(Gaji pokok = gaji prajurit II = l).
Pangkat
|
Rusia
|
Amerika
|
Prajurit II
|
1
|
1
|
Prajurit I
|
1,5
|
1,2
|
Kopral
|
3
|
1,4
|
Sersan
|
4,3
|
1,8
|
Sersan Mayor
|
9
|
2,4
|
Letnan Dua
|
16
|
2,6
|
Letnan Satu
|
19
|
3,1
|
Kapten
|
24
|
3,8
|
Mayor
|
30
|
4,6
|
Kolonel
|
45
|
6,9
|
Brigadir Jenderal
|
--
|
9,3
|
Mayor Jenderal
|
68
|
11,2
|
Letnan Jenderal
|
81
|
11,2
|
Jenderal
|
96
|
11,2
|
Marsekal
|
114,3
|
15,2
|
Ketidak-samaan yang senantlasa meningkat diantara dan dalam lingkungan
kelas-kelas di negara-negara komunis, merupakan salah satu sumber dari
timbulnya kekacauan dan pemberontakan, seperti yang terjadi di Polandia dan
Jerman Timur pada tahun 1953. 35
Kekejaman yang dilakukan oleh regim komunis Rusia terhadap berjuta-juta
petani dalam kamp-kamp kerja-paksa, juga dialami oleh berjuta juta kaum
muslimin yang dapat ditaklukannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa bersamaan
dengan pemberontakan kaum Botsyewik (komunis) pada bulan Nopember 1917 untuk
menumbangkan regim Tsar Rusia, maka umat Islam yang selama ini berada di bawah
kekuasaan Tsar pun melakukan pemberontakan dan membentuk pemerintahan sendiri.
Ketika kaum Bolsyewik berhasil menumbangkan regim Tsar, penguasa komunis Rusia
yang baru berkuasa itu telah berusaha menipu umat Islam. Lenin sebagai pemimpin
regim komunis yang baru berkuasa telah mengeluarkan seruannya kepada umat
Islam, yang antara lain berisi:
- Kaum muslimin jangan merasa takut terhadap regim komunis Rusia yang
baru berkuasa;
- Regim Komunis Rusia tidak akan melakukan ekspansi ke negeri-negeri
Islam;
- Regim Komunis Rusia mengharapkan bantuan dari negara-negara Islam;
- Regim Komunis Rusia mengulurkan tangan untuk menjalani hubungan
persahabatan dengan negara-riegara Islam.
Salah satu bentuk seruan regim Komunis Rusia yang dikeluarkan pada
tanggal 15 Desember 1917 dan ditanda-tangani bersama Lenin dan Stalin, berbunyi
sebagai berikut: "Wahai kaum
muslimin! Adat-istiadatmu, kebiasaanmu, lembagamu, pendidikanmu,
sekolah-sekolah kebanggaanmu, adalah bebas dari segala sifat permusuhan. Kamu
telah menyusun kehidupan nasionalmu dalam suatu pemerintahan yang didasarkan
atas kebebasan dan kemerdekaan. Hal yang demikian itu sesungguhnya hakmu yang
penuh. Percayalah, hanya kaum Bosyewik yang membelamu. Dan berhak mengadakan
pembelaan itu adalah semua rakyat Rusia. Oleh karena itu bantulah revolusi dan
tolonglah pemerintah Bolsyewik. Wahai kawan-kawan, dengan mengibarkan bendera
kita, kita hanya berniat membuktikan kepada rakyat-rakyat yang tertindas,
lambang kebebasan dan kemerdekaan. Wahai kaum muslimin, kami menunggu bantuanmu
berupa moral dan material"
Seruan perdamaian dan persahabatan ini dijadikan tameng dan perisai untuk
menutupi rencana ekspansi regim komunis Rusia ke negara-negara Islam. Sesuai
dengan teorinya, Lenin telah mengirimkan kader-kader komunis ke negara-negara
Islam untuk melakukan gerakan komunis, baik secara terbuka maupun tertutup di
bawah permukaan. Kader-kader komunis muda melakukan infiltrasi ke dalam
organisasi-organisasi pergerakan Islam, yang saat itu terpecah menjadi dua
kelompok. Pertama, kelompok sekuler
model Barat yang dipimpin orang-orang intelektual dan berpendidikan Barat.
Kedua, kelompok fundamentalis yang dipimpin oleh para
ulama. Infiltrasi kader-kader komunis berhasil menguasai sebagian dari
kelompok pertama. Saat itu kader-kader komunis membentuk organisasi-organisasi
buruh dan tani dengan rnemakai nama Islam atau kedaerahan, dalam usaha
menguasai kaum buruh dan kaum tani. Organisasiorganisasi boneka komunis ini
melakukan bentrokan-bentrokan fisik dengan kaum muslimin, sehingga memperlemah
pemerintahan Islam yang baru berdiri itu.
Dalam kondisi yang demikian, maka pada bulan April 1918, Lenin
mengeluarkan perintah kepada Angkatan Bersenjata Rusia untuk menyerbu
negara-negara Islam. Pesawat-pesawat tempur, kendaraan lapis baja menghujani
bom-bom dan mengepung negara-negara Islam seperti Republik Islam Idil-Ural di
Kaukasus Utara, Republik Islam Khakan, Krimea dan Turkistan. Pada akhir tahun
1918, pemyerbuan tentara komunis Rusia ini berhasil menguasai negara-negara
Islam tersebut kecuali Krimea.
Kemudian dalam tahun 1919 Republik Islam Alaska Ardo di Orenburg jatuh ke
tangan pasukan komunis Rusia, yang disusul degan takluknya Republik Krimea pada
awal tahun 1920. Pada tanggal 27 April 1920 pasukan komunis Rusia menyerbu dan
menguasai Republik Islam Azerbaijan dan Republik Islam Khiva di Turkistan
Timur. Dalam tahun 1921 pasukan tentara komunis Rusia melanjutkan penaklukannya
ke negeri Republik lslam Bukhara, yang daerahnya berbatasan dengan Arghanistan.
36
Setelah penyerbuan dan penaklukan, penguasa regim komunis Rusia melakukan
tindakan pemusnahan umat lslam dari negeri-negeri Islam. Republik Islam
Idil-Ural yang berpenduduk kurang lebih 4.000.000 jiwa, berdasarkan dekrit
regim komunis tertanggal 23 Februari 1944, telah menangkap 1.350.000 orang umat
Islam dan membuangnya ke daerah Siberia dengan melakukan kerja-paksa. Nasib yang
sama juga dialami oleh umat Islam Azerbaijan. Dan yang paling menyedihkan lagi
adalah nasib umat Islam dari Republik Islam Krimea, yang semula berjumlah
5.000.000 jiwa, sekarang tinggal hanya 400.000 orang saja lagi. Kebanyakan dari
mereka yang hilang itu, disebabkan oleh pembunuhan massal yang dilakukan oleh
regim komunis Rusia, dibuang di kamp-kamp kerja-paksa. Sejumlah 90.000 buah
masjid, mushalla dan madrasah yang dijadikan kandang-kandang hewan,
gedung-gedung bioskop, klab-klab malam, warung-warung kopi dan minuman keras,
panggung-panggung sandiwara, gudang-gudang peluru dan mesiu. Dan ada yang
sengaja diruntuhkan dan dihancurkan, sehingga sulit untuk menemukan
bekas-bekasnya. 37
Penyiksaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh penguasa komunis Rusia
terhadap umat Islam; sebagaimana diterangkan oleh Sekretaris Jenderal Turkistan
Timur, antara lain sebagai berikut:
01. Menancapkan paku-paku panjang ke kepala
sehingga sampai masuk ke otak;
02. Menggunakan orang-orang tawanan (tahanan)
sebagai sasaran-sasaran peluru dalam pelajaran menembak bagi pasukan tentara
komunis (merah);
03. Memasukkan para tahanan ke dalam sel-sel
tahanan tanpa diberi makan, minum, udara dan lampu sampai mati;
04. Membakar tawanan dan orang-orang hukuman
setelah mereka disiram dengan bensin;
05. Meletakkan topi baja ke kepala para tahanan,
kemudian diberi aliran listrik, sehingga mata tercabut keluar;
06. Mengikat kepala para tahanan di satu
kendaraan dan kakinya di kendaraan yang lain, kemudian kedua kendaraan itu
dijalankan ke arah yang berlawanan, sehingga tubuh orang tahanan tersebut menjadi
terpotong-potong;
07. Membakar seluruh tubuh para tahanan dengan
menggunakan besi panas membara;
08. Menuangkan minyak yang sedang mendidih ke
tubuh para tahanan;
09. Mencocokkan paku-paku dan jarum jarum ke
seluruh tubuh para tahanan;
10. Menyiksa kemaluan para tahanan;
11. Kuku-kuku para tahanan dicabut sampai copot
dengan menggunakan tang-tang besi;
12. Orang-orang tahanan dipaksa tidur dengan
telanjang bulat di atas balok-balok es dengan suhu 40 derajat di bawah nol;
13. Sebuah kunci dililitkan ke dalam rambut
kepala para tahanan kemudian kunci itu diputar sekuat-kuatnya sehingga kulit
kepala menjadi terkelupas seluruhnya;
14. Tubuh para tahanan disikat dengan sikat besi
yang tajam, kemudian disiram spiritus;
15. Setetah tubuh para tahanan diikat kuat-kuat,
maka dituangkanlah kaustik soda ke dalam mulut, hidung dan telinga;
16. Tangan para tahanan diikat ke belakang,
kemudian sebuah batu karang besar dihimpitkan ke punggungnya;
17. Tangan para tahanan diikat dengan tambang,
kemudian digantung selama sehari-semalam atau lebih;
18. Tubuh para tahanan dipukul dengan paku tajam
secara terus-menerus sampai tubuhnya bermandikan darah;
19. Menyayat dengan pisau atau pedang tubuh para
tahanan;
20. Jari tangan dan jari kaki para tahanan
dijahit menjadi satu. 38
Selanjutnya, invasi yang dilakukan oleh pasukan tentara komunis Rusia
tidak hanya terbatas kepada negeri-negeri Islam, tetapi juga dilakukan ke
negeri-negeri tetangganya yang beragama Kristen. Sejak pecah Perang Dunia II
dalam bulan September 1939, Rusia telah merampas daerah-daerah beiikut ini:
01. Polandia Timur;
02. Korelian Finlandia;
03. Lithuania;
04. Latvia;
05. Estonia;
06. Bessarabia dan Bukovia (Rumania);
07. Moldavia (Rumania);
08. Petsamo (Finlandia);
09. Daerah Koeningsberg (Jerman Timur);
10. Karphato - Ukraina (Cekoslovakia);
11. Sachalin Selatan (Jepang);
12. Kepulauan Kuril (Jepang); 39
Watak ekspansionis dan sadisme bukan hanya dimiliki oleh diktator fasis
Hitler, ternyata pula dipunyai oleh diktator proletar Stalin. Fakta-fakta yang
terungkap di muka merupakan bukti-bukti yang tak dapat dipungkiri, Stalin yang
menjadi pimpinan diktator proletar Rusia sejak 1924-1953 telah menjadi diktator
seutuhnya, sehingga teman-temannya terdekat merasa terancam kehidupannya.
Pidato rahasia Krushchov, setelah kematian Stalin merupakan fakta yang dapat
berbicara sendiri. Pidato Krushchov tersebut antara lain berbunyi:
"Kadang-kadang terjadi,
demikian kata Bulganin, bahwa seseorang teman datang kepada Stalin, ia tak tahu
kemana ia akan dikirim setelah itu, ke rumah atau ke penjara. Bukanlah suatu
yang tidak mungkin, bahwa bila Stalin masih agak lama berkuasa, saudara Molotov
dan Mikoyan mungkin tidak dapat hadir di sini dan berpidato dalam Kongres ini.
Dalam keadaan semacam ini para pahlawan yang telah jatuh menjadi korbari karena
kekejaman Stalin jumlahnya sangat banyak. Dengan kode alis yang dinaikkan oleh
Stalin terhadap seseorang tahanan, berarti hukuman mati buat orang tahanan
tersebut. Stalin, kelihatannya mempunyai rencana untuk membunuh semua anggota
lama dari Politbiro"40
Dalam bagian lain dari pidato Krushchov itu mengatakan: "Stalin bertindak tidak karena
alasan-alasan yang kuat, tidak untuk suatu penjelasan tertentu, tidak dengan
kerjasama rakyat, tetapi bertindak dengan memaksakan konsepsinya dan semua
orang harus tunduk kepada pendapat-pendapatnya… Dari tahun 1935 sampai tahun
1938
Stalin telah menjalankan penindasan
massal melalui alat-alat negara…, pertama-tama ditujukan kepada orang-orang
yang dianggapnya lawan politik Lenin, seperti Trotsky dan Zinoviev dan juga
golongan Bukharin, yaitu sebelumnya telah tersingkir dari lingkungan elit kekuasaan,
kemudian memburu tokoh-tokoh komunis yang jujur. Apakah perlu mereka dibasmi?
Kami percaya dan yakin, jika Lenin masih hidup, pembantaian terhadap mereka
itu, sebagaimana dilakukan Stalin, tidak perlu terjadi, Stalin yang
mempergunakan kekuasaan tak terbatas, mengizinkan dirinya sendiri untuk
melakukan tindakan-tindakan di luar batas kemanusiaan dengan mengatas-namakan
Komite Pusat Partai Komunis tanpa menanyakan pendapat Komite atau Politbiro
tersebut. Dari 140 anggota dan kandidat Komite Pusat Partai Komunis yang
dipilih dalam Kongres ke-17 pada tahun 1934, sejumlah 98 orang yang berarti 70%
dari jumlah anggota dan kandidat Komite Pusat, telah dibunuh dan dipenjarakan
terhadap dirinya…, ia memperlihatkan kesombongan yang luar biasa. Dalam menulis
auto biograpinya, Stalin senantiasa menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat
yang memuji dirinya sendiri. Bahkan ia secara terang-terangan menyatakan bahwa
ia tidak akan membiarkan usaha-usahanya dihambat atau dihalang-halangi".41
Watak ekspansionis dan sadisme yang diperankan oleh diktator Stalin,
sebenarnya merupakan watak dari semua diktator proletar komunis di mana-mana di
muka bumi ini. Republik Islam Turkistan Timur yang berpenduduk 13 juta
jiwa/orang, pada tahun 1949 telah dicaplok oleh penguasa komunis Republik
Rakyat Cina (RRC) di bawah pimpinan Mao Tse Tung, dan merubah nama daerah
muslim tersebut menjadi "Singkiang". Komposisi penduduk di Turkistan
Timur (Singkiang) secara radikal berubah semenjak regim komunis Cina menjajah
negeri itu dengan jalan memindahkan orang-orang Hans Cina komunis ke tempat
tersebut. Perubahan komposisi penduduk semenjak tahun 1949 sampai dengan 1983
dapat dilihat di bawah tabel ini:
Kelompok Etnis
|
1949
|
1983
|
Uighur (Muslim)
|
75%
|
46%
|
Kazaks (Mislim)
|
10%
|
6%
|
Turkis (Mislim)
|
5%
|
1%
|
Hans (Cina non Muslim)
|
5%
|
45%
|
Dugans (Cina Muslim)
|
3%
|
1%
|
Lain-lain
|
2%
|
1%
|
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk muslim menurun secara
drastis dari 90% pada tahun 1949 menjadi 45% pada tahun 1953, sementara
penduduk Cina Hans (non muslim) bertambah dengan pesat dari 5% pada tahun l949
menjadi 45% pada tahun 1983. Jumlah ini akan meningkat terus, karena regim
komunis Cina terus-menerus memindahkan penduduk Cina Hans ke daerah ini.
Methoda untuk melenyapkan umat Islam di Turkistan Timur, meniru metoda
yang dilakukan oleh regim komunis Rusia. Para pemimpin politik dan agama
ditangkap, dimasukkan ke kamp-kamp kerja-paksa atau dibunuh. Seluruh
posisi-posisi pemerintahan dikuasai oleh Cina Han yang komunis. Pada masa
kampanye tentang "Commune",
tanah-tanah penduduk dirampas, malahan simpanan persediaan pangan yang ada
juga dirampok oleh pemerintah komunis serta pasar-pasar ditutup. Kaum muslimin
dipaksa bekerja untuk "commune"
di bawah pengawasan petugas partai komunis yang kejam dan sadis. Jam kerja
rata-rata antara 8-10 jam sehari dengan upah yang sangat murah. Mereka yang
dianggap membangkang ditangkap dan dimasukkan ke kamp-kamp kerja-paksa.
Usaha-usaha untuk melenyapkan agama Islam di Turkistan Timur, tetah
dilakukan oleh regim komunis Cina secara sistimatis, dan memuncak pada masa
"revolusi keaudayaan" model Mao Tse Tung yang dilakukan dalam tahun
1966-1967.Tindakan-tindakan pelenyapan Islam, antara lain:
1. Menutup masjid-masjid di seluruh desa Turkistan Timur;
2. Masjid-masjid dan lembaga-lembaga Islam yang ada di kota-kota diambil
alih oleh pemerintah komunis dan dijadikan kantor partai komunis, asrama,
rumah-rumah potong hewan dan lain-lain;
3. Mahkamah Qadhi yang didirikan sejak tahun 1933-1934 semasa Republik
Islam Turkistan Timur berkuasa, diubah dan digantikan menjadi Pengadilan Rakyat;
4. Semua kitab suci Al-Qur'an dan Al-Hadits serta semua buku-buku agama
dimusnahkan;
5. Pendidikan agama Islam di sekolah dilarang;
6. Huruf Arab yang selama ini menjadi huruf resmi kaum Muslimin diganti
dengan huruf Cyriclic dan Latin;
7. Para imam masjid ditangkap, dimasukkan ke kamp-kamp kerja paksa dan
atau dibunuh.
Selama regim komunis Cina berkuasa di kawasan ini, tercatat tidak kurang
360.000 muslim yang telah dibunuh; lebih dari 100.000 muslim dipaksa pindah ke
Turkistan Barat dan 504.000 muslim yang dikirim ke sepuluh tempat kamp-kamp
kerja-paksa. 42
Apabila negara-negara Kristen Barat seperti Inggeris, Perancis dan
Amerika Serikat telah menciptakan negara boneka Israel di dunia Islam di Timur
Tengah, maka regim komunis Rusia telah pula menciptakan negara boneka komunis
di Afghanistan sejak tahun 1972, dan menjadi pusat pembantaian kaum muslimin di
Asia.
Pada tahun 1953, Dhahir Shah, Raja Afghanistan mengangkat sepupunya,
Muhammad Daud memangku jabatan Perdana Menteri, yang merangkap jabatan Menteri
Pertahanan dan Luar Negeri. Daud adalah kader komunis, yang dibina oleh Rusia
bersama-sama Taraki, Hafidullah dan Babrak Kamal. Daud menjabat Perdana Menteri
selama sepuluh tahun sampai saat ia metakukan coup de'tat pada butan Juli 1972, menjungkirkan raja Dhahir Shah. Coup de'tat yang sepenuhnya didalangi
regim komunis Rusia, bertugas untuk mendirikan negara boneka komunis Rusia di
Afghanistan.
Masa jabatan Daud sebagai pimpinan tertinggi regim komunis Afghanistan
berjalan sejak Juli 1972 sampai 27 April 1978, dianggap oleh Rusia kurang
berhasil, walau telah mampu membantai 600 orang tokoh-tokoh Islam. Sebab
perlawanan kaum muslimin, yang mula-mula dipimpin oleh Prof. Gholam Muhammad
Niazi dan kemudian dilanjutkan oleh tokoh-tokoh muda Islam seperti Burhanuddin
Rabbi, Abdu Rabbi Rasuli Sayaf, Hikmat Yar dan Habibur Rahman, makin meluas dan
merakyat, yang digerakkan oleh satu organisasi yang bernama "Jam'yah al-Islamiyah", yang
kemudian berubah menjadi "Al Hizbul
Islam", yaitu gerakan bersenjata.
Dengan alasan itu, Rusia mendongkel Daud dengan membantainya
bersama-sama keluarganya, dan mengangkat Taraki sebagai pimpinan tertinggi
regim komunis Afghanistan pada bulan April 1978. Untuk membuktikan kesetiaannya
kepada Rusia, Taraki mengeluarkan undang undang yang sangat bertentangan
dengan hukum Islam, yang telah berlaku beratus-ratus tahun; membunuh 15.000
kaum muslimin, merampas harta benda kaum muslimin, menggantikari pendidikari
agama di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi dengan ajaran komunis. Rakyat
diwajibkan untuk mengikuti penataran-penataran mengenai komunisme.
Tindakan dan kekejaman Taraki mengundang reaksi keras kaum muslimin
Afghanistan. Ulama mengeluarkan fatwa: "Mengutuk
dan mengkafirkan Taraki, serta mewajibkan perarig (jihad) melawan kekuasaannya
dan menggulingkannya".
Fatwa ulama menimbulkan semangat jihad yang luar biasa sehingga seluruh
umat lslam Afghanistan bangkit untuk melawan regim komunis Taraki dan Rusia.
Dengan fatwa ulama ini kaum muslimin merebut daerah Herat. Daerah ini kemudian
dijadikan tempat Muktamar umat Islam Afghanistan, yang dihadiri tidak kurang
dari 100.000 kaum muslimin. Di saat muktamar berlangsung, regim komunis Taraki
menyerbu dengan menggunakan kekuatan militer maksimal, darat dan udara, dan
berhasil membunuh 30.000 umat lslam.
Tragedi Herat ini tidak mematahkan semangat dan perlawanan kaum muslimin,
malah menambah tingginya ruhul jihad, sehirigga banyak dari tentara Taraki,
seperti Brigade Zabie,. Brigade Amir, dan Brigade Nahrain membelot dan bergabung
dengan para mujahidin.
Dengan bergabungnya tentara ke dalam pasukan mujahidin bertambah kuatlah
perlawanan kaum muslimin dalam menghadapi regim komunis Taraki.
Taraki berusaha menekan dan menghancurkan pasukan mujahidin dengan jalan
membantai 200.000 kaum muslimin, tetapi perlawanan malah tambah menjadi-jadi.
Akibatnya Rusia menyingkirkan Taraki yang dianggapnya tak mampu mengendalikan
keadaan, dan menggantikannya dengan Hafidullah Amin.
Amin membuat perjanjian kepada umat Islam, bahwa pembantaian kepada umat
Islam akan dihentikan. Janji Amin ini untuk sementara dapat meredakan keadaan,
tetapi tiga bulan kemudian pasukan mujahidin bangkit kembali secara intensif
menghancurkan regim komunis Amin. Bersamaan dengan itu tentara komunis Rusia
sebanyak 100.000 orang pada tanggal 27 Desember 1979, melakukan invasi ke Afghanistan
menggulingkan regim Hafidullah Amin dan menggantikannya dengan Babrak Kamal.
Walau Rusia telah mengerahkan 100.000 tentaranya untuk menumpas pasukan
mujahidin, ternyata tidak mampu dan tidak berhasil, malah pasukan mujahidin
tambah hari tambah kuat. Padahal Rusia tiap hari tetah mengeluarkan biaya
antara 40-60 juta dollar Amerika.
Dalam kondisi demikian, akhirnya Rusia mengajak Amerika Serikat untuk
merundingkan masalah Afghanistan, agar Rusia bisa keluar dari sana dengan
selamat dan terhormat, dan mereka tidak menginginkan pasukan mujahidin memegang
tampuk kekuasaan di Afghanistan. Kerjasama Rusia dan Amerika Serikat menelorkan
kesepakatan bahwa Raja Dhahir Shah, boneka Amerika Serikat, yang pemah
digulingkan oleh Daud, yang sekarang berada di Roma, boleh kembali berkuasa.
Keputusan Rusia-Amerika Serikat ini disampaikan kepada Dhahir Shah di Roma, dan
serentak ia mengadakan konferensi pers, serta berucap: "Mujahidin Afghanistan mengundang saya untuk bertahta lagi di
Afghanistan". Tetapi keterangan pers Dhahir ini langsung dijawab oleh
Sayyaf, pimpinan pasukan mujahidin Afghanistan, dengan kata-kata: "Kami akan sambut kedatangan Dhahir di
lapangan terbang dan langsung akan kami penggal kepalanya".
Untuk menghadapi strategi dan taktik Rusia-Amerika Serikat dalam
melumpuhkan pasukan mujahidin, maka pada tanggal 9 Sya'ban 1402/22 Mei 1983,
pimpinan-pimpinan dari tujuh organisasi perlawanan umat Islam, yaitu:
1. Al Ittihad al Islami: pimpinan Saiyaf;
2. A1 Hizbul Islam: pimpinan Hikmat Yar;
3. A1 Jam'iyah al Islami: pimpinan Rabbani;
4. Al Hizbul Islam: pimpinan Yunus Khalis;
5. Jabhat al Inqilab al Islami: pimpinan Rafi'ullah;
6. Jabhat al lnqilab al Islami: pimpinan Nashrullah;
7. Jabhat Najati Mali : Pimpinan Muhammad Mei,
Mereka memfusikan organisasi-organisasinya menjadi satu organisasi
tunggal yaitu "Persatuan Mujahidin Islam Afghanistan" dengan pimpinan
Abdu Rabbani Rasul Saiyaf sebagai Ketua Umum dan Komandan Tertinggiriya. 43
Sebagai gambaran kemajuan pasukan Mujahidin dalam menghadapi regim
komunis Afghanistan dan Rusia, seperti yang dilaporkan Biro Kebudayaan
Persatuan Mujahidin Islam Afghanistan, tercatat bahwa hasil pertempuran antara
pasukan Mujahidin melawan tentara komunis Afghanistan dan Rusia selama satu
tahun saja yaitu Oktober 1981 sampai Oktober 1982, adalah sebagai berikut:
1. Pasukan Mujahidin melancarkan serangan sebanyak
824 kali dengan kerugian di pihak Mujahidin:
a. sejumlah 1.856 mujahidin menjadi syuhada;
b. sejumlah 391 mujahidin menderita tuka-luka.
2. Pasukan tentara komunis Afghanistan dan Rusia
melancarkan serangan sebanyak 149 kali dengan kerugian di pihaknya:
a. sejumlah 2.048 buah kendaraan lapis baja hancur;
b. sejumlah 1.128 buah kendaraan militer hancur;
c. sejumlah 33.129 tentara Afghanistan dan Rusia
mati terbunuh;
d. sejumlah 1.272 tentara luka-luka;
e. sejumlah 2.289 tentara tertawan;
f. sejumlah 772 pucuk senjata hancur;
g. sejumlah 3.692 pucuk senjata dirampas oleh
pasukan Mujahidin;
h. sejumlah 18 buah kendaraan lapis baja yang masih
utuh dan baik dirampas pasukan Mujahidin;
i.
sejumlah 58
buah kendaraan miiiter dalam keadaan baik dirampas oleh pasukan Mujahidin.
44
Walaupun kekalahan demi kekalahan telah dialami oleh pasukan komunis
Afghanistan dan Rusia, tetapi regim komunis Moskow terus mengirimkan pasukannya
ke Afghanistan, sehingga sekarang ditaksir telah mencapai 200.000 orang. Dengan
sistem bumi hangus, mengakibatkan kaum muslimin Afghanistan banyak yang
mengungsi ke Pakistan dan diperkirakan tidak kurang dari sejumlah 3.000.000
orang; sedangkan yang mengungsi ke Iran lebih dari 1.000.000 orang. Nasib
4.000.000 pengungsi Afghanistan yang merupakan jumlah pengungsi terbesar di
dunia; adalah sangat menyedihkan dan mengharukan.
Kondisi militansi pasukan mujahidin Afghanistan terlihat dari ungkapan
pasukan tentara komunis Rusia yang berbunyi: "Bangsa Afghanistan tidak bisa mati; upaya kami untuk menumpas
mereka sulit sekali". Tetapi sebaliknya pernyataan pasukan Mujahidin
berkata dengan lantang: "Senjata
Rusia tak dapat menghabisi dan tak mampu mengalahkan kami". Dr.
Abdullah Azam dalam wawancaranya dengan para Mujahidin, dari anak yang berumur
11 tahun sampai kakek-kakek berumur 104 tahun, berkesimpulan bahwa keyakinan
dan ruhul jihad begitu tinggi untuk berjuang menegakkan hukum Allah tegak di
bumi Afghanistan dan bersedia mengorbankan segala-galanya termasuk jiwa dan
raga.
Oleh karena itu, tidak aneh apabila ada seorang pengamat Barat,
berkebangsaan Amerika, berucap di TV Amerika Serikat sebagai berikut: "Bangsa Afghanistan akan menang melawan
Rusia, kemudian pengaruh Islam akan melanda Rusia, kemudian Eropa dan Amerika.
Setelah itu Amerika, Rusia dan Eropa akan beraliansi menghadapinya".
Barangkali memang sulit untuk menjumpai suatu bangsa seperti Afghan, yang
mempunyai watak sederhana, kemahiran perang merupakan kepandaiannya, hidup
keras dan terhormat menjadi kebiasaannya. Para ahli perang Barat hanya bisa
menggeleng-gelengkan kepala melihat banyaknya rakyat muslim Afghanistan yang
bersedia menjadi pasukan mujahidin; karena sekitar l.000.000 orang tanpa gaji
dan jaminan hidup, mampu hidup dengan makan buah-buahan hutan dan daun-daunan
selama berbulan-bulan, sambil memanggul senjata, menyerang musuh,
mempertahankan jiwa dan membelinya dengan mati syahid.
Dalam medan pertempuran yang dahsyat dan kejam, karena tentara Komunis
Rusia mengerahkan semua persenjataan yang mutakhir, pasukan Mujahidin
Afghanistan, hampir tak pemah meninggalkan shatat malam, bermunajat kepada
Allah; luar biasa!
Oleh sebab itu pasukan Mujahidin senantiasa mendapatkan pertolongan Allah
SWT yang apabila dianalisa secara rasional tidak mungkin terjadi. Mana mungkin
pasukan Mujahidin, yang semula hanya terdiri dari beberapa ratus orang dengan
persenjataan yang sangat sederhana mampu menghadapi tentara regim komunis dari
sejak Daud (1972) yang ditopang sepenuhnya oleh tentara komunis Rusia (negara
adidaya) yang menggunakan senjata yang mutakhir, kalau bukan pertolongan Allah?
Pasukan Mujahidin yang bermula hanya beberapa ratus orang sekarang telah berkembang
dan memiliki anggota sejumlah 1.000.000 (satu juta) orang, dari persenjataan
beberapa pucuk saja, sekarang telah memiliki ratusan kendaraan lapis baja,
senjata-senjata otomatis, meriam-meriam dan roket, yang semuanya hasil rampasan
dari tentara komunis Afghanistan dan Rusia.
Bahkan sekarang, bumi Afghanistan hampir 80%-nya terbebas dari kedaulatan
pemerintah regim komunis Afghanistan. Charles Down Bar, Kuasa Usaha Kedutaan
Besar Amerika Serikat di Kabul, pada bulan Mei 1983 diwawancarai oleh wartawan US News and World Report, antara lain
menyatakan: "Sesungguhnya pemerintah
Kamal cuma mengurus administrasi saja. Sulit buat saya memperkirakan
pemerintahannya dapat bertahan lama. Kaum Mujahidin di daerah yang dikuasainya
mampu menyelenggarakan sekolah dan menyelenggarakan pemerintahan, dan kontak
antar daerah yang dikuasainya dengan rapi. Persenjataan mereka bertambah baik,
mereka dapatkan itu dengan merampas dari tentara Rusia dan Kamal. Pemerintah
Kamal seperti keranjang bolong,
diberi senjata oleh Moskow, jatuh ke tangan Mujahidin. Sekarang basis-basis
Mujahidin jaraknya tak lebih 5 km dari Kabul…" Francois Mitterand, Presiden Perancis berkata: "Afghanistan bagaikan penyakit kanker
di tubuh Rusia, makin lama makin melalap tubuhnya".45
Najibullah, penguasa regim komunis Afghanistan, yang pada awal Mei 1986
berhasil menjungkirkan Babrak Kamal, telah sesumbar akan melakukan pembersihan
terhadap pasukan Mujahidin secara besar-besaran, ternyata tidak berjalan
sebagaimana rencana semula. Dengan tambahan 56 pesawat jet pembom Rusia jenis
MiG 22, 23 dan 25, Najibullah mengerahkan hampir 3.000 tentara Afghanistan dan
Rusia menggempur pangkalan-pangkalan kaum Afghanistan selama dua minggu, yaitu
sejak tanggal 7-12 Mei 1986.
Semula menurut rencana penggempuran terhadap basis Mujahidin paling tidak
akan dilakukan sedama 4 minggu; sehingga tentara komunis Afghanistan dan Rusia
telah membangun 6 buah kamp sementara di sekitar daerah itu. Tetapi secara
mendadak penggempuran itu dihentikan, dan pasukan tentara komunis meninggalkan
daerah itu, menuju pos-pos mereka di sebelah Barat. Pengunduran diri pasukan
komunis ini, karena tidak mampu menghadapi serbuan pasukan Mujahidin yang
diperkirakan sekitar 4.000 orang di daerah itu dengan menggunakan roket-roket
secara efektif, sehingga menimbulkan banyak korban yang jatuh di kalangan
tentara komunis Afghanistan maupun Rusia.
Kekalahan yang diderita tentara komunis selama dua minggu di daerah ini,
mengakibatkan Najibullah merubah taktik dengan bermuka manis terhadap kaum Mujahidin.
Dalam pidatonya pada tanggal 20 Mei 1986 di depan kepala-kepala suku yang
berpandangan Marxis, Najibullah menghimpun kaum Mujahidin untuk mengakhiri
peperangan dengan jalan damai secara terhormat. Kepada para pengungsi
Afghanistan, yang dewasa ini diperkirakan berjumlah hampir 4.000.000 jiwa,
diharapkan segera kembali ke Afghanistan secara damai.
Sikap permusuhan dan tindakan yang kejam secara sadis terhadap kaum
muslimin yang dilakukan oleh regim komuriis baik Rusia, Cina maupun
Afghanistan, sebagaimana terungkap di muka, adalah merupakan watak setiap
regim atheis sepanjang sejarah. Allah SWT telah menetapkan fakta sejarah ini di
dalam Kitab Suci-nya (Al-Qur'an), yang membentangkan peristiwa regim atheis
Fir'aun di dalam menghadapi Nabi Musa a.s. Watak itu tergambar dengan jelas di
dalam Al-Qur'an, antara lain yang tertuang di dalam Surat Asy-Syu'ara (26) ayat
41-51 yang berbunyi:
Maka
tatkala ahli syihir datang dan bertanya kepada Fir'aun, "Sesungguhnya
ganjaran apakah yang dapat kami terima, seandainya kami menang?"
Ia
menjawab: "Betul! kamu akan menjadi orang-orang kesayanganku."
Musa
berkata kepada mereka, "Lemparkanlah apa-apa yang kamu hendak
lemparkan!" Lalu mereka lemparkan tali-tali tongkat-tongkat milik mereka,
sambil berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami, pasti
menang."
Kemudian
Musa melemparkan tongkatnya maka tongkat itu menelan semua sihir yang mereka
adakan. Lantas spontan para ahli sihir merendahkan diri dan bersujud, sambil
berucap: "Kami beriman kepada Tuhan Pemilik Alam Semesta. Tuhan Musa dan
Harun."
Berkata
Fir'aun, "Kamu telah beriman kepadanya sebelum aku mengizinkannya.
Sesungguhnya ia (Musa) adalah pemimpin kamu yang telah mengajarkan kamu sihir.
Kamu akan merasakan segala resikonya nanti. Sesungguhnya aku akan memotong
tangan-tangan dan kaki-kaki kamu secara bersilang dan aku akan menyalibkan kamu
semua."
(Mereka
para ahli sihir) menjawab : "Tidak soal! Karena sesungguhnya kepada Tuhan
kamilah, kami akan kembali. Sesungguhnya kami sangat mengharap, bahwa Tuhan
kami akan mengampuni dosa-dosa kami, sebab kami termasuk orang-orang yang
pertama-tama beriman."
Apabila kita teliti dengan seksama sejarah Fir'aunisme dan kita cocokkan
dengan latar belakang sejarah, pandangan hidup dan sikap Marxisme terhadap umat
Islam (Umat Tauhid), maka mau tidak mau kita akan berkesimpulan bahwa
Fir'aunisme adalah Marxisme-Komunisme secara hakiki. Persamaan-persamaan asasi
antara Fir'aunisme dengan Marxisme-Komunisme, yaitu atheisme, diktatorial, dan
sadisme adalah begitu mencolok, walau bagi para pengamat yang tidak teliti
sekalipun.
Sebagaimana Musa menghadapi Fir'aun, dimana ia tidak dalam posisi
berbahaya, sampai akhirnya Fir'aun dan regimnya hancur. Demikian pula kaum
muslimin tidak akan lemah dan berhenti menghadapi Marxisme-Komunisme, walaupun
keadaannya, sampai Marxisme-Komunisme lenyap dari permukaan planet bumi ini. Kekuatan
politik, ekonomi, militer yang dimiliki oleh kaum komunis, sehingga mereka
menjadi salah satu negara adidaya, bukan halangan buat umat Islam untuk meraih
kemenangan, dan menghancurkan mereka.
Perang Afghanistan antara pasukan Mujahidin melawan tentara komunis di
Rusia adalah merupakan indikasi bahwa kekuatan aqidah (iman kepada Allah), yang
merupakan kekuatan spiritual yang paling tinggi ternyata lebih ampuh dan lebih
kuat daripada kekuatan senjata dan ekonomi dan ilmu. Selama hampir 17 tahun
pasukan Mujahidin berperang melawan pasukan Komunis Afghanistan dan Rusia,
terbukti kekuatan pasukan Mujahidin tiap hari bertambah kekuatannya, baik manpower maupun persenjataannya serta
daerah yang.dikuasainya.
Perang Afghanistan adalah merupakan contoh yang dapat diterapkan oleh
kaurn muslimin di mana saja mereka berada di dalam mereka menghadapi Komunisme.
Sekarang marilah kita lihat sepintas konfrontasi Marxisme dan Komunisme
dengan Islam dalam sepintas sejarah Indonesia. Sarekat Dagang Islam (SDI)
didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 di Solo; kemudian pada tanggal 10
September 1912 dalam rapatnya di Surabaya, SDI telah mengubah dirinya menjadi
Sarikat Islam (SI). Perkembangan SI pesat sekali, sehingga Muktamar yang
pertama pada tanggal 26 Januari 1913 telah mempunyai anggota lebih dari 12.000
orang. Tampilnya HOS Cokroaminoto, Agus Salim dalam SI mempercepat
berkembangnya SI, hampir di seluruh nusantara.
Tetapi kehadiran organisasi Indische
Social Democratisch Vereeniging (ISDV) yang beraliran Marxis-komunis, yang
dipimpin H.J.F.M. Sneevleit dan A. Bars pada tahun 1914 menjadi malapetaka
bagi SI. Sebab ISDV telah berhasil menyusupkan kader-kader nya seperti Darsono
menjadi pengurus SI Semarang dan Semaun menjadi pengurus SI Surabaya. 46
Kemajuan SI memang luar biasa, sebab Muktamar pada tanggal 17-2l Juni
1916 di Bandung telah dihadiri oleh l6.000 orang peserta yang mewakili 800.000
anggotanya dari Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi. 47
Kemajuan yang dicapai SI tidak membawa kekuatan untuk mampu melaksanakan
semua program perjuangannya; karena infiltran Marxis-komunis telah memulai
aksinya, seperti Darsono dan Semaun melakukan intrik memecah belah, dari mulai
aksi menfitnah menuduh pimpinan SI menyelewengkan uang partai oleh Darsono
sampai mosi tidak percaya terhadap pimpinan SI yang dilakukan oleh Semaun. Aksi
kader-kader Marxis-Komunis didalam SI tambah semarak, setelah ISDV pada tanggal
20 Mei 1920 mengganti namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Aksi-aksi kader Marxis-Komunis yang makin berani, maka pimpinan SI
mengadakan Muktamarnya di Surabaya pada tahun 1921 dan behasil memecat
kader-kader Marxis-Komunis. Tapi akibatnya SI pecah, karena banyak
cabang-cabang SI telah kemasukan ideologi Marxis-Komunis seperti Semarang,
Solo, Salatiga, Sukabumi dan Bandung. 48
Dalam menghadapi gerakan SI ini, maka PKI mengadakan Kongres pada tanggal
24-25 Desember 1921, dan memutuskan bahwa cabang-cabang SI yang telah
dikeluarkan harus membentuk SI Merah sebagai tandingan SI Putih (SI asli).
Sekembalinya Semaun dan Darsono dari Moskow, maka pada tanggal 4 Maret
1923 diselenggarakan kongres gabungan antara PKI dan SI Merah di Bandung, yang dihadiri
oleh l6 cabang PKI dan 14 cabang SI Merah. Pada tanggal 6 Maret 1923, kongres
luar biasa di Sukabumi memutuskari SI Merah menjadi "Sarekat Rakyat"
yang langsung di bawah PKI.
Gerakan yang menggebu-gebu melahirkan berbagai aksi huru-hara oleh PKI dan
Sarekat Rakyat pada akhir tahun 1926; akibatnya PKI dan Sarkat Rakyat dilarang
oleh penguasa kolonial Belanda. 49
Pada tanggai 3 Juli 1947 Amir Syarifuddin (kader Marxis-Sosialis dan
Ketua Pemuda Sosialis-Pesindo), berhasil menyusun Kabinet di bawah pimpinannya.
Masyumi tidak turut dalam Kabinet Syarifuddin ini. Tetapi Syarifuddin berhasil
memecah-belah Masyumi, dengan jalan mengangkat Wondoamiseno (salah seorang
pimpinan Masyumi) dari unsur SI (PSII) menjadi salah seorang Menteri dalam
Kabinetnya. Kemudian diikuti oleh Arudji Kartawinata, juga dari unsur SI yang
keluar dari Masyumi.
Kabinet Hatta terbentuk pada tanggal 29 Januari 1948, menggantikan
kabinet Syarifuddin. Kabinet Hatta ditentang oleh golongan Marxis dan Komunis.
Pesindo di bawah pimpinan Amir Syarifuddin, yang selama ini berkuasa telah
dipersenjatai, ditopang oleh organisasi-organisasi beraliran Marxis-Komunis
yang tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR), melakukan aksi demonstrasi
dalam menentang kabinet Hatta di Solo; akibatnya terjadilah bentrok senjata
antara Pesindo dengan Siliwangi; Pesindo kalah; tetapi FDR melakukan aksi
pemogokan di sekitar Solo, khususnya di perkebunan milik negara seperti
perkebunan kapas Delanggu. Syafruddin Prawiranegara, Menteri Perekonomian dalam
Kabinet Hatta :tidak membiarkan aksi mogok FDR untuk melumpuhkan perekonomian
RI, maka ia memerintahkan Serikat Tani Islam Indonesia (STII) anak organisasi
Masyumi untuk mengambil alih semua tenaga buruh perkebunan di
perkebunan-perkebunan milik negara. Akibat lanjutannya STII bentrok dengan
SOBSI, SARBUPRI, LBT milik golongan Marxis-Komunis.
Tampilnya kekuatan STII dan Masyumi dalam menentang gerakan buruh tani
golongan Marxis-Komunis, bukan saja berhasil mematahkannya, tetapi berarti
Kabinet Hatta disokong sepenuhnya oleh umat Islam. Hal ini sangat penting
karena pada tanggal 18 September 1948, Muso, Amir Syarifuddin dan Setiadji
melakukan pemberontakan di Madiun menentang pemerintah RI, yang dikenal dengan
pemberontakan PKI-Madiun. Karena anggota STII dan Masyumi yang paling depan
menentang golongan Marxis-Komunis ini, maka para pemberontak PKI-Madiun
membunuh secara massal dan sadis semua anggota STII dan Masyumi yang tertangkap
oleh mereka. 50
Lahirnya konsepsi Soekarno yaitu Demokrasi Terpimpin dalam rangka kembali
ke Undang-Undang Dasar 1945, pada dasarnya adalah srategi PKI. Sebab sejak
sidang pleno ke-7 Central Committe
PKI bulan November 1958 telah mengusulkan masalah tersebut kepada Presiden
Soekarno. Bahkan secara kongkrit PKI mengusulkan agar Soekarno mendekritkan
berlakunya kembali UUD 1945. Dengan terlaksananya "Konsepsi
Soekarno"; maka berarti ia akan menjadi penguasa tunggal, yang sejak awal
lahirnya konsepsi tersebut secara terbuka telah merangkul PKI dengan penuh
semangat. 51
Setelah dekrit berjalan, Soekarno maju selangkah untuk menerapkan
gagasan-gagasannya dalam bentuk pidato yang berjudul "Penemuan Kembali
Revolusi Kita", yang diucapkan pada tanggal 17 Agustus 1959. Pidato ini
diberikan kepada Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang dipimpin D.N. Aidit (Ketua
Umum PKI) untuk dijadikan bahan dalam menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Dalam kesempatan ini PKI (melalui Aidit) memasukkan konsepsinya yang
terkenal dengan nama "Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia"
(MIRI) ke dalam GBHN dengan nama Manifesto Politik RI. Antara MIRI-PKI dengan
GBHN-MANIPOL hampir-hampir tidak ada perbedaan yang berarti. 52
Sekarang benar-benar PKI telah menjadi tulang punggung kebijaksanaan yang
dikeluarkan oleh Soekarno. Melalui intrik PKI, Soekarno membubarkan partai
Islam Masyumi dengan surat Keputusan Presiden No. 200 tanggal 17 Agustus 1960,
dengan dalih Masyumi terlibat dengan pemberontakan PRRI. 53
Pembubaran Masyumi ini memang benar-benar konspirasi antara PKI dan
Soekarno, terlihat dari pembicaraan antara Bernhard Dahm dengan Soekarno pada
tahun 1966, setelah terjadinya G30S/PKI. Dahm bertanya: "Mengapa Anda tidak melarang PKI?" Soekarno menjawab: "Engkau tak dapat menghukum suatu
partai secara keseluruhan berdasarkan kesalahan segelintir orang".
Setelah mendengar jawaban itu, Dahm lantas mengemukakan bahwa ia (Soekarno)
pernah berbuat begitu terhadap Masyumi pada tahun 1960. Soekamo lalu
menjelaskan bahwa Masyumi merusak perjalanan revolusi kami, sedangkan PKI
merupakan ujung tombak (avant garde)
dari kekuatan-kekuatan revolusioner.54
Kemudian bubarnya Masyumi tahun 1960 dan GPII tahun 1963, tidak
menyebabkan umat Islam diam dalam menghadapi kekuatan Marxis-Komunis. Pelajar
Islam Indonesia (PII) yang lahir pada tanggal 4 Mei 1947 tampil ke muka
menentang PKI. PII dengan selebaran gelapnya mencoba menyudutkan PKI dan
menyadarkan rakyat bagaimana bahayanya PKI. Selebaran gelap yang berbunyi
antara lain: "Nyono, Aidit dan Marxisme"; "Bahaya Subversi
PKI", "Jiwa para Pemimpin PKI" bertebaran dalam jumlah puluhan
ribu eksemplar.
Oleh karena itu, tidak heran apabila PII telah menjadi sasaran PKI untuk
dihancurkan. Di dalam dokumen penting PKI yang terungkap pada akhir 1964,
menyatakan bahwa PKI adalah musuh yang harus dihadapi secara khusus. Dan untuk
itu, IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia) ormas pelajar PKI diharuskan untuk
menghadapinya dengan sungguh-sungguh. 55
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang juga merupakan salah satu organisasi
pemuda Islam yang anti komunis, menjadi bulan-bulanan untuk dihancurkan. Aidit
(Ketua Umum CC PKI) di depan Kongres Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI)
pada awal September 1965, telah menyatakan, apabila CGMI tidak mampu
membubarkan HMI lebih baik pakai sarung saja. 56 Pernyataan Aidit
ini disambut dengan "Demonstrasi perang" oleh PII dan HMI di depan
Front Nasional dan KOTRAR pada tanggal 19 September 1965. Dengan semboyan
"Langkahi mayatku sebelum membubarkan HMI".
Berkat lindungan Soekarno, akhirnya PKI melakukan kudeta G30S/ PKI dengan
jalan membunuh tujuh orang jenderal Angkatan Darat pada tanggal 30 September
1965. Dan akibatnya PKI dibubarkan!
Sikap Muslim Terhadap Komunisme
l. Sikap Dasar
Untuk menghadapi rencana, strategi dan taktik golongan Komunis (kafir),
Allah SWT telah memberikan garis-garis kebijaksanaan yang harus dan wajib
dilaksanakan oleh kaum Muslimin dalam menentukan sikap dan langkah-langkahnya.
Landasan utama yang menjadi pedoman untuk menentukan garis-garis kebijaksanaan
itu tertuang di dalam Firman Allah SWT pada surat Al-Fath (48) ayat 29, yang
berbunyi:
"Muhammad itu adalah Rasul
Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir
dan berkasih sayang terhadap sesama mereka."
Muhammad Ali Shabuni mengomentari ayat ini sebagai berikut: "Yang
dimaksud dengan Muhammad Rasul Allah adalah seorang rasul yang bernama Muhammad
dan ia benar-benar seorang rasul dan tidak sebagaimana yang dikemukakan oleh
orang-orang kafir musyrik. Dan orang-orang yang bersamanya adalah para
sahabatnya, yang
merupakan orang-orang pilihan, yang senantiasa bersikap keras terhadap
kaum kafir dan berkasih sayang di antara sesama mereka. Hal ini konsisten
dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5) ayat 54, yang berbunyi:
"Yang lemah lembut sesama
mukmin, yang bersikap sombong terhadap orang-orang kafir".
Abu Su'ud menyatakan pengertian ayat ini sebagai berikut: "Mereka tampilkan sikap keras dan tegar
terhadap orang-orang yang menentang agama mereka; dan orang-orang yang sepaham
dan sependapat di dalam Islam, mereka bersikap kasih-sayang dan merendahkan
diri". Para ahli tafsir berpendapat: "Hal yang demikian itu karena perintah Allah kepada mereka umat
Islam untuk bersikap keras/sombong terhadap mereka orang-orang kafir".57
Bertitik pangkal dari pengertian ayat ini, maka kaum Muslimin harus
mempunyai sikap dasar yang pasti, yang berlaku di sepanjang zaman dan di setiap
tempat di permukiman bumi ini. Sikap dasar itu adalah "keras dan
tegar" terhadap golongan kafir (komunis). Manifestasi sikap dasar ini harus
tergambar dan tercermin dalam bidang-bidang sebagai berikut:
2. Bidang Aqidah
Sebagaimana kita ketahui bahwa semua Nabi dan rasul yang diutus oleh
Allah SWT ke tengah-tengah umat manusia, dari sejak Adam As. sampai dengan
Muhammad SAW mempunyai risalah pokok yang sama, yang tidak pernah berubah yaitu
permurnian aqidah "tauhid" dari segala bentuk syirik, yang jelas atau
yang sinkritis; baik dalam bidang tauhid rububiyah maupun tauhid uluhiyah.
Selanjutnya, pengertian pemurnian aqidah tauhid tidak hanya dilarangnya
mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan imajiner, yang dianggap memiliki
kekuatan dan kekuasaan, yang berada di luar diri manusia, tetapi juga anggapan
adanya kekuatan dan kekuasaan yang ada pada diri manusia seperti akal, intuisi
dan kemauan yang berwatak sebagai hawa nafsu, yang dijadikan sumber kebenaran
dan ajaran yang wajib ditaati. Produk dari akal, intuisi dan kemauan bisa
berbentuk filsafat, mistik dan ilmu pengetahuan, yang kemudian berkembang
menjadi ideologi atau ajaran seperti Komunisme. Larangan mensyarikatkan Allah
dengan hawa nafsu manusia tertera pada firman Allah SWT dalam surat Al-Furqan
(25) ayat 43 yang berbunyi:
"Terangkanlah kepadaku tentang
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya."
Maududi memberi penjelasan ayat ini sebagai berikut: "Pengertian 'ilah' (tuhan) pada ayat ini, bukan kekuatan dan
kekuasaan alam, tetapi kekuatan dan kekuasaan dalam diri manusia sendiri (akal,
intuisi dan hawa nafsu), dimana ia telah dianggap sebagai sesuatu yang menjadi
sumber ajaran (ideologi) sendiri, sehingga semua produknya harus ditaati,
sebagaimana golongan Yahudi dan Kristen yang telah mengangkat pendeta-pendeta
dan rahib-rahib mereka sebagai 'ilah' (tuhan)".
Dalam sebuah hadits Turmudzi dan Ibnu Jarir dari 'Ady bin Hatim, berbunyi:
"Bahwa Ady masuk ke rumah Rasululah SAW
sedang di lehernya ada kalung salib dari emas. Beliau sedang membaca ayat ini.
Aku berkata: 'Mereka tidak menyembah mereka; beliau menjawab: 'Benar, tetapi
mereka telah mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, maka
kepatuhan mereka itulah berarti penyembahan (ibadah) terhadap mereka'…"
Kesimpulannya yaitu bahwa syirik tidak hanya berlaku dalam menyekutukan
Tuhan dengan benda-benda lainnya, tetapi juga termasuk syirik barangsiapa yang
mempunyai kepercayaan dan kepatuhan terhadap ajaran, hukum dan undang-undang
buatan manusia, dan bukan ajaran, hukum dan undang-undang Tuhan, dengan
keyakinan bahwa ajaran, hukum dan undang-undang itu lebih baik.58
Untuk kepentingan kemurnian tauhid, yang mempunyai pengertian seperti
tersebut dimuka, maka umat Islam harus bersikap keras dan tegas terhadap ajaran
dan ideologi kaum Komunis (kafir). Sikap itu harus lahir dalam bentuk:
a. Tidak boleh membenarkan ajaran dan ideologi tersebut; dan bahkan kaum
Muslimin wajib menyatakan kekeliruan dan kesalahan ajaran dan ideologi yang
demikian itu secara tegas dan jelas, dalam bentuk lisan maupun tulisan, di
hadapan mereka maupun di hadapan kaum Muslimin.
b. Tidak boleh menerima dan mempergunakan ajaran dan ideologi yang lahir
dari golongan Komunis (kafir). Karena Islam itu sendiri adalah satu-satunya
sistem hidup yang lengkap dan sempurna, yang tidak memerlukan ajaran atau
ideologi lain, baik sebagai sistem maupun subsistem kehidupan kaum Muslimin.
3. Bidang Sosial
Dalam bentuk kehidupan sosial dan kemasyarakatan, pergaulan antara
seseorang Muslim dengan orang Komunis (kafir) dibatasi oleh suatu
ketentuan-ketentuan yang tegas dan jelas, yaitu antara lain tidak dibenarkan
seseorang kafir dijadikan teman kepercayaan, orang kesayangan oleh seorang
Muslim. Larangan itu antara lain tertuang di dalam firman Allah SWT pada surat Ali
Imran (3) ayat 118-120, yang berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu jadikan sebagai teman kepercayaan selain dari golongan kamu
(mukmin); mereka tidak putus-putusnya (berusaha) mendatangkan kecelakaan atas
kamu; mereka suka akan hal-hal yang dapat menyusahkan kamu; sesungguhnya
kebencian yang keluar dari mulut mereka telah nyata, tetapi yang disembunyikan
dalam hati mereka adalah lebih besar. Kami terangkan tanda-tanda mereka
kepadamu, jika kamu mau berfikir."
Kemudian dalam kerjasama untuk tolong-menolong, bergotong-royong antara
kaum Muslimin dengan golongan kafir di dalam kehidupan masyarakat, umat Islam
harus tunduk pada kriteria-kriteria Islam dalam menentukan bentuk-bentuk
kerjasama itu. Sebab, tidak semua kegiatan dan aktifitas di dalam masyarakat
dapat dilakukan kerjasama antara kaum Muslimin dengan golongan kafir. Ada
kegiatan-kegiatan di mana umat Islam dapat ikut bersama-sama, ada pula
aktifitas-aktifitas di mana umat Islam tidak boleh melakukannya.
Kriteria-kriteria itu terbagi dalam dua kelompok, yait:
a. Kegiatan yang bernilai "kebajikan dan ketaatan" kepada Allah
('alal birri wa taqwa); kaum muslimin
dibolehkan untuk melakukan kerjasama dengan golongan kafir.
b. Kegiatan yang bernilai "dosa dan permusuhan" ('alal itsmi wal 'udwan) kaum Muslimin dilarang
ikut kerjasama untuk melakukannya.
Ketetapan ini tertuang di dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5)
ayat 2, yang berbunyi:
"Dan hendaklah kamu
bertolong-tolongan atas kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu
bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan, dan takutlah kamu kepada Allah,
karena sesungguhnya Allah itu sangat keras siksa-Nya."
4. Bidang Politik
Posisi kunci untuk melakukan kebijaksanaan dan kegiatan politik terletak
pada faktor pimpinan. Betapapun baiknya konsepsi dan teori-teori politik, baik
yang tertera di dalam undang-undang dasar, undang-undang dan
peraturan-peraturannya, apabila pelaksanaannya yakni para pemimpin politiknya
buruk, maka akan sia-sialah konsepsi dan teori-teori yang baik itu. Karena
demikian pentingnya posisi pimpinan ini di dalam kehidupan politik, maka Islam
menyoroti masalah ini dengan sangat tajam dan jelas, dan tidak boleh sembarang
orang bisa jadi pemimpin politik. Pimpinan politik yang disoroti oleh Islam ini
adalah semua pimpinan yang mempunyai posisi-posisi penting di dalam kehidupan
politik baik eksklusif, legislatif maupun yudikatif.
Salah satu faktor yang sangat penting dalam pimpinan politik ini yaitu
larangan mengangkat orang-orang kafir menjadi pemimpin kaum Muslimin. Banyak
ayat-ayat yang membicarakan masalah ini, antara lain:
- Surat Ali Imran (3) ayat 28, 149.
- Surat An-Nisa (4) ayat 144.
- Surat Al-Maidah (5) ayat 51, 57.
- Surat At-Taubah (9) ayat 23.
- Surat Al-Mumtahanah (60) ayat l.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5) ayat 57, berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu ambil mereka menjadi pemimpin yang menjadikan agama kamu sebagai
ejekan dan permainan, yaitu dari ahli kitab yang sebelum kamu dan orang-orang
kafir; dan takutlah kepada Allah jika betul kamu orang-orang yang beriman."
Pengertian ayat ini menurut Muhammad Ali Syabuni ialah: "Janganlah
kamu jadikan musuh-musuh agama, yaitu mereka yang menghina dan memperolok-olok
agama kamu, untuk menjadi pemimpin atau teman; yakni mereka itu adalah
orang-orang Yahudi, Kristen dan orang-orang kafir seluruhnya. Kamu senang dan
mencintai mereka, padahal mereka musuh kamu. Barangsiapa yang menghina dan
merendahkan agama, tidak dapat dibenarkan menjadikan mereka pemimpin kamu.
Malah wajib kamu murka dan memusuhi mereka." 59
5. Sikap Permusuhan
Selanjutnya, sikap permusuhan yang ditampilkan dalam bentuk ucapan,
tulisan dan perbuatan oleh golongan Komunis (kafir) terhadap Islam dan kaum
Muslimin, mengakibatkan putus rasa cinta dan kasih sayang umat Islam kepada
mereka, walaupun mereka itu mempunyai hubungan kekeluargaan, bangsa dan tanah
air. Cinta dan kasih sayang kaum Muslimin terputus secara otomatis kepada
setiap orang yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin, walaupun mereka itu
bapaknya sendiri, anaknya sendiri, saudaranya sendiri, familinya sendiri atau
bangsanya sendiri.
Sikap tegas dan keras dengan jalan memutuskan hubungan cinta kasih
terhadap setiap orang atau golongan yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, yang
juga berarti memusuhi Islam dan kaum Muslimin, bersumber dari antara lain
firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah (58) ayat 22, yang berbunyi:
"Tidak akan kamu dapati kaum
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir itu akan mencari orang-orang yang
memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka itu adalah bapak-bapak mereka
sendiri atau anak-anak mereka sendiri atau saudara-saudara mereka sendiri atau
keluarga mereka sendiri."
Penutup
Dari uraian yang cukup panjang, tergambar dengan jelas bahwa
Komunisme/Marxisme-Leninisme adalah sistem ideologi yang disusun asal jadi,
sehingga unsur-unsurnya saling bertentangan satu dengan yang lainnya.
Akibatnya, penerapan Komunisme di negara-negara Komunis, bukan saja gagal
dalam mewujudkan "syurga di dunia", "masyarakat sama-rasa
sama-rata", tetapi malah membawa malapetaka: pembunuhan, kerja paksa,
ketakutan dan kelaparan.
Selanjutnya, secara pasti Komunisme/Marxisme-Leninisme di semua dimensi
bertentangan diametral dengan Islam. Karenanya sikap dan rasa permusuhan antara
kaum Komunis dengan umat Islam berjalan di sepanjang sejarah tanpa henti.
nice entry....I agree with it...
BalasHapushafizah awalia